Ten Years - Bab 13 Kejujuran yang Dekat Namun Jauh (2)

Waktu berlalu sedikit demi sedikit, Wesley tidak bisa menghentikan kuasnya, Aurora tidak bisa memindahkan pandangannya, gerakannya terlihat sedikit gila.

Tidak tahu telat lewat berapa lama, Wesley akhirnya mencampurkan kuas terakhir dengan jempolnya dan melempar kuas itu.

"Bagus." Aurora melihat lukisan tersebut, meskipun tahu cara deskripsinya sangat asal, tapi matanya melengkung dan tertawa.

Wesley juga ikut tertawa, dia mengambil kertas lukisan itu dari papan lukisan, satu tangannya menarik satu sudut, ditiup angin, lukisan perlahan-lahan mengering.

"Untukmu." Wesley menyerahkan lukisan itu ke Aurora, alisnya yang rapi terangkat, terlihat kelicikan di mata gelapnya yang bersinar, "Tapi, kamu harus membantuku."

Aurora mengangkat kedua tangannya untuk menerima lukisan itu dengan penuh hormat, kemudian mengangguk serius, ketika dia mendongak, dia melihat wajah Wesley yang sedikit merah.

Hati Aurora menciut, dia mengulurkan tangan menyentuh kening Wesley, dan merasakan keningnya sangat panas.

Mampuslah, dia demam!

Wesley mengulurkan tangan, mendorong tangan Aurora yang menyentuh keningnya, di matanya terlihat ketidaksenangan yang sulit terasa, dia berkata datar: "Aku tidak apa-apa." Kemudian dia berdiri dan masuk ke kabin kapal.

Ketika Aurora ikut masuk ke kabin kapal, Wesley sudah tertutup selimut, menyampingkan tubuh dan meringkuk di atas kasur. Aurora membawa lampu minyak dan berdiri di samping kasur Wesley, tetap merasa khawatir, dia pun mengambil sebuah kursi kecil dan duduk di ujung kasur, kemudian meniup mati lampu minyaknya.

Di luar kabin terdengar suara ombak mengalir, memukul tubuh kapal, kemudian, hening.

Di bawah sinar bulan, Aurora menatapi punggung yang meringkuk di atas kasur, sosok ini terlihat samar, perasaan tidak nyata semakin menguat.

Hati Aurora kosong, dia tahu Wesley tahu dia ada disini;Dia tahu ada dia, Wesley tidak akan menurunkan kewaspadaannya dan istirahat dengan baik.

Tapi dia malah memeluk lampu minyak yang berasap dan tidak bersedia melepasnya, tangannya penuh dengan kepanasan sisa memegang kening Wesley tadi.

Dia ingin melakukan sesuatu, namun menyadari keberadaannya tidak ada artinya sama sekali.

Aurora selalu merasa dirinya bodoh, tapi pemikiran Wesley bisa dilihatnya dengan jelas hanya dengan melihat sekilas. Wesley bersikeras mempertahankan kehormatannya, dia lebih baik tetap demam daripada membiarkan orang asing mendekatinya.

Oleh karena itu, Aurora menghela nafas, berbalik bermaksud keluar.

Saat ini, Wesley mengeluarkan suara erangan. Hati Aurora menciut, dia segera berbalik badan, ingin pergi memanggil nelayan tua tadi.

"Tunggu sebentar." Suara serak yang penuh dengan pertahanan.

Aurora berpaling, Wesley duduk dengan bantuan tangannya, di bawah sinar bulan, bibirnya pucat, membuat wajahnya terlihat semakin merah. Setelah lewat sekian lama, dia baru berkata lemah: "Aurora Wen, temani aku berbicara sejenak."

"Kamu sakit." Aurora berkata dengan suara kecil.

Wesley menunduk merasa tidak sabar, nada suaranya terdengar gelisah: "Aku tidak suka orang asing mendekatiku."

Wesley menggenggam selimutnya, sekian lama, dia baru berkata dengan lemah: "Aurora, temani aku berbicara sejenak."

"Kamu perlu istirahat." Aurora menggelengkan kepalanya.

Wesley tertawa ringan, tidak mempedulikan Aurora, dia berkata: "Aurora, kamu mulai bisa bicara pada umur berapa?"

Aurora menatapi Aurora hening, tidak bersuara.

"Kalau aku pada saat umur 1. Ibu Lee saat itu sedang menggendongku, menyuruhku memegang tenggorokannya mendengar dia bersuara. Kata pertama yang dia ajari adalah 'Ibu', aku berhasil belajar, dan aku pun dengan senang memanggilnya 'Ibu'. Sayangnya, dia tidak memujiku."

Wesley tersenyum, nafasnya sedikit kasar: "Benar-benar, menghadapi anak sekecil itu, bukannya seharusnya memberi semangat?"

Suaranya terdengar terpaksa ringan, namun didengar malah seperti busa yang dimasukkan ke air, perlahan-lahan tenggelam.

"Di usia satu setengah, ketika aku belajar berjalan, orang tua di rumahku berjongkok di lantai menungguku mendekatinya. Saat itu, aku terlalu kecil, merasa jalan itu terlalu panjang, sangat lelah, namun aku sangat ingin mendapatkan permen di tangannya. Permen itu adalah permen Amerika yang Calvin dan..... tidak punya, permen itu dikirim pulang oleh dua orang itu------maaf, aku tidak terbiasa memanggil mereka 'ayah ibu'. Aku berpikir, kalau aku bisa mendapatkannya, maka aku bisa memamerkannya kepada Calvin." kecepatan berbicara Wesley semakin cepat, setelah selesai, dia tertawa sambil telungkup di selimut.

Bibir Aurora sedikit kering, dia mendekati Wesley, mengangkat tangannya, namun menurunkannya lagi , dia tertawa ringan: "Terus?"

Tawa Wesley tidak berhenti, setelah sekian lama dia baru mengangkat kepalanya, di sudut keningnya sudah muncul keringat: "Aku ribut meminta Ibu Lee membawaku ke rumah Calvin, tanganku menggenggam permen, dengan gembira bersiap memamerkan permen itu ke Calvin. Kemudian, Bibi Zhang memberitahuku, Paman dan Tante Wen membawa Calvin pergi ke taman bermain, baru akan kembali di malam hari."

Aurora menatapi mata Wesley, melihat sinar yang bergerak perlahan, seperti air ombak yang mengalir setelah sampai ke darat.

"Aku terus menunggu sampai malam, baru bertemu Calvin. Tapi, anak itu masih berani tertawa. Oleh karena itu aku memukulnya sampai dia menangis......" Wesley menutup matanya, bulu matanya bergetar ringan.

Sudut bibir Aurora kering, dia tidak tahu harus berkata apa. Dia di waktu itu masih adalah seorang bayi, setiap hari hanya bisa bersembunyi di pelukan ibu dan tidur menggenggam tangan ibunya. Meskipun ibunya bukan ibu kandungnya, tapi adalah asal dari seluruh harapan dan cintanya.

"Wesley........." Aurora memanggilnya dengan suara bimbang, nada suaranya penuh dengan maaf. Meskipun tidak tahu maaf karena apa.

Namun Wesley tidak menjawab, dia bersandar di kasur, sudah tertidur, kedua tangannya meringkuk dan mengepal, posenya seperti bayi dalam kandungan.

Aurora menghela nafas, dia mengambil selimutnya kemari, dan menaruhnya di atas tubuh Wesley. Setelah dia memastikan Wesley sudah tidur, dia baru memosisikan Wesley tidur terlentang di kasur, melihat kepalanya menyentuh bantal yang empuk.

Di tengah malam, Aurora memasak air dan membasahi handuk kecil kemudian menaruhnya di kening Wesley. Untungnya hanya demam rendah, Wesley keringatan, ketika langit sudah hampir cerah, suhu tubuh Wesley sudah kembali normal.

Aurora terus memikirkan cerita yang Wesley katakan padanya, ada berapa persen yang rela dia beritahu Aurora?

Orang sakit sangat lemah, lemah sampai-sampai tidak bisa menutup diri. Tapi orang yang tidak tertutup itu, bukanlah sesuatu yang seharusnya terlihat olehnya yang masih tidak termasuk dekat ini.

Dia tidak yakin, ketika Wesley sadar, apakah tetap berharap dia tahu mengenai hal ini.

Bertahun-tahun kemudian, setelah debu bertumpuk, ketika Aurora mengungkit hal ini, Wesley tertawa: "Hanya demam, bukan mabuk."

Kata-kata itu, memang benar ingin dia beritahu kepada Aurora.

Aurora menggeleng, dia tidak merasa Wesley adalah orang yang senang curhat. Kenyataannya, kebanyakan waktu, karena dikubur terlalu dalam, mumbuatnya banyak berpikir.

Wesley bimbang, sekian lama dia baru membuka mulut: "Aurora, meskipun aku tidak pernah bilang, tapi saat itu, aku memang menganggapmu sebagai seorang calon istri, meskipun kamu tidak tahu. Karena aku selalu merasa, di antara suami istri, sudah seharusnya jujur."

Novel Terkait

Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu