Ten Years - Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (3)

Wesley Yan menatap Aurora dalam diam, dan mundur selangkah. Dengan memakai sepatu kanvas, kaki kiri diletakkan di atas kaki kanan, dan matanya memancarkan sedikit cahaya.

Pose ini lagi.

Melihat suasana diam, semua orang merasa sedikit canggung.

"Ada apa?" Rosemary Lin menatap Wesley Yan dengan bingung.

Calvin tertawa, "Bibi Lin, kamu tidak tahu, Wesley dua tahun ini mempunyai kebiasaan aneh, tidak suka bersentuhan dengan orang lain. Bahkan ketika aku dan Evan berada agak dekat dengannya, dia akan marah."

"Terutama wanita." Wesley Yan menambahkan.

Wajah Calvin sedikit kaku.

Rosemary Lin malah tersenyum, dan berkata dengan hangat, "Begini tidak bagus. Tidak berinteraksi dengan perempuan, bagaimana Wesley kita bisa menikah kedepannya? Waktu kecil bukankah kamu mengatakan pada bibi, akan menikahi wanita yang lebih cantik darimu?"

"Iya, iya, waktu kecil Wesley sering berkata seperti itu." ibu Aurora Wen juga tertawa, pelan-pelan memindahkan topik pembicaraan ke arah lain.

"Ini adalah Aurora?" Rosemary Lin menunjuk Aurora dan tertawa, "Clairine, mirip sekali denganmu dulu. Aku dapat langsung mengenalinya, cantik sekali."

"Halo bibi." Aurora sedikit canggung, tapi masih termasuk sopan.

Rosemary Lin menepuk-nepuk tangan Aurora, lalu berkata pada Kakek Wen, "Paman Wen, kamu beruntung sekali. Mempunyai cucu laki-laki dan cucu perempuan, satu demi satu semuanya sangat hebat."

"Haha, tiga cucu juga tidak bisa melebihi satu dari keluargamu. Rosemary, satu putramu sudah cukup." Kakek Wen meskipun senang, tapi tetap harus berkata dengan sungkan.

Rosemary Lin adalah orang yang pandai mengatur suasana. Suasana di meja makan pun dibuat sangat akur.

Wesley Yan terus menundukkan kepala, tidak henti makan makanan yang berada paling dekat dengannya.

Aurora merasa aneh, kapan Wesley Yan suka makan kepiting? Dulu selalu bilang bau, bahkan tidak mau menyentuhnya. Aurora mengambil satu iga bakar, lalu meletakannya ke piring Wesley Yan.

Wesley Yan menengadahkan kepala, melihat iga bakar yang familiar. Di bawah meja makan, kaki kirinya turun, menggigit iga bakar, tidak menyentuh kepiting yang ada di dekatnya lagi.

Aurora menghela napas dan tidak berdaya.

"Aurora, kamu sangat suka makan iga bakar ya?" Rosemary Lin tersenyum dan menatap ke arah Aurora.

Aurora sedikit kesulitan. Menatap wanita itu, senyum di wajahnya seketika hilang. Jelas-jelas adalah kelembutan, tapi malah merasakan sedikit kedinginan.

Aurora mengerutkan dahi, berpikir bagaimana menjawabnya. Di luar kamar, terdengar ketukan pintu yang sopan.

Masuk seorang pria yang kira-kira berumur 20 atau 30 tahun, sangat rapi, mengenakan kacamata emas, memiliki tampang standar sekretaris.

"CEO Lin." pria itu berjalan ke hadapan Rosemary Lin, mendekat ke telinga wanita itu entah mengatakan apa.

Saat ini , suara porselain putih pecah terdengar kencang.

Wesley Yan menatap ke arah pria itu, dan seketika wajahnya memutih.

Rosemary Lin melihat ke sana dan wajahnya juga tersenyum canggung. Sedangkan pria itu melihat Wesley Yan, berubah menjadi sangat panik, tapi wajahnya tetap tidak ada ekspresi apapun.

Yang di sampingnya membantu membereskan pecahan-pecahan kaca, mengganti mangkuk baru bagi Wesley Yan.

Wesley Yan kembali menundukkan kepala, mengambil sumpit dan lanjut makan.

Aurora menatapnya dan menyadari, tangan kanan dimana pria itu memegang sumpit, tulang-tulangnya sangat putih dan menonjol.

Aurora menundukkan kepala, sepatu kanvas putih itu saling bersilangan, berdempetan erat dan tidak bisa dipisahkan.

Pria sekretaris itu pergi, Rosemary Lin duduk kembali di atas kursi, lanjut tersenyum lembut, lanjut mengobrol, melanjutkan pesta yang meriah.

"Aurora, kepiting sudah habis." Wesley Yan menunjuk piring yang kosong dan tersenyum.

Aurora menatap Wesley Yan mengatakan kalimat selanjutnya dalam diam .

"Aku sudah ngantuk, mau tidur." Wesley Yan menguap, dan matanya mulai berair.

"Aku mau pulang."

Semua orang sudah terbiasa pada ketidakstabilan emosi Wesley Yan. Ibu Aurora Wen berpesan beberapa kalimat, lalu memberikan alasan pada Rosemary Lin agar membiarkan Wesley Yan pulang dulu.

Aurora menatap Wesley Yan pergi dalam diam. Tubuh yang kurus itu, mengenakan baju luaran berwarna ungu Armani yang sudah mereka beli dulu.

Aurora samar-samar ingat, dulu dia lebih suka tampang pria itu mengenakan luaran yang berwarna hitam. Jari yang panjang, mata yang besar, dan tinggi. Tidak sama seperti luaran ini, melambai, meskipun sangat enak dilihat, tapi malah menawarkan jiwa Wesley Yan.

Aurora ingin meneruskan kebiasaannya, tapi memilih pilihan Wesley Yan.

Aurora tidak suka sedikitpun iga babi, sangatlah berminyak. Tapi iga babi malah merupakan makanan rumahan yang paling bisa dia masak. Rumah, rumah. Sepertinya, ada Wesley baru merupakan rumahnya.

Aurora sedikitpun tidak suka pesta rumahan yang sekali makan bisa menghabiskan puluhan juta rupiah. Karena, rumahnya tidak hanya seharga ini.

Aurora membuka harga, tapi itu adalah cek kosong, hanya bisa membiarkan waktu yang menghabiskannya. Sayangnya, malah tidak ada yang menemaninya.

Aurora berpikir sembarangan, di meja makan malah sangat hening. Mereka mengalihkan perhatian, menatap ke arah pintu yang katanya dari emas. Aurora berbalik, meletakkan tangannya di atas lutut.

Wesley Yan berlari kembali lagi. Dengan ngos-ngosan, dan juga keringat bercucuran, tangannya di ganggang pintu, seperti menggantung semua berat tubuhnya di sana.

Tapi, mata itu jelas, hanya melihat ke arahnya dan berusaha menenangkan napas, "Aurora, apa kamu sudah kenyang?"

Aurora tersenyum dan mengangguk.

"Aurora, apa kamu ingin pulang bersamaku?"

Aurora tersenyum, "Ah, aku tahu, kamu takut bukan pulang ke rumah sendirian?"

Wesley Yan tertawa, tadi berlari terlalu cepat dan napasnya masih belum stabil. Dia kembali berkata dengan tidak berdaya, "Iya, iya, iya, aku takut sendirian. Sudah boleh bukan?" keringat seiring dengan turunnya tangan, membasahi karpet yang katanya sangat mahal dan berasal dari Prancis itu.

"Aku tahu, pasti sangat merepotkan!" Aurora tertawa bodoh sambil memiringkan kepala, lalu berjalan dan menggandeng tangan Wesley Yan.

Siapa, yang diam-diam mengeluh Wesley Yan terlalu kekanak-kanakan, bersikap seenaknya, tidak mengerti sopan santun, tapi siapa juga yang menghadapi tanpa kesal?

Orang di samping, siapa yang pernah bertemu Wesley Yan seperti ini? Siapa juga yang pernah bertemu Aurora Wen yang seperti ini?

Lihatlah, lihatlah. Mereka begitu tidak bersosialisasi dengan orang lain. Kalau tumbuh tanpa pengawasan orang lain, maka siapa yang akan lebih baik?

Kalau, melepaskan mereka begitu saja, apakah .... akan jauh lebih baik ....

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu