Ten Years - Bab 21 Berkeliaran Sendirian (2)

Setelah berlalu sekian lama, terdengar sebuah suara.

Aurora mengangkat matanya dan melihat Wesley Yan sedang menatap dia dengan dingin. Di sudut ruangan terdapat alat pegangan berwarna hitam yang sudah retak karena dilempar.

"Kamu berencana untuk berada di sini hingga kapan?" Dia bertanya kepada dia. Matanya yang gelap tidak bisa ditembus dengan menggunakan cermin pada umumnya.

"Kamu sudah mengingatnya?" Aurora tersenyum dan menjulurkan tangan memberikan buku tugas kepadanya.

Mata remaja itu terangkat, dia menatapnya dengan tatapan marah dalam waktu yang lama.

Aurora menatapnya dengan lembut dan tenang, sambil tersenyum tipis berkata, "Wesley Yan, apakah sesulit itu untuk mengerjakan tugas?"

Remaja itu tertegun, kerutan pada keningnya berkurang, setelah terdiam dalam waktu yang lama dia bertanya, "Aurora Wen apakah pantas kamu berbuat seperti ini hanya untuk masalah sekecil itu?"

Kamu yang marah, kamu yang merajuk, kamu juga yang melemparkan barang.

Aurora menghela nafas, merasa dirinya tidak melakukan kesalahan apa pun.

"Aku mengerti, aku akan mengerjakannya. Kamu pergilah." Wesley Yan menyandarkan kepalanya pada ranjang dan berbicara dengan datar.

"Oh." Aurora mengangguk-anggukkan kepalanya, dan beranjak berdiri, dia merasa kakinya sedikit kebas.

Dia menutup pintu dan berjalan ke lantai bawah.

Petugas Lee sedang duduk pada kursi di balkon dan mendengarkan radio, tetapi dia tertidur. Dalam suasana ruang tamu yang hening dapat terdengar suara dengkurannya.

Di bawah bayangan matahari terbenam, ruangan itu sunyi, hanya terdengar suara detakan jam.

Meskipun keadaan Keluarga Wen tidak bisa disebut sangat baik, tetapi jauh lebih hangat dibandingkan di sini. Ketika Aurora sedang berpikir, dia mengangkat kepalanya dan melihat foto yang dipajang pada dinding. Bingkai demi bingkai terdapat hasil penangkapan yang sempurna, warna yang bagus dan kehangatan yang tidak bisa ditambahkan.

Meskipun terdapat momen bahagia tetapi suasananya sangat hening dan dingin. Ada sedikit kehangatan dan sedikit keheningan.

Seketika hati Aurora seperti dicakar oleh kucing, hatinya sangat sakit.

Dia teringat perkataan Wesley Yan ketika dia sakit, suaranya yang lemah dan sedih.

Dia teringat ketika Wesley Yan membawa kue ke hadapannya sambil tersenyum berkata, "Aurora Wen, Ibu Aurora Yun meminta tolong kepadaku untuk membelikan kamu kue, dia menitip pesan kepadaku untuk mengucapkan 'selamat ulang tahun' kepadamu." Nada suaranya saat itu sangat kagum dan iri.

Dia takut orang lain akan menghancurkan rasa kesepian yang dia miliki, karena kesepian ini merupakan baju zirah yang kuat. Hanya ketika sedang memakai baju zirah, Wesley Yan bisa menjadi orang yang kuat.

Dia tidak pernah menyangka akan melihat remaja ini hingga ke tahap ini. Tetapi doanya saat ini sudah melewati batas kebodohan dirinya.

Dulu dia ingin mencari tahu lebih dalam mengenai Wesley Yan karena rasa penasaran yang menghantuinya. Tetapi sekarang dia sudah mengetahuinya, dia sekarang merasa takut dan kasihan kepada dia.

Dia takut rasa kasihan ini akan berangsur-angsur hilang dari dirinya.

Langkahan kakinya berhenti dan menatap foto-foto itu dalam waktu yang lama.

Wesleyn Yan kembali melihat Aurora tidak sampai setengah jam kemudian, setelah dia menyelesaikan tugas bahasa inggrisnya.

"Kamu belum pergi?" Dia tertegun dan memutarkan pena menggunakan jari tangannya.

"Apakah kamu lapar?" Aurora bertanya balik, tangannya sedang memegang semangkok mi yang aromanya sangat menusuk hidung.

"Mi tulang iga?" Remaja itu menarik nafas untuk memastikannya.

"Di dalam dapur ada tulang iga, dan mi. Kebetulan bahan-bahannya lengkap, jadi aku membuatnya." Aurora menjelaskan dengan sendirinya.

Jadi, apakah kamu mau memakannya?

Tatapan Wesley Yan dipenuhi dengan rasa curiga dan waspada berkata, "Oh, aku sudah mengetahuinya! Kamu pasti menaruh racun di dalamnya!"

"Iya, aku menaruh racun. Kamu tidak makan, aku akan menyuapi Nasi Tim." Aurora tersenyum dan berjalan ke arah jendela.

Burung beo kecil sedang bermalas-malasan, begitu melihat dia, dia membuka sayapnya dan berputar mengelilingi mangkok dengan mata yang berbinar-binar berkata, "nasi tim, nasi tim!"

Wesley Yan tertawa, "kenapa kamu begitu sensitif? Aku hanya mengusilimu." Lalu, dia menyentil kepala burung kecil tersebut. Tetapi gerakan burung kecil ini sangat cepat yang akhirnya terkena jendela.

Dia merebut mangkok yang ada di tangan dia, punggung tangannya terkena bibirnya, mata hitamnya yang bersinar, tersenyum dengan naif. Kepalanya masuk ke dalam mangkok tersebut, dia memakannya dengan sangat lahap, membuat Aurora kembali teringat pada babi kecil di tempat makan remaja ini.

Ketika Wesley Yan sedang makan, Aurora terduduk di lantai dan mengambil alat pegangan yang berada di sudut ruangan, sambil membawa obeng.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" Wesley Yan menyeruput.

"Oh, ini, memperbaikinya." Aurora tidak mengadahkan kepalanya dan memutarkan obeng dengan pelan.

"Apakah kamu bisa?" Wesley Yan kembali menyeruput.

"Aku usahakan." Aurora terkekeh.

"Apakah kamu akan mengantinya jika kamu merusaknya?" Remaja itu bertanya dengan tegas.

"Sudah rusak." Aurora tersenyum dan mengingatkannya.

"Jika bukan karena kamu, apakah aku akan membantingnya? Alat pegangan ini aku mendapatkannya dengan susah payah dari bibiku."

"Sudah selesai." Aurora tersenyum, mengencangkan mur dan memberikan alat tersebut kepada remaja itu.

Wesley Yan mengoyangkannya setelah menerimanya. Tidak terdengar suara bahwa ada sesuatu yang longgar. Dia mengetahui sudah berhasil diperbaiki, dia teringat sesuatu hal lalu mendekatkan alat pegangan tersebut ke telinganya dan wajahnya yang serius.

"Apa yang kamu dengar?" Aurora penasaran.

Wesley Yan tersenyum, menyipitkan matanya, mendesah lalu mengeluarkan suara seperti kakek tua berkata, "dahulu kala ada sebuah legenda, di setiap alat pegangan terdapat seorang dewa di dalamnya. Jika sang pemain terus berbicara dengannya setiap hari, dewa itu akan memberikan kemenangan dalam permainan."

Aurora tertegun, "dewa? Apakah benar-benar ada?"

Tiba-tiba alat pegangan tersebut mengenai jidat dia dengan pelan, Aurora mengadahkan kepalanya.

"Iya betul, dia mengadu bahwa gerakanmu tadi sangat kasar. Dia sangat membencimu."

Aurora menarik nafas, lalu memegang alat pegangan yang ada di jidatnya lalu dengan sedih berkata, "tidak, tidak kasar."

"Ada, kamu ada!" Wesley Yan menatapnya berkata, "dewa mengatakan kamu bukan hanya saja mengetuk-ngetuk dia, kamu juga menekan dia. Dia akan membalasan dendamnya kepadamu."

"Dia akan membalaskan dendam seperti apa?" Merasa bersalah.

"Oh, dia akan menyuruh hantu kecil muncul di samping ranjangmu ketika tengah malam, menceritakan cerita hantu kepadamu, ada mayat-mayat di pedesaan yang terdapat roh-roh jahat, gigitan vampir, kombinasi antara Cina dan asing melalui zaman kuno dan modern ... "

Aurora setengah percaya setengah curiga bertanya dengan pelan, "apakah dewa tersebut berasal dari cina atau dari luar negeri?"

Awalnya jari tangan Wesley Yan sedang menggaruk dagunya, begitu mendengar perkataan Aurora dia tertawa sambil memeluk bantal berkata, "aku pikir selama ini kamu hanya berpura-pura bodoh saja, kelihatannya aku salah."

Jelas-jelas dia hanya berpura-pura bodoh.

Novel Terkait

Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu