Ten Years - Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (2)

Evan merasa dirinya memang bersalah, dia berpikir sangat lama namun tidak bisa membantahnya, dia mengertakkan giginya, "Wesley, kamu jangan terus mengira dirimu lumayan tampan lalu langsung bisa menendangku!"

Calvin merasa salut.

Wesley tersenyum, dia sangat terlihat tidak berdaya, "Ini diberikan oleh orang tuaku, aku juga tidak ingin begitu disenangi banyak orang."

Calvin kembali merasa salut.

Aurora malah tertawa.

Aurora tidak terlalu tahu mengenai neneknya, Calvin hanya menceritakan sedikit saja, namun dia bisa merasakan kerinduan Calvin terhadap neneknya.

Neneknya meninggal ketika musim dingin pada satu tahun sebelum kepulangan Aurora ke keluarga Wen, meskipun kakeknya adalah seorang atheis, namun neneknya adalah seorang pengikut katholik yang sangat turut, dia sering mengajari Calvin untuk bersikap baik, sabar dan ramah terhadap setiap hal, karena semua makhluk itu sama derajatnya, tidak boleh berbohong, menjadi manusia harus jujur, harus sopan dan tulus kepada orang lain.

Karena pengaruh dari neneknya, Calvin juga adalah seorang pengyakin katholik yang setia.

ketika Aurora mengetahuinya, dia juga tidak merasa kaget, karena Calvin memang adalah orang yang seperti begitu, dia dari awal hingga akhir terus saja lembut dan sopan kepada orang lain, dan ramah terhadap orang lain, dimatanya tidak ada perbedaan antara yang cantik dan yang jelek, hanya ada yang baik dan yang jahat, dia bisa dengan tenang dan ramah taman kepada setiap orang.

Namun justri karena lelaki muda yang tidak pernah impulsif ini, dia malah menghilang pada hari ketiga sebelum hari nata;.

Lebih tepatnya adalah pada subuh jhari itu, Aurora tidak melihat Calvin, keluarga Wen awalnya mengira bahwa dia ada urusan jadi langsung kesekolah dulu.

Tapi setelah hari kedua, lelaki muda itu tetap saja belum pulang, mereka menelepon Evan dan Wesley, tapi juga tidak bertemu dengnanya.dan tempat tinggal Zoey juga mengeluarkan kabar bahwa dia juga sudah dua hari tidak pulang. barulah keluarganya melapor polisi, dan bersama dengan para tetangga untuk mencarinya.

Aurora disuruh tinggal dirumah, dia berpikir bahwa hal ini sungguh tidak ada tanda-tandanya, sebelum Calvin menghilang, dia masih sempat bercanda gurau, tidak ada yang aneh, mengapa bisa langsung menghilang begitu saja?

Aurora masuk kedalam kamar Calvin, kamarnya yang biasanya bersih sudah menjadi berantakan, tadi, keluarganya mencari seluruh kamarnya, namun tidak menemukan jejak apapun, Calvin biasanya bersih, jika dia pulang dan melihat kamarnya berantakan seperti begini, dia pasti akan tidak senang.

Aurora membayangkan tampang Calvin mengerutkan keningnya ketika melihat kamarnya, lalu mengelengkan kepalanya sambil tersenyum, dia mulai membereskan kamar untuk Calvin.

Dia membuka jendela, diluar sana, salju masih saja terlihat putih, hanya saja bisa terlihat bahwa ini adalah malam hari.

Malam hari ini adalah Silent Night, Aurora tidak terlalu mengerti dengan hari raya orang luar negeri, dia hanya sering mendengar Calvin mengungkitnya barulah dia ingat.

Pada Silent Night harus makan apel agar bisa sehat dan baik.

