Ten Years - Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (3)
Seseorang menepuk bahu Evan Xin.
Evan Xin berbalik dan terbengong selama tiga detik kemudian berteriak: "Ada hantu!!!"
Dia memeluk kepalanya dan menangis! ! !
Semua orang terkejut dan memandang "hantu" tersebut kemudian mematikan lampu senter yang menerangi wajahnya, muncul seseorang dengan mata dan rambut berwarna hitam, mimik wajah yang lembut dan bersih.
Satu, dua, tiga, semua orang tidak bisa menahan diri kemudian tertawa bersama.
Evan Xin merasa ada sesuatu yang aneh, dia menoleh dengan gemetaran, ternyata orang tersebut adalah Aurora.
"Aurora !!!" Evan Xin sangat marah.
Aurora sedang memikirkan sesuatu saat memegang senter: "Jika aku tidak salah ingat, cerita ini baru disiarkan di saluran film Midnight Theatre dua hari yang lalu sepertinya berjudul " The Long Braid "?"
"Evan Xin !!!" Semua orang menggosok tangan mereka.
Suasana yang tadinya mengerikan menghilang dalam sekejap.
Semua orang mengobrol beberapa saat dan mulai mengantuk, mereka mengeluarkan kantong tidur dan bersiap untuk tidur.
Wesley Yan masih di sebelah api unggun dan membaca buku komik dengan sangat semangat.
Aurora membentangkan ranting-ranting terlebih dahulu, setelah merasa cukup lembut dan nyaman, dia mengeluarkan kantong tidur dan tidak sengaja menoleh ke belakang kemudian tertegun ketika melihat kantong tidur yang berada di tangan Zoey.
Kemudian dia melihat Wesley Yan yang masih membaca buku Sanzo.
“Wesley, apakah kamu tidak tidur?” Calvin menggunakan kantong tidurnya dan sangat mengantuk sehingga kedua matanya sudah tidak sanggup terbuka lagi.
Wesley Yan menggelengkan kepalanya, tatapannya masih pada buku.
Calvin menyeringai, matanya terpejam, dia membalikkan badannya dan bersiap untuk tidur.
Sedangkan Evan Xin hanya perlu beberapa menit kemudian bisa tertidur nyenyak, sepertinya dia sudah lelah bermain.
Zoey menggunakan kantong tidur berwarna merah, setelah mengucapkan selamat malam kepada semua orang, dia juga tertidur pulas.
Awalnya Mary tidak tidur, setelah ragu-ragu beberapa saat dan menatap Wesley Yan yang diam, dia merasa bosan dan kemudian menguap, dia bergeser menjauh dari api unggun, kemudian juga tertidur.
Sedangkan Aurora sudah menunjukkan rasa kantuk sejak tadi.
Dia menutup matanya dan tenggelam dalam pemikiran sendiri, tidak tahu berapa lama sampai langkah Wesley Yan pergi, dia perlahan membuka matanya ketika mendengar suara langkah kaki Wesley Yan menjauh.
Dia diam-diam berjalan mengikutinya berdasarkan jejak kaki yang ditinggalkannya.
Setelah tidak ada lagi jejak kaki, tempat tersebut dipenuhi penerangan.
Cahaya bulan bersinar terang, air sungai sangat jernih, anak muda itu duduk di atas pasir, membungkukkan punggungnya dan memandang ke arah kejauhan, sepertinya dia sedang berusaha melindungi sesuatu .
Aurora teringat sesuatu mengenai gandum yang berguncang di ladang pada saat musim panas.
“Aurora.” Dia sudah tahu kehadirannya dan melambaikan tangannya dari kejauhan.
“Apakah kamu tidak mengantuk?” Tanyanya.
"Mataku lebih besar dari orang lain sehingga butuh lebih banyak waktu untuk menutup mataku ketika mengantuk." Dia asal mengarang.
“Kenapa memberi kantong tidurmu pada Zoey?” Dia sedikit mengernyit.
Dia menyadarinya ketika Zoey mengeluarkan kantong tidur merah.
“Zoey bilang dia tidak membawanya.” Wesley Yan tersenyum.
"Aku ingat ketika dia mengeluarkan makanan secara tidak sengaja mengeluarkan kantong tidur berwarna ungu."
"Aku sudah melihatnya," Wesley Yan mengangguk.
"Jadi?"
“Tapi dia mengatakan bahwa dia tidak membawanya.” Wesley Yan merentangkan tangannya terus menerus tertawa.
Aurora hanya menjawab 'Oh", dia memegang pasir dengan kedua tangannya, kemudian pasirnya terjatuh melalui celah di jari tangannya, setelah itu dia mengangkat tangannya mengetatkan celah jari dan menyaksikan pasirnya terus meluncur ke bawah sedikit demi sedikit.
Permainan yang membosankan.
“Aurora, aku akan bercerita mengenai pasir.” Wesley Yan menepuk pasir yang berada di tangannya.
Aurora menarik napas dan mengangguk.
“Lihat ya, huk huk.” Di bawah sinar bulan, sepasang tangan ramping yang berkulit putih menepuk tangannya dua kali.
Tangannya memegang segenggam pasir halus dan menyebarkannya secara merata di atas tanah, terdengar suara yang sangat enak didengar: "Di masa lalu, ada seorang anak lelaki yang lebih menawan daripada semua orang yang ada di bumi ini..."
Jari telunjuknya seperti tongkat sihir sedang mengukir sesuatu di atas pasir halus kemudian muncul boneka yang memilihi sepasang mata besar dan berponi panjang dan mata besar sedang tersenyum berpose dengan jari telunjuk dan jari tengah.
"Suatu hari, dia tiba-tiba jatuh cinta dengan gadis yang galak, benar-benar sangat galak, tetapi senyumannya sangat manis."
Ujung-ujung ibu jari terukir dengan lembut di antara poni boneka itu, dan lima jari tangan kiri jatuh dengan lembut dari garis rambutnya menjadi rambut panjang keriting yang alami. Itu benar-benar senyum yang hangat dan indah.
Dalam sekejap mata, tongkat sihir penyihir berkilau, dan boneka laki-laki yang bangga dan cantik menjadi boneka perempuan yang lucu dan menyenangkan.
Aurora merasa matanya pasti penuh kejutan dan iri. Hal-hal sederhana seperti itu ada di mana-mana cinta dan kreativitas dalam hidup.
"Meskipun suara bocah itu tidak begitu bagus, tetapi dia masih ingin menyanyikan lagu untuk gadis itu yang berjudul Fleeting Time.
"Oh, waktu berlalu dengan cepat di duniaku, tapi selalu di jalanmu. Ketika hidup adalah foto, kamu ada di fotoku dan berhenti hari demi hari."
...
Pemuda itu bersenandung lembut, dan lima jari tangan kanannya dengan halus menyelipkan boneka itu ke notasi musik, dan boneka itu, setelah diukir, menjadi banyak nada yang jelas.
"Tapi ... gadis itu berkata dia tidak bisa memahaminya, mengira penyakit aneh bocah itu belum sembuh, lalu, dia menangis dan lari."
Dia berbicara dengan santai, memegang segenggam pasir lagi, jari-jarinya yang ramping, perlahan melepaskan butiran pasir di bawah sinar bulan, sedikit, menghapus ukiran tadi.
Semuanya kembali ke keadaan semula.
Aurora memikirkannya dan tersenyum dan menyimpulkan: "Wesley Yan, kamu naksir Wanda Lin."
Wesley Yan menguap dan berkata dengan malas, "Ya, Seluruh dunia mengetahuinya kecuali Calvin Wen."
"Lalu, bukan, Wanda Lin naksir Calvin?" Aurora tiba-tiba menyadari.
Wesley Yan menyipitkan mata: "Bodoh, Calvin dan Wanda Lin sudah lama bersama."
“Ini, dunia tahu?” Aurora berpikir keras.
“Yah, kecuali Wesley Yan.” Wesley Yan menatap langit dan sedikit tersenyum.
Novel Terkait
Cinta Yang Terlarang
MinnieHalf a Heart
Romansa UniverseCinta Yang Dalam
Kim YongyiLove and Trouble
Mimi XuMenantu Hebat
Alwi GoVillain's Giving Up
Axe AshciellyDark Love
Angel VeronicaTen Years×
- Pendahuluan
- Bab 1 Sebaskom air yang disiramkan
- Bab 2 Ibu
- Bab 3 EVE sebelumnya dipanggil Evan Xin
- Bab 4 Sebuah bom yang bernama Zoey
- Bab 5 Pria idaman
- Bab 6 Burung Bernama Nasi Tim
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (1)
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (2)
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (3)
- Bab 8 Yang Lainnya Juga Adalah Satu
- Bab 9 Bola Voli Terlempar Kemari
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (1)
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (2)
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (3)
- Bab 11 Aku Bukan Siapa-Siapa
- Bab 11 Aku Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 12 Orang yang Tidak Bersedia Jadi Budak (1)
- Bab 12 Orang yang Tidak Bersedia Jadi Budak (2)
- Bab 13 Kejujuran yang Dekat Namun Jauh
- Bab 13 Kejujuran yang Dekat Namun Jauh (2)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (1)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (2)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (3)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (1)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (2)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (3)
- Bab 16 Menjelang Tahun Baru Imlek (1)
- Bab 16 Menjelang Tahun Baru Imlek (2)
- Bab 17 Perkelahian
- Bab 17 Perkelahian (2)
- Bab 17 Perkelahian (3)
- Bab 18 Siapa yang Dimarahi (1)
- Bab 18 Siapa yang Dimarahi (2)
- Bab 19 Kamu Sangat Baik (1)
- Bab 19 Kamu Sangat Baik (2)
- Bab 20 Bukan Sebuah Lelucon (1)
- Bab 20 Bukan Sebuah Lelucon (2)
- Bab 21 Berkeliaran Sendirian (1)
- Bab 21 Berkeliaran Sendirian (2)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie (1)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie ( 2)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie ( 3)
- Bab 23 Susu dan Arak (1)
- Bab 23 Susu dan Arak (2)
- Bab 24 Siapa yang Akan Terlebih Dahulu Mendapatkan Wanita Cantik itu? (Bagian 1)
- Bab 24 Siapa yang Akan Terlebih Dahulu Mendapatkan Wanita Cantik itu? (Bagian 2)
- Bab 25 Joe Kecil yang Bahagia dan Polos (1)
- Bab 25 Joe Kecil yang Bahagia dan Polos (2)
- Bab 26 Masa lalu mengubah masa kini (1)
- Bab 26 Masa lalu mengubah masa kini (2)
- Bab 27 Memainkan sinetron (1)
- Bab 27 Memainkan sinetron (2)
- Bab 28 Teman masa kecil yang saling mempercayai (1)
- Bab 28 Teman masa kecil yang saling mempercayai (2)
- Bab 29 Orang yang berjodoh (1)
- Bab 29 Orang yang berjodoh (2)
- Bab 30 Kegenitan remaja (1)
- Bab 30 Kegenitan remaja (2)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (1)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (2)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (3)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (1)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (2)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (3)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (1)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (2)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (3)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (1)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (2)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (3)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (1)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (2)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (3)
- Bab 36 Momen setelah hujan (1)
- Bab 36 Momen setelah hujan (2)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (1)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (2)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (3)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (1)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (2)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (3)
- Bab 39 Grinch juga Sangat Penting (1)
- Bab 39 Grinch juga Sangat Penting (2)
- Bab 40 Kepalsuan di Balik Topeng (1)
- Bab 40 Kepalsuan di Balik Topeng (2)