Ten Years - Bab 2 Ibu

Aurora Yun pernah memikirkan ribuan adegan saat dia bertemu dengan keluarganya, tidak hanya adegan yang penuh keharuan, penuh air mata, dan penuh dengan berbagai macam perasaan yang berkecamuk, yang menyentuh hati dan penuh perasaan seperti opera tiongkok yang suka ibu tonton di rumah ; tetapi dia juga memikirkan adegan dimana yang mungkin karena merasa canggung dan tidak biasa, masing-masing dari mereka jadi sangat berhati-hati dengan satu sama lain, dan dikarenakan terpisah dalam waktu yang sangat lama jadi untuk sementara ada kekakuan yang tidak bisa dihilangkan di antara mereka.

Semuanya pernah dia pikirkan, tetapi tidak se-nyata keadaan yang ada di depan matanya. Sesuatu yang nyata seperti inilah yang merupakan kenyataan, karena sesuatu yang nyata seperti inilah yang telah menghapus segala kemungkinan yang pernah dibayangkannya.

“Calvin , ada apa denganmu?” Pria tua yang berwibawa itu perlahan-lahan mengalihkan pandangannya dari Aurora dan menatap pemuda yang sekujur tubuhnya basah seperti sup ayam.

"Kakek, tadi aku dan Wesley Yan bermain-main, jadi tidak sengaja ..." Calvin tidak mempermasalahkannya dan tersenyum dengan santai.

Pria tua itu mengangguk, lalu tatapan matanya kembali tertuju ke arah Aurora.

Jantung Aurora berdetak dengan kencang, dia merasa waktu seakan berhenti. Pria tua yang disebut "kakek" itu menatapnya, dan membuatnya tidak dapat menemukan tempat untuk bersembunyi.

"Sebelumnya siapa namamu ?"

“Aurora, Yun.” sejak kecil Aurora tumbuh di bagian selatan tiongkok. Meskipun dia pernah mempelajari bahasa mandarin, tapi saat dia menggunakan bahasa mandarin nada bicaranya akan terdengar sangat aneh. Oleh karena itu, saat dia mengucapkan sepatah kata demi sepatah kata, nada bicaranya terkesan kikuk.

"Menurut silsilah keluarga Calvin adalah kakakmu, ketika ibumu mengandungmu, dia menamaimu Zoey , tetapi nama itu sudah digunakan oleh orang lain. Kalau begitu kamu tetap gunakan nama aslimu, kelak namamu adalah Aurora Wen." gumam pria tua sambil menatap cucu perempuan yang berada di depannya.

Digunakan oleh orang lain? Aurora sedikit bingung, tanpa sadar dia menatap Calvin dengan hati-hati, lalu akhirnya tatapan matanya berhenti di tangan Calvin. Urat nadi pemuda itu terlihat dengan jelas di sela jari-jarinya, air yang menetes dari lengan bajunya menetes hingga ke punggung tangannya lalu terus menetes hingga ke bawah.

"Bibi Zhang, bawa Aurora Wen pergi beristirahat." Pria tua itu memerintahkan wanita paruh baya yang berdiri di samping, lalu dia menatap Calvin, "Pergi bersihkan dirimu. Sudah sebesar ini masih berkelakuan seperti ini."

Semakin sayang orang tua kepada generasi mudanya maka dia akan semakin tegas terhadap mereka.

Saat Aurora mengikuti Bibi Zhang menaiki tangga yang terbuat dari kayu, dia teringat saat kakek mendidik Calvin tadi, dan kata-kata ini langsung muncul di dalam benaknya.

Ketika dia masih sangat kecil, ayah asuhnya memberi tahunya cinta antara keluarga tidak dapat dihitung dengan menggunakan penambahan dan pengurangan, kalau cinta maka seseorang akan memberikan semua pengorbanan tanpa mengharapkan imbalan, kalau tidak cinta maka apapun tidak ada, tidak ada yang namanya berada di tengah-tengah dan menghitung segala sesuatunya dengan terperinci.

Bagaimana kalau tidak cinta? Apakah akan bersikap dingin?

Perbandingan pro dan kontranya sudah diajarkan oleh guru di desa.

“Kita sudah sampai, ini kamarmu.” Bibi Zhang berjalan ke belokan di lantai dua lalu dia membuka pintu sebuah kamar.

“Terima kasih.” suara Aurora sangat lembut, aksen bahasa mandarinnya yang tidak bernada terdengar sedikit lucu.

Raut wajah Bibi Zhang terlihat tidak natural, setelah melihat Aurora dalam waktu yang lama, akhirnya dia menghela nafas dan berbalik.

Aurora menarik kopernya ke dalam kamar, tetapi dia langsung merasa bingung.

Kamar ini berwarna biru yang bernuansa hangat, desainnya yang indah dan hangat, membuat seluruh ruangan penuh dengan nafas kehidupan. Lonceng angin berbentuk cangkang kerang yang berwarna biru terlihat sangat indah dan memenuhi empat sisi tempat tidurnya yang besar, dan membuat tempat tidurnya terasa hangat.

Apakah ada yang pernah tinggal di sini sebelumnya? Dia merasa dirinya seolah-olah telah menerobos masuk ke ruang privasi orang lain, Aurora sedikit tidak tahu harus berbuat apa, dia meletakkan kopernya, dan duduk di kursi putar di samping meja bundar yang terbuat dari kaca.

Dia menundukkan kepalanya, dan melihat di atas meja bundar terletak beberapa boneka jerami yang indah. Kakek berwajah tegas yang berambut putih dan berkumis, nenek berbulu mata lentik yang sedang tersenyum dan memakai liontin salib di dadanya, ayah berseragam angkatan laut yang berwibawa dan dengan rokok di tangannya, ibu yang lembut dengan tatanan rambut yang indah, bocah laki-laki bermata besar dan berlesung pipi dalam yang sedang menaikkan alisnya. Apakah ini ... adalah keluarga Wen?

Begitu dia melihat boneka-boneka yang lucu itu, entah kenapa kegugupan Aurora langsung menghilang dan dia langsung merasa tenang. Dia menjulurkan tangannya dan dengan hati-hati ujung jarinya mengelus wajah boneka-boneka itu

"Jangan sentuh barang Zoey!"

Aurora merasa terkejut, tangannya gemetar, dan boneka itu langsung jatuh di atas karpet. Dia berbalik dan menatap wanita yang tiba-tiba muncul di depannya, dan entah kenapa dia merasa ingin menangis.

Ketika dia masih kecil, dia tahu dia tidak mirip dengan ayahnya, ibunya dan adik laki-lakinya Andrew Yun. Dia pernah bertanya seperti ini kepada ibunya: "Ibu, kenapa aku tidak mirip denganmu?"

“Aurora yang seperti ini lebih cantik.” ibunya memberikan senyuman penuh kasih sayang kepadanya, “Bentuk alis panjang terlihat lebih elegan daripada bentuk alis melengkung.”

Ibu Yun memiliki alis melengkung yang merupakan ciri khas wanita Jiangnan, sedangkan Aurora memiliki alis yang panjang, matanya yang indah dan lembut, terlihat seperti pemandangan yang indah dan bersih.

Wanita paruh baya di depannya kebetulan memiliki bentuk alis yang panjang.

Aurora berdiri dengan tegak, tubuhnya kaku, tatapan matanya tertuju ke arah wanita paruh baya itu, dia melihat wanita paruh baya itu berjalan ke sisinya, lalu berjongkok dengan lembut, dan mengambil boneka yang jatuh dengan penuh kasih, setelah itu wanita paruh baya itu berdiri.

Wanita paruh baya itu tidak menanyakan siapa namanya, berapa umurnya, bagaimana kabarnya, dan tidak menanyakan apa yang seharusnya ditanyakan oleh seorang ibu, wanita paruh baya itu hanya meliriknya sebentar, awalnya matanya bersinar, kemudian berubah menjadi gelap, setelah itu berkata dengan dingin: “Jangan sembarangan menyentuh barang-barang di kamar ini. "

Setelah itu dia pergi.

Aurora menatap punggung wanita itu, tiba-tiba, semacam perasaan rendah diri perlahan-lahan meyelimuti lubuk hatinya. Siapa dia? Anak ini sangat ingin meremukkan dirinya di udara dan berubah menjadi debu yang tidak bisa disentuh.

Tidak dianggap, merupakan hal yang lebih kejam daripada ditinggalkan.

Ibu, kata yang begitu lembut dan halus.

Ibu Aurora.

Ibu, ibu.

Aurora memeluk kopernya dan menangis karena merasa direndahkan.

Makan malam malam itu, seperti dugaan Aurora, hanya kakek yang menjadi kepala keluarga yang hadir di meja makan. Tidak ada ayah, tidak ada ibu, dan bahkan Calvin Wen juga tidak ada di sana.

Pria tua itu mengajukan banyak pertanyaan kepadanya, Aurora menjawab semuanya dengan gugup dan tidak karuan hingga pria tua itu mengerutkan dahinya.

"Aku sudah berpesan kepada pihak sekolah. Besok kamu pergi ke sekolah dengan Calvin. Jika ada yang tidak kamu mengerti,kamu bisa tanyakan langsung kepadanya."

Di pagi hari, Aurora kembali melihat sekretaris yang membawanya ke Kota B.

Calvin duduk di kursi samping kemudi, dan Aurora Yun duduk di belakang di sisi yang sama dengan Calvin .

Dari kecil hingga dewasa, ini pertama kalinya Aurora Yun datang ke tiongkok bagian utara, tentu saja dia merasa baru dan penasaran dengan segalanya. Kerumunan orang yang hiruk pikuk dan bersemangat berbicara dengan dialek ibukota yang menarik, bangunan yang menjulang tinggi dan rapi, dimana-mana merupakan bangunan siheyuan yang indah ... Kota yang sama, tetapi memiliki gaya yang berbeda, tetapi semuanya bercampur dengan begitu dengan indah.

“Calvin , lalu lintas di depan sangat macet.”Sekretaris Wen yang sopan berkata dengan nada bertanya sambil memalingkan wajahnya dan tersenyum kepada Calvin .

“Dari sini sudah sangat dekat dengan sekolah. Paman Lee, aku dan Aurora Wen turun disini saja.” Calvin memikirkannya selama beberapa saat, melihat mereka sudah tejebak macet hampir dua puluh menit dia berkata dengan sopan sambil tersenyum.

Aurora Yun memakai tas sekolahnya, lalu berjalan di belakang Calvin, dia berjalan sambil menjaga jarak dengannya, jarak diantara mereka berjarak satu lengan jauhnya.

Setelah beberapa saat, Aurora Yun berdiri di samping Calvin, dan dia selalu menjaga jarak dan terlihat sedikit berhati-hati.

Awalnya Calvin tidak memperhatikan, kemudian dia menyadari hanya sekelompok teman yang memperlakukannya seperti ini, meskipun dia adalah seorang pria yang sopan dan dia tidak bisa menahan diri dan mulai merasa kesal.

“Gadis kecil, aku adalah kakakmu, kakakmu!” Calvin meletakkan tangannya dengan lembut di atas kepala Aurora Yun , seperti setengah bercanda.

“Aku tahu,” jawab Aurora Yun.

Karena dia adalah kakaknya jadi dia ingat dengan jelas Calvin tidak suka dirinya dekat dengannya.

Calvin tidak akan memahami kehati-hatian ini, sama seperti dia tidak mengerti kenapa dia meninggalkan Aurora lagi dan lagi.

Calvin memilih jalan kecil dan melewati gang sempit. Aurora menundukkan kepalanya sambil diam-diam mengingat jalan, setelah dia sampai di jalan keluar di sudut jalan, dia melihat kerumunan orang yang hiruk pikuk.

Alasan kenapa takdir begitu hebat, karena takdir bisa berdiri di titik akhir dan melihat pertemuan menakjubkan yang telah dia tentukan untukmu. Meskipun pertemuan-pertemuan ini sering membuatmu memujinya sebagai hal yang tak tergantikan di dalam hatimu, tetapi ketika kamu melihat ke belakang, semuanya sudah ada, seperti potongan kecil dalam puzzle yang hampir bisa diabaikan tetapi dengan adanya potongan kecil itu puzzle baru bisa diselesaikan.

Ketika Aurora bertemu dengan cinta hidupnya untuk yang kedua kalinya, pemuda itu sedang duduk di sudut jalan, dan dia sedang berada di kerumunan orang tua. Dia sedang menundukkan kepalanya dan dengan fokus menyeruput air kedelai dari sebuah mangkuk porselen.

Jari-jarinya yang panjang, ramping dan putih mengenggam sisi mangkuk, rambut hitamnya yang lembut jatuh di sudut dahinya, menutupi sisi wajahnya, dan hanya memperlihatkan hidungnya yang mancung dan indah. Dia bisa melihat dengan jelas setiap helaian rambut tipis yang beterbangan, benang kacau di samping kancing pertama di jaket seragam sekolah biru tuanya, tetapi wajahnya benar-benar kosong.

Saat itu, jam 7:58.

“Wesley, kita sudah hampir terlambat, cepat sedikit!” Calvin menepuk pundaknya seperti biasanya, tetapi kaki panjangnya masih terus melangkah maju.

Diam-diam Aurora Yun menatap pemuda itu , melihatnya dengan malas mengangkat jari yang ramping ke arah Calvin , tetapi dia tidak mendongak.

Wesley Yan. Namanya seperti nama seorang gadis.

Melihat air kedelai yang tidak sengaja mengenai rambut anak muda itu, Aurora tersenyum tipis, lalu dengan lembut dia mengeluarkan saputangan putih dari sakunya, dan dengan diam-diam dia meletakkannya di atas meja kayu yang penuh debu, setelah itu dia langsung pergi.

Anak muda itu tidak mengangkat kepalanya, pada masa itu dia selalu sangat dingin dan menakutkan terhadap orang yang tidak dikenalnya.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu