Ten Years - Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (1)
Ketika Wesley Yan dengan mata pandanya berjalan masuk ke ruang tamu, Aurora menggelengkan kepala dan merasa orang itu tidak dapat tertolong lagi.
"Sudah selesai digambar?" tidak tidur lagi semalaman, terus berkecimpung dalam gambar.
Hari itu melihat matahari terbit, pulang ke rumah, Wesley Yan terus berdiam dalam kamar, tidak mempedulikan pagi dan malam.
Wesley Yan menganggukan kepala, lalu menggelengkan kepala lagi.
"Apa maksudnya?" kaki Aurora sedikit gatal dan menunduk untuk melihat. Gerry sedang tidur di atas sandalnya. Aurora tertawa. Anjing kecil seperti ini malah suka tidur seperti orang tua.
"Rasanya ada yang kurang." Wesley Yan memikirkan sesuatu.
"Kekurangan juga bagian dari keindahan." suara Aurora sedikit lembek, "Venus de Milo yang lengannya patah, bukankah itu sangat klasik?"
Wesley Yan tertawa, "'Bunga Matahari' karya Vincent van Gogh saja semuanya tidak mengerti, tapi tetap dibilang klasik. Tapi apa aku adalah Van Gogh?" mempunyai kemampuan sebesar itu, begitu menggambar bisa menjadi gambar yang klasik?
Aurora menggendong Gerry lalu meletakkannya kembali ke kotak yang sudah disiapkan khusus baginya dan tertawa, "Saat Van Gogh hidup, siapa yang pernah menebak kalau dia adalah Van Gogh yang sekarang?"
Wesley Yan pergi meminum air dingin dari kulkas, menghilangkan suara seraknya dan berkata, "Jadi maksudmu, saat aku menjadi tua, masih belum terkenal, dan sangat memungkinkan di malam bersalju, karena tidak ada roti untuk dimakan, bunuh diri dengan pistol?"
Aurora tertawa, "Selain itu, setelah meninggal juga belum tentu bisa menjadi Wesley Yan yang terkenal."
"Jadi, kenapa masih harus lanjut gambar?" Wesley Yan mulai bingung.
"Jadi kamu memutuskan untuk tidak menggambar lagi?" Aurora menatapnya balik dengan lembut.
"Tidak." Wesley Yan mengelus hidung dan merasa malu.
Aurora tertawa, "Jadi , pergi cuci gigi sana. Sudah waktunya makan siang."
Mana ada begitu banyak jadi.
Akhir yang paling tenang, bukanlah perumpamaan, melainkan hidup.
Ada pistol tapi tidak ada roti? Apa tidak ada peraturan tidak boleh menggunakan pistol? Apa lagi di zaman seperti itu, di negara kita mana ada pistol yang lebih murah dari roti, bahkan sengaja menjadikan masalah bunuh diri dengan pistol itu menjadi berita pagi?
Jadi, jadi, mengkhawatirkan begitu lama, mau sehebat apa, sesedih apa, semua itu hanyalah ide dari seniman.
Di saat Aurora membereskan kamar Kakek Yan, dia menemukan banyak sekali foto-foto dulu.
Sudah berwarna kekuningan, satu per satu, adalah anak kecil yang tersenyum senang bagaikan bunga matahari. Yang seratus hari, umur satu tahun, dua tahun ... sampai yang berumur 15 tahun.
Di bagian belakang setiap foto, ada tulisan dengan pen: Cucu, Wesley Yan, difoto saat umur xxx.
Anak yang secantik itu, tersenyum sampai tahap dimana bisa menghapus semua kesedihan di dunia ini. Tiba-tiba dalam sekejap, waktu berlalu cepat.
Senyum di saat kecil yang lebih enak dilihat. Aurora mengerutkan dahi, pikiran itu muncul begitu saja dalam hati.
Aneh. Orang yang sama, kenapa foto dan kenyataan berbeda sekali seperti ini?
Wesley Yan yang dia lihat, selalu tersenyum setengah dan kelihatan dingin. Meskipun di saat mengerjai orang, juga hanya tersenyum licik saja. Tapi, sudut bibirnya tidak pernah hilang, selalu mengandung sindiran dan berbeda sekali dengan foto-foto yang dilihat hari ini.
Memangnya hanya disebabkan karena perbedaan umur saja? Tapi, wajahnya tidak terlalu beda jauh kok .... gerakan tangannya sedikit berhenti.
Kemudian, dibuka lagi, malah kosong.
Dimana yang dari umur 15 sampai tahun ini?
Selama dua tahun penuh, kenapa tidak ada fotonya?
Senyum itu, sangat senang dan tenang, kenapa hilang begitu saja .....
Aurora memikirkan sesuatu, tanpa sadar menutup album foto, tapi tidak sengaja malah jatuh ke lantai.
Saat menutup album, dia meyentuh tulisan menonjol di belakang album. Aurora menatap lurus, dan saat menyentuh itu dengan jari telunjuknya, adalah empat huruf alfabet.
D-E-A-D
Dead.
Sudah mati.
Aurora membalikkan badan, Wesley Yan sedang bersender di pinggiran pintu, menatapnya sambil tersenyum.
"Aurora, apa makanan sudahh siap?" Wesley Yan bertanya padanya, dengan kaki kiri diletakkan pelan di atas kaki kanan.
Gerakan yang dilakukan sembarangan, tapi kelihatannya malah sedikit aneh.
Aurora menyipitkan mata, menatap anak muda itu cukup lama, dan berkata, "Baiklah."
Aurora meletakkan kembali album yang memiliki tulisan mengerikan itu ke atas rak.
Setelah makan siang, Aurora mendapat telepon dari rumah, kakeknya menyuruhnya pulang ke rumah sebentar.
Wesley Yan masih terus menonton dalam diam.
Aurora tidak ingin menganggu dan pergi diam-diam. Tapi baru saja turun ke bawah, pintu kamar Wesley Yan malah tiba-tiba tertutup dan terkunci.
Jelas-jelas tidak ada angin.
Saat pulang, Zoey sedang bercanda, membuat ibu dan kakek tertawa tidak henti. Aurora juga tertawa, dia berdiri di jalan dan membuat tanda shuut kepada Bibi Zhang yang mau buka mulut.
Kalau suasana hangat ini dihancurkan begitu saja, sayang sekali.
"Ibu, coba tebak bagaimana kelanjutannya?" Zoey berkata dengan serius.
Ibu Wen penasaran, "Bagaimana?"
"Guru kami bilang, 'Hei, Zoey, kenapa sudah selama ini tidak melihat kakakmu? Nanti kamu harus ingat menyuruh ibu dan ayah untuk membujuk kakakmu. Murid tidak baik terlalu cepat berpacaran. Selalu bersama dengan gadis dari kelas 4, Wes- apa namanya ...." Zoey berkata dengan nada bicara iseng.
Semua orang tertawa.
"Kakek, ibu, aku sudah pulang." Aurora berjalan ke dalam sambil tersenyum, memutuskan perkataan Zoey Wen.
"Oh, Aurora sudah pulang." Ibu Wen berdiri, senyum di wajahnya masih sangat lebar.
"Apa masih terbiasa di rumah Keluarga Yan? Tadi masih membicarakan masalah kakakmu dengan Wesley di saat SMP. Wesley sangat cantik, membuat banyak masalah."
Aurora mengangguk dan tersenyum paksa.
Novel Terkait
Harmless Lie
BaigeThe Winner Of Your Heart
ShintaAsisten Bos Cantik
Boris DreyPergilah Suamiku
DanisCinta Di Balik Awan
KellyThick Wallet
TessaTen Years×
- Pendahuluan
- Bab 1 Sebaskom air yang disiramkan
- Bab 2 Ibu
- Bab 3 EVE sebelumnya dipanggil Evan Xin
- Bab 4 Sebuah bom yang bernama Zoey
- Bab 5 Pria idaman
- Bab 6 Burung Bernama Nasi Tim
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (1)
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (2)
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (3)
- Bab 8 Yang Lainnya Juga Adalah Satu
- Bab 9 Bola Voli Terlempar Kemari
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (1)
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (2)
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (3)
- Bab 11 Aku Bukan Siapa-Siapa
- Bab 11 Aku Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 12 Orang yang Tidak Bersedia Jadi Budak (1)
- Bab 12 Orang yang Tidak Bersedia Jadi Budak (2)
- Bab 13 Kejujuran yang Dekat Namun Jauh
- Bab 13 Kejujuran yang Dekat Namun Jauh (2)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (1)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (2)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (3)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (1)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (2)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (3)
- Bab 16 Menjelang Tahun Baru Imlek (1)
- Bab 16 Menjelang Tahun Baru Imlek (2)
- Bab 17 Perkelahian
- Bab 17 Perkelahian (2)
- Bab 17 Perkelahian (3)
- Bab 18 Siapa yang Dimarahi (1)
- Bab 18 Siapa yang Dimarahi (2)
- Bab 19 Kamu Sangat Baik (1)
- Bab 19 Kamu Sangat Baik (2)
- Bab 20 Bukan Sebuah Lelucon (1)
- Bab 20 Bukan Sebuah Lelucon (2)
- Bab 21 Berkeliaran Sendirian (1)
- Bab 21 Berkeliaran Sendirian (2)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie (1)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie ( 2)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie ( 3)
- Bab 23 Susu dan Arak (1)
- Bab 23 Susu dan Arak (2)
- Bab 24 Siapa yang Akan Terlebih Dahulu Mendapatkan Wanita Cantik itu? (Bagian 1)
- Bab 24 Siapa yang Akan Terlebih Dahulu Mendapatkan Wanita Cantik itu? (Bagian 2)
- Bab 25 Joe Kecil yang Bahagia dan Polos (1)
- Bab 25 Joe Kecil yang Bahagia dan Polos (2)
- Bab 26 Masa lalu mengubah masa kini (1)
- Bab 26 Masa lalu mengubah masa kini (2)
- Bab 27 Memainkan sinetron (1)
- Bab 27 Memainkan sinetron (2)
- Bab 28 Teman masa kecil yang saling mempercayai (1)
- Bab 28 Teman masa kecil yang saling mempercayai (2)
- Bab 29 Orang yang berjodoh (1)
- Bab 29 Orang yang berjodoh (2)
- Bab 30 Kegenitan remaja (1)
- Bab 30 Kegenitan remaja (2)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (1)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (2)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (3)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (1)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (2)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (3)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (1)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (2)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (3)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (1)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (2)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (3)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (1)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (2)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (3)
- Bab 36 Momen setelah hujan (1)
- Bab 36 Momen setelah hujan (2)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (1)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (2)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (3)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (1)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (2)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (3)
- Bab 39 Grinch juga Sangat Penting (1)
- Bab 39 Grinch juga Sangat Penting (2)
- Bab 40 Kepalsuan di Balik Topeng (1)
- Bab 40 Kepalsuan di Balik Topeng (2)