Ten Years - Bab 4 Sebuah bom yang bernama Zoey
Terkadang Aurora berpikir hidup benar-benar seperti lelucon. Saat dia masih belum mengerti kenapa dia bermarga Yun, dia diberikan marga Wen.
Menurut cerita Bibi Zhang , saat ibunya menjalani masa nifas, dia yang berada di kamar bayi tiba-tiba menghilang, orang tuanya panik hingga hampir gila. Setengah bulan kemudian kakek membawa pulang seorang bayi perempuan dan mengatakan dia telah menemukan Zoey.
Ketika Aurora Yun menjalani kehidupan yang sederhana dan miskin di Desa Wushui, dan hidup dalam bayang-bayang ketakutan setiap saat penyakit jantung adik laki-lakinya mungkin akan kambuh, gadis itu, mengantikannya dan hidup sebagai Zoey Wen.
Marga Wen, melambangkan apa? Ayah Aurora adalah seorang perwira angkatan laut yang memiliki reputasi yang sangat baik, ibunya adalah seorang pianis terkenal, dan kakek adalah seorang politisi yang penting. Anak perempuan dari keluarga seperti ini pasti disayang dan dimanja sejak kecil.
Dan Zoey Wen, gadis yang mengambil nama Aurora , adalah gadis yang sangat dimanja.
Zoey sangat hebat. Dia bisa menari balet, bisa memainkan piano dengan mahir, dia sangat cantik dan yang lebih hebat adalah dia memiliki kepribadian yang sangat menarik dan imut. Seluruh keluarga Wen, termasuk almarhum nenek, sangat menyayanginya. Bahkan sang kakek yang memiliki kepribadian yang keras, akan selalu tertawa saat membahasnya dengan orang-orang, belum lagi sejak dia masih kecil ibu wen selalu mencintainya dan merawatnya dengan hati-hati.
"Sayangnya, anak yang sangat baik ini ..." Bibi Zhang selalu terlihat sedih saat dia membicarakannya.
Di dalam keluarga Wen, satu-satunya orang yang bisa Aurora ajak berbicara mungkin hanya Bibi Zhang saja. Wanita tua ini telah menjanda selama bertahun-tahun, tak lama setelah Nyonya tua Wen menikah ke keluarga Wen dia sudah mulai bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah ini. Kemudian karena berbagai macam hal, dia akhirnya pindah dan tinggal di rumah ini bersama dengan keluarga Wen. Bibi Zhang ini selalu rajin dan disiplin, oleh karena itu dia sangat dihormati oleh anggota keluarga Wen.
Jika ceritakan, Aurora bisa akrab dengan Bibi Zhang semuanya berkat dapur.
Di desa, Ibu Yun terkenal pintar dan cekatan, dia pandai memasak dan pandai membuat sup. Sejak kecil Aurora ikut terbawa, dan sedikit mewarisi bakatnya ini.
Suatu hari, saat Bibi Zhang sedang sibuk memasak sayur, dia memasak nasi hingga gosong, Aurora yang saat itu merasa panik, melihat di atas meja yang berada di samping ada jeruk yang tinggal setengah, dia memeras air jeruk ke dalam nasi, lalu dia menaruh daun bawang di dalam nasi dan kemudian dia mengukusnya dengan api kecil.
Bibi Zhang kebingungan melihat apa yang dia lakukan, setelah beberapa saat, dia mencium aroma nasi yang harum, dalam hati pandangannya terhadap gadis kecil di depannya ini langsung berubah. Saat ada waktu luang, dia mengajak Aurora ke dapur untuk saling mempelajari keterampilan memasak masing-masing dan dengan sepenuh hati mengajari Aurora memasak masakan tiongkok bagian utara.
“Balik tiga kali, hati-hati,” Bibi Zhang memberikan instruksi kepada Aurora dengan penuh wibawa.
Dengan santai Aurora membalikkannya dengan menggunakan spatula kayu.
“Salah, tiga kali.” kata wanita tua itu tegas, lalu dia memegang tangan gadis itu sambil membalikkannya sekali lagi.
"Dua kali, boleh tidak? Bagaimana kalau empat kali, boleh tidak?" Aurora tersenyum.
"Tentu saja tidak boleh, menumis sayur harus di balik tiga kali." kata wanita tua.
“Dua kali tidak matang, tapi kalau empat kali akan hangus.” Aurora bergumam dengan suara rendah.
“Gadis kecil!” Bibi Zhang menoleh dan memarahinya sambil tersenyum, lalu dia sekalian menyeka keringat di dahi Aurora .
“Nenek.” Aurora memiliki mata yang lembut dan jernih, suaranya juga lembut, saat dia berbicara dia akan menggunakan logat bahasa tiongkok bagian selatan yang murni.
Bibi Zhang tertegun sejenak, dia terlihat tidak mengerti, setelah itu dia berbalik untuk menumis irisan daging ayam.
"Nenek...." Aurora menggerakkan bibirnya dengan bersungguh-sungguh lalu dia berbicara dengan menggunakan bahasa mandarin yang hangat dan logat yang sedikit lucu.
Wanita tua yang masih sedang menggoreng irisan daging ayam, berhenti sejenak, lalu dia mendesah dengan pelan.
"Nak, alangkah baiknya jika kamu bandel sedikit."
Aurora tidak mengatakan apa-apa, dan hanya tersenyum.
Setiap hari saat makan malam, suasana di ruang makan akan sangat hening. Bahkan suara mengunyah juga tidak kedengaran. Aurora makan dengan suapan-suapan kecil, meskipun aneh, tapi sejak kecil dia pendiam, jadi tidak ada yang aneh.
Peraturan keluarga keluarga Wen sangat ketat, berbicara di atas meja makan merupakan hal yang tabu. Tetapi saat makan Calvin dan Zoey selalu suka bercanda, meskipun pria tua telah menegur mereka beberapa kali, tetapi tidak berguna, karena begitu Zoey berbicara dengan manja kepada pria tua itu, dia langsung membiarkan mereka.
Sekarang, Aurora sudah datang, dia tidak suka berbicara, dan merupakan anak yang pendiam, tetapi pria tua itu malah merasa tidak terbiasa.
"Ayah ...," Ibu Wen meletakkan sendok dengan lembut, dia ingin mengatakan sesuatu tetapi dia merasa sedikit ragu-ragu.
“Clairine, ada apa?” Pria tua itu mengerutkan keningnya, sambil menatap menantunya.
“Bisakah ... bisakah kita membawa Zoey pulang?” Ibu Wen yang biasanya anggun dan percaya diri, saat ini terlihat sedikit berhati-hati.
“Di rumah tempat Zoey tinggal sekarang, aku sudah mencari orang yang khusus di pekerjakan untuk menjaganya, kamu tidak perlu khawatir.” pria tua itu sedikit tidak senang, matanya melirik Aurora.
Calvin masih mengunyah makanan di mulutnya dengan sopan, tetapi alisnya sedikit tegang.
“Ayah, bukankah dulu kamu yang paling menyayangi Zoey?” dengan ragu-ragu Ibu Wen mengalihkan pandangannya kepada ayah mertuanya.
“Cukup!” pria tua itu membanting sendok dengan keras di atas meja.
Calvin mengangkat kepalanya dan menatap pria tua itu dengan sedikit terluka. Ibu Wen tidak berbicara lagi, tetapi dahi Ibu Wen yang indah berkerut, dan dalam hati dia merasa frustasi.
Suasana di seluruh ruangan sangat hening, Aurora menelan sup yang masih ada di dalam mulutnya dengan kikuk.
“Clairine , jika kamu punya waktu, lebih baik kamu tambahkan beberapa pakaian untuk Aurora .” Pria tua itu menghela nafas dan kembali mengambil sendoknya.
Aurora menatap seragam sekolah kotor yang sedang dikenakannya, dan dia langsung merasa malu.
Bukannya tidak ada pakaian di dalam lemari, tapi pakaian-pakaian itu milik orang lain, kebanyakan pakaian terlihat sangat mahal dan terkesan aneh jika dia mengenakannya. Pakaian yang dia bawa dari rumah perlahan-lahan sudah melewati musim, dan tidak pantas untuk dikenakan, oleh karena itu dia hanya bisa mengenakan dua set seragam sekolah yang dia pakai bergilir. Kebetulan hari ini ada kelas olahraga, dan dia mengotori pakaiannya, tapi hal ini disadari oleh kakek.
“Aku mengerti.” Ibu Wen menoleh ke arah Aurora , tidak ada perasaan apa pun di dalam matanya. Aurora menundukkan kepalanya dan perlahan-lahan menelan sup yang ada di dalam mulutnya, tetapi dia merasa seolah-olah ada duri ikan yang tersangkut di tenggorokannya.
Sebenarnya, seragam sekolah saja sudah sangat cukup. Aurora ingin mengatakan hal ini, tetapi dia merasa tidak pantas, diam-diam dia melirik Calvin, saat melihat tidak ada ekspresi wajah yang berbeda muncul di wajahnya, diam-diam dia merasa lega .Hari itu di gerbang sekolah dia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kebaikan Calvin terhadap Zoey.
“Aurora , apakah kamu masih bisa mengikuti pelajaran sekolah?” Kakek Wen bertanya dengan lembut kepadanya, menatap cucu perempuannya yang biasa-biasa saja, dalam hati dia merasa sedikit menyesal. Bagaimanapun dia, telah menghambat anak ini.
“Hmm.” Aurora sedikit terkejut, kemudian dia mengangguk dengan patuh.
"Jika ada yang tidak kamu mengerti, biarkan ... kakakmu mengajarimu." Ketika pria tua itu mengatakan kata "kakak", dia menekankan kata itu.
Dalam sekejap, raut wajah Ibu Wen dan Calvin langsung berubah menjadi pucat.
Kakak.
Tenggorokan Aurora sedikit gatal, dia membuka mulutnya, tetapi dia tidak bisa mengeluarkan suaranya, dia hanya mengangguk dengan lembut.
Tangan Calvin yang sedang mengenggam sumpit sedikit gemetar, beberapa saat kemudian dia berdiri, dan dengan sopan menggeser kursinya: "Aku sudah kenyang." Dia berbalik dan pergi, hatinya terasa sangat sakit, seolah-olah diremas oleh seseorang.
“Wesley.” Calvin berjalan kembali ke kamarnya dan meletakkan gagang telepon di telinganya, setelah diam beberapa saat dia membuka mulutnya.
“Hmm?” orang dibalik telepon bertanya dengan sedikit bingung dan sedikit malas.
“Aku merindukan Zoey.” ujung jari Calvin yang sedang mengenggam gagang telepon perlahan mengencang.
“Oh.” orang dibalik telepon sangat malas menjawab, jadi dia hanya menjawab dengan sepatah kata.
“Wesley, aku bilang aku merindukan Zoey!” Suara Calvin bertambah keras, dia tidak bisa mengendalikan kesedihannya, perlahan-lahan matanya mulai memerah.
"Apa perlu kamu berbicara begitu keras? Bocah tengik, kamu sudah gila?" suara pemuda itu jelas dan kata-katanya sangat tajam.
"Wesley..." Calvin berkata dengan sedih.
“Panggil kembali rohmu!” cibir pemuda itu dengan sangat tidak sabar.
“Apakah kamu harus begitu galak setiap kali kamu berbicara denganku?” Suara Calvin melemah, nada bicaranya sedikit kekanak-kanakan dan tidak berdaya.
“Aku tumbuh sebesar ini belum pernah bersikap lembut kepada siapa pun!” suara pemuda itu sangat jelas, dan kata-kata kasar yang keluar dari bibirnya memiliki gaya yang khas.
“Kalau... dengan Nova Liu?” Calvin berhenti sejenak lalu berkata dengan hati-hati .
'Bang', orang yang berada dibalik telepon langsung menutup telepon.
Mendengar nada bip di telepon, Calvin tahu dia telah mengatakan sesuatu yang sensitif dan dia tidak bisa menahan diri untuk tertawa.
Wesley, apakah ... kamu masih belum bisa melupakannya?
Entah kenapa, ketika dia memikirkan Zoey, wajah Wesley yang arogan dan acuh tak acuh, dan bahkan tampan yang ada di dalam kepala Calvin langsung menjadi sebuah topeng.
Tentu saja, beberapa tahun kemudian, ketika melihat kemana akhir semua ini, selain tersenyum masam, masih ada tiga kata yang bagaikan sebuah panah yang menancap di tengah dahi——takdir mempermainkan manusia
Sedangkan Aurora, sejak melihatnya sekilas di tempat parkir hari itu, dia tidak pernah lagi bertemu dengan Zoey.
Di dalam kelas, karena melihat pakaian Aurora yang terlalu biasa, perlahan-lahan semua orang samar-samar merasakan sesuatu. Ditambah dengan bahasa Mandarin Aurora memang tidak disukai orang-orang, dan logat bicaranya yang terdengar sangat lucu, beberapa siswa di kelas yang memiliki kekuasaan mulai tidak suka dengannya. Saat mendengar Aurora berbicara, senyuman di bibir mereka mengandung makna kasihan dan merendahkan, mereka akan berpura-pura tidak tahu dan saling bertukar pandangan sedang teman yang berada disampingnya, lalu mereka akan saling berkomunikasi dengan menggunakan tatapan mata yang penuh dengan rasa superioritas.
Karena tidak memiliki pakaian yang layak, karena miskin, jadi dia pantas dikasihani, karena bahasa mandarinnya yang tidak bagus, dan karena nada bicaranya berlogat daerah, jadi memalukan.
Pada awalnya, Aurora masih bersedia untuk berkomunikasi dengan semua orang, tapi kemudian, dia benar-benar diam, dan hanya mengunakan tatapannya yang lembut untuk melihat orang lain tertawa dan bercanda.
Meskipun Evan Xin tahu semua orang menatapnya dengan tatapan merendahkan, tetapi dia juga memusuhi Aurora karena masalah Zoey. Karena seimbang, jadi dia mengabaikannya, dan langsung menganggap Aurora Wen sebagai orang asing, dalam hati dia berharap Aurora Wen akan menangis atau marah karena dikucilkan oleh orang-orang, dengan begini dia memiliki ketenangan pikiran untuk mewakili Zoey membencinya.
Sayangnya Aurora Wen tidak pernah pelit dengan senyuman, sebaliknya dia menerima semuanya dengan kuat.
Novel Terkait
Habis Cerai Nikah Lagi
GibranPernikahan Kontrak
JennyAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanMenunggumu Kembali
NovanYour Ignorance
Yaya1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaTen Years×
- Pendahuluan
- Bab 1 Sebaskom air yang disiramkan
- Bab 2 Ibu
- Bab 3 EVE sebelumnya dipanggil Evan Xin
- Bab 4 Sebuah bom yang bernama Zoey
- Bab 5 Pria idaman
- Bab 6 Burung Bernama Nasi Tim
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (1)
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (2)
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (3)
- Bab 8 Yang Lainnya Juga Adalah Satu
- Bab 9 Bola Voli Terlempar Kemari
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (1)
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (2)
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (3)
- Bab 11 Aku Bukan Siapa-Siapa
- Bab 11 Aku Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 12 Orang yang Tidak Bersedia Jadi Budak (1)
- Bab 12 Orang yang Tidak Bersedia Jadi Budak (2)
- Bab 13 Kejujuran yang Dekat Namun Jauh
- Bab 13 Kejujuran yang Dekat Namun Jauh (2)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (1)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (2)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (3)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (1)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (2)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (3)
- Bab 16 Menjelang Tahun Baru Imlek (1)
- Bab 16 Menjelang Tahun Baru Imlek (2)
- Bab 17 Perkelahian
- Bab 17 Perkelahian (2)
- Bab 17 Perkelahian (3)
- Bab 18 Siapa yang Dimarahi (1)
- Bab 18 Siapa yang Dimarahi (2)
- Bab 19 Kamu Sangat Baik (1)
- Bab 19 Kamu Sangat Baik (2)
- Bab 20 Bukan Sebuah Lelucon (1)
- Bab 20 Bukan Sebuah Lelucon (2)
- Bab 21 Berkeliaran Sendirian (1)
- Bab 21 Berkeliaran Sendirian (2)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie (1)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie ( 2)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie ( 3)
- Bab 23 Susu dan Arak (1)
- Bab 23 Susu dan Arak (2)
- Bab 24 Siapa yang Akan Terlebih Dahulu Mendapatkan Wanita Cantik itu? (Bagian 1)
- Bab 24 Siapa yang Akan Terlebih Dahulu Mendapatkan Wanita Cantik itu? (Bagian 2)
- Bab 25 Joe Kecil yang Bahagia dan Polos (1)
- Bab 25 Joe Kecil yang Bahagia dan Polos (2)
- Bab 26 Masa lalu mengubah masa kini (1)
- Bab 26 Masa lalu mengubah masa kini (2)
- Bab 27 Memainkan sinetron (1)
- Bab 27 Memainkan sinetron (2)
- Bab 28 Teman masa kecil yang saling mempercayai (1)
- Bab 28 Teman masa kecil yang saling mempercayai (2)
- Bab 29 Orang yang berjodoh (1)
- Bab 29 Orang yang berjodoh (2)
- Bab 30 Kegenitan remaja (1)
- Bab 30 Kegenitan remaja (2)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (1)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (2)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (3)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (1)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (2)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (3)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (1)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (2)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (3)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (1)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (2)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (3)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (1)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (2)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (3)
- Bab 36 Momen setelah hujan (1)
- Bab 36 Momen setelah hujan (2)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (1)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (2)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (3)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (1)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (2)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (3)
- Bab 39 Grinch juga Sangat Penting (1)
- Bab 39 Grinch juga Sangat Penting (2)
- Bab 40 Kepalsuan di Balik Topeng (1)
- Bab 40 Kepalsuan di Balik Topeng (2)