Calvin berada diluar dan kedinginan seperti ini, apakah dia punya apel untuk dimakan? Dia tidak pulang kerumah pada hari yang dingin begini? Sungguh bodoh sekali, memangnya ada apa yang tidak bisa didiskusikan dengan baik, jika dirinya tidak bisa diajak diskusi, masih ada ibu dan kakek juga kan.

terpikiran mungkin saja Calvin akan pulang sebentar lagi, Aurora setelah membereskan kamarnya, dia pergi mengupas apel.

Namun setelah selesai mengupas satu, dia berpikir bahwa kakek dan ibu akan pulang juga, dia lalu mengupas dua buah apel lagi.

Ketika kembali lagi ke kamar Calvin, tatapan Aurora tidak sengaja melirik kearah kalender didinding, bulan 12, dilukis menggunkaan spidol terus,namun terakhir berhenti pada tanggal 22.

Tanggal 22 bulan 12, hari dimakamnya nenek.

Calvin pernah memberitahunya bahwa nenek dimakamkan oleh kakek disebuahh gereja paling besar di kota B, namun nenek tidak suka gereja itu, yang paling suka dia pergi adalah sebuah gereja kecil, katanya arwah nenek pasti berada disana.

"Ge....gereja Sudong!"

Aurora merasa tersadarkan, dia bergegas mengenakan jaket dan berlari keluar.

Setelah keluar dari rumah dan naik ketaksi, supir taksi mendengar mau pergi ke gereja Sudong, dia berkata, "Gadis cilik, di Sudong sana turun salju dan membeku, jalanan licin dan susah dilalui.""Paman, uang, aku ada!" Aurora mengeluarkan semua uang jajannya dari kantongnya.

"Aduh, gadis cilik, aku sudah setua ini apakah aku masih akan rakus akan uangmu ini?" Supir ini adalah orang yang tulus dan jujur, dia sedikit marah.

"Paman, jangan marah." Aurora tegang, "kakakku, di Sudong, dua hari, tidak pulang!"

"Oh, gadis cilik, begini saja, aku antarkan kamu ke desa G, disana sekitar masih berjarak 2 kilo meter dari Sudong, jalanan sedikit licin, mobil tidak bisa lewat, tapi jika jalan masih bisa lewat, bagaimana menurutmu?" Supir ini juga adalah orang baik, dia mengerutkan kenignnya dan menyarankan kepada Aurora.

Aurora merasa sangatlah berterima kasihm, dia menganggukkan kepalanya dan naik keatas sana.

Namun sayangnya, Silent Night, dikota ada banyak orang, mobil tidak bisa melaju dengan cepat.

"Paman, cepat, lebih cepat!" Aurora sangatlah merasa panik.

"Lebih cepat lagi akan menyetir hingga keatas orang!" Supir itu merasa perkataan si gadis cilik ini lucu.

"Kakakku, diSudong, dingin!" Aurora semakin merasa panik, mulutnya semakin gagap.

Supir merasa sedikit terharu, dia melirik Aurora dan berkata dengan lembut, "Baik, kita cepat sedikit lagi, tidak boleh membiarkan kakakmu kedinginan!"

Hingga setelah sampai di desa G, waktu sudah menunjukkan setengah jam kemudian, Aurora membayar uangnya dan bergegas turun.

Supir mengelurkan kepalanya dan berteriak kepada Aurora, "Gadis cilik, jalan lurus kesini, jika melihat rambu jalan, berjalan kearah kanan selama 300 meter lagi sudah sampai!"

Aurora melambaikan tangannya, dia tersenyum sambil menganggukkan kepala.

"Gadis cilik, pelan-pelan dijalanan." Supir sangatlah baik, dia melambaikan tangannya.

Aurora sudah berjalan jauh, dia tidak mendengarkannya, namun berada dicuaca ini, dan melihat orang sing yang baik, dia tersenyum.

Aurora awalnya sudah ada persiapan ketika supir mengatakan jalanan licin, namun ketika sudah terjatuh beberapa kali, dia sudah merasa tidak kuat, namun hatinya terus terpikiran, dia juga tidak peduli dengan rasa sakit itu.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu