Ten Years - Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (3)

Aurora merasa darahnya sedang mengalir berlawanan arah. Dia berdiri dengan kesulitan, mencengkram kursi dengan erat, lalu berjalan satu langkah demi satu langkah ke depan.

Begitu aneh, dunia sebesar ini, dalam kerumunan seberisik ini, malah mendengar suara langkah kaki sendiri.

"Aurora, kamu mau pergi kemana?" suara khawatir Calvin tenggelam dalam kerumunan orang.

Aurora berjalan ke atas panggung, menggunakan seluruh kekuatannya, memukulkan kursi yang ada di tangannya ke arah Joseph Chen.

Dia merasa dirinya sendiri ingin membunuh pria itu.

Ketika musik berhenti total, semua orang diam, Aurora menggandeng anak mmuda yang berdiri di pojok panggung.

"Wesley, pulang."

Anak muda itu berdiri dalam kegelapan, menatap Aurora, tidak mampu menyembunyikan kesungkanan dan tebakan yang ada di matanya.

Tiba-tiba, Wesley Yan tersenyum. Dengan lembut membiarkan tangannya digandeng oleh Aurora. Ketika menengadahkan kepala, malah melihat kedinginan dan kemarahan.

Aurora membalas tatapan Wesley Yan, dan sedikit demi sedikit sedih menjadi marah.

Ada suatu perasaan sayang di dalam hati, Aurora berjalan dengan terhuyung-huyung, tidak bisa menemukan jalan keluar.

Dia menggandeng tangan Wesley Yan, tidak menatap Wesley Yan lagi, hanya terus berlari ke depan. Di benaknya saat itu hanya ada satu pemikiran: Pulang, cepat pulang. Dia ingin membawa Wesley Yan pulang ke rumah.

Tapi, ketika sampai di rumah, Aurora malah langsung membawa Wesley Yan ke kamar mandi, membuka keran, mengangkat semprotan dan mengetes sendiri suhu airnya.

Dingin, panas, dan hangat.

"Aurora, apa yang sedang kamu lakukan?" Wesley Yan tersenyum, dan wajahnya jauh lebih cantik dari biasanya.

"Tutup mata." Aurora berkata dengan wajah tanpa ekspresi.

"Oh." Wesley Yan menutup mata dengan patuh.

Aurora mengeluarkan handuk lalu menghapus dandanan di wajah Wesley Yan.

"Sakit." Wesley Yan berkata sambil mengerucutkan bibir.

"Tahan." Aurora berkata dingin, dan wajahnya marah tapi gerakan tangannya berubah semakin lembut. Alis, mata, hidung, bibir .... pelan-pelan mulai terlihat aslinya.

Aurora menghapus ujung dahi Wesley Yan, sampai bisa terlihat alis Wesley Yan yang biasanya.

Lama kemudian, Aurora baru buka mulut lagi, "Tundukkan kepala."

Wesley Yan menundukkan kepala dengan patuh. Aurora mengerutkan dahi, melepaskan pita yang ada di kepala Wesley Yan.

"Apa tidak enak dilihat?" Wesley Yan bertanya dengan nada bercanda.

Aurora tidak menjawab, melihat banyak hairspray dan jepitan di tangannya, Aurora mengambil shampoo, lalu memijat rambut hitam Wesley Han. Memijat cukup lama, lalu mencucinya. Rambut hitam Wesley Yan masih ada wangi hairspray. Wangi bau itu membuat orang sesak napas.

Kali kedua, kali ketiga, tetap tidak dapat menghapus wangi itu.

Di kamar mandi, sangat hening sampai hanya terdengar suara air mengalir.

Tiba-tiba, Aurora membanting semprotan air yang ada di tangannya.

"Memangnya apa yang bagus dilihat? Seorang pria tidak menjadi pria gentle, kenapa belajar menjadi gadis kecil, mengikat rambut. Jelek sekali, jelek sekali! Aku tidak pernah melihat kamu sejelek ini. Orang sejelek ini!"

Aurora teriak, bergetar, dan suaranya sangat kencang. Sangat kencang sampai hampir tidak dapat dikontrol, berbeda sekali dengan biasanya.

"Aku tahu." Wesley Yan menatap Aurora, menundukkan kepala dan terdiam.

Beberapa saat kemudian, Aurora berkata dengan suara serak, "Apa yang kamu mengerti!"

Wesley Yan menatap Aurora, ingin mengatakan sesuatu, tapi malah menyadari mata wanita itu sudah berkaca-kaca.

Wesley Yan menatap Aurora, lalu meletakkan kepalanya pelan-pelan di leher Aurora, seperti anak kecil, lalu berkata dengan tidak berdaya, "Maaf". Tetesan rambut yang basah menetes diam ke atas lantai.

Aurora mendorongnya pelan, membalikkan badan, menarik napas dalam, tapi malah karena depresi dalam membuat air matanya jatuh.

"Wesley, sebelum kamu belajar untuk tidak mencurigai Aurora Wen, orang asing ini, jangan mengatakan maaf."

Telepon berbunyi.

Jam 6 pagi. Di jam seperti ini, siapa yang akan menelepon?

Aurora mengangkat telepon dan bertanya, "Siapa ini?"

Orang di seberang tertawa, "Ini aku, Joseph."

Aurora berkata dengan dingin, "Ada apa?"

"Aku kira kamu akan berterima kasih padaku. Tidak disangka .... benar-benar terlalu menyakiti perasaan teman semeja." Joseph Chen berkata dengan nada mengejek.

"Kenapa kamu begitu percaya diri?" suara Aurora dingin sampai rasanya dapat membekukan tulang.

"Memangnya tidak? Aku menggantikan pertunjukkan Wesley, tidak mendorongnya ke jalan yang sama dengan Ice. Aku rasa kamu tidak mungkin tidak melihat kalau sikap gelap Wesley dan Ice sangat sama." Joseph Chen berkata dengan pasti.

"Kamu selalu sangat membenci Wesley, ya 'kan?" Aurora menarik napas dalam lalu bertanya dingin.

"Kalau kamu adalah aku, kalau orang yang kamu sangat suka malah menyukai Wesley, apa yang akan kamu lakukan?" orang di ujung sambungan masih terus tersenyum, sangat santai seperti mengobrol dengan teman lama.

"Jadi, ingin balas dendam pada Wesley?" nada bicara Aurora menjadi sangat kaku.

Orang itu tertawa kecil, "Awalnya aku berpikir seperti itu, tapi tiba-tiba merasa lelah. Aku rasa masalahnya bukan seperti yang aku pikirkan, jadi aku berhenti."

"Kemudian kamu juga melihatnya. Meskipun keinginan Wesley belum terjadi, tapi aku juga tidak melakukan perbuatan salah apapun." pria itu merasa sangat benar.

"Bagaimanapun itu, aku sedikitpun tidak melukai Wesley, benar bukan?"

Hanya saja, hampir mendapat perlakuan melukai wajah, benar-benar membuat orang kesal. Tindakan Aurora hari itu, benar-benar melampaui perkiraannya. Aurora selalu pintar, meskipun tidak sepintar orang itu, tapi setidaknya dibandingkan dengan Calvin, mempunyai kepintaran yang lebih.

Sampai hari ini dia tidak tahu kenapa Aurora waktu itu marah sampai seperti itu. Ekspresi yang begitu marah, seperti ingin membunuh orang.

Bahkan Calvin Wen tidak pernah seperti itu. Sebenarnya ini dia yang menebak terlalu dangkal, atau Aurora yang menyembunyikan terlalu dalam?

Ujung sambungan terus diam, Joseph Chen mendengar hembusan napas orang di ujung sambungan, yang depresi dan bergetar, jelas sekali sedang menyembunyikan kemarahan yang tidak boleh diketahui oleh dunia.

Lama kemudian, Aurora berkata dengan marah, "Jangan beritahu padaku kalau kamu tidak menyadarinya. Wesley bukan paling takut depresi seperti Ice soa;am, melainkan dibuang oleh dunia ini!"

Anak muda ini mencengkram mikrofon dengan erat, tidak dapat bergerak, tidak dapat percaya .... dan terkejut.

Ini adalah pertama kali dalam seumur hidupnya dia mendengar Aurora mengucapkan kata-kata kotor.

Novel Terkait

Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu