Ten Years - Bab 36 Momen setelah hujan (2)

Ketika mereka sampai di rumah, Wesley Yan menggunakan tangan kanan menyeka permukaan jam tangan kirinya yang terkena hujan dengan lampu jalan di dekat pintu, menatapnya selama beberapa detik dan mendengus pelan: "Untung saja."

“Hah?” Aurora mengerutkan kening menatapnya.

"Belum jam dua belas," Wesley Yan berbisik denghan tatapan polos.

Dia mengulurkan tangan dan mengusap di celananya, matanya terbelalak kemudian menepuk kepala Aurora dengan serius, "Aurora,

apakah kamu tahu Cinderella harus pulang sebelum jam dua belas?"

“Kenapa?” Dia tertawa, pelan-pelan menurunkan tangannya.

Mereka berjarak hanya enam sentimeter.

"Bukankah Brothers Grimm yang mengatakan bahwa jika tuan putri belum pulang pada jam dua belas malam maka mereka akan berubah dari seorang putri menjadi seorang gadis jelaga ?" Dia berkata dengan intonasi yang tinggi.

“Aku akan menjadi gadis jelaga, karena ibu tiri yang suka mengatur orang, bukan karena waktu.” Aurora tertawa, menggosokkan matanya yang masam dan membuka pintu.

Wesley Yan mencibir: "Jika aku adalah seorang ibu tiri, maka kamu harus belajar menjadi saudara perempuan Cinderella yang kejam. Karena tidak ada ibu tiri yang akan berlari selama empat jam pada hari hujan untuk menemukan gadis jelaga. "

Dia sengaja berbicara dengan nada seperti itu, kemudian menutup payung dan mengganti sepatu, dan langsung pergi ke kamar mandi.

Aurora santai, menghela napas, dan dengan lembut menekan kepalanya ke dinding putih, menutup matanya. Setelah beberapa saat, dia tersenyum perlahan.

Ketika dia berjalan ke ruang makan, Aurora menemukan bahwa makanan di atas meja tidak bergerak.

Wesley Yan mencium bau makanan ketika dia keluar setelah mandi.

Aurora duduk di ruang makan, melihatnya keluar, dan menyapa sambil tersenyum: "Wesley Yan, makanlah."

Mimik wajah Wesley Yan kurang bagus, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, duduk, mengambil nasi dan tulang iganya, dan masukkan ke mulutnya. Meskipun dia tidak memiliki ekspresi, namun dia juga menghabiskan nasinya hingga tidak bersisa.

Akhirnya, dia dengan sengaja menyeka mulutnya dengan lengan baju piyama yang baru saja di cuci bersih oleh Aurora, anak itu menatap Aurora dengan tatapan kekanak-kanakan dan berbalik ke atas.

Aurora tersenyum untuk waktu yang lama, dia tengkurap di atas meja dan hampir marah, tetapi dia akhirnya tenang kembali dan bingung apa yang baru saja disenyumkan olehnya.

Di pagi hari, langit di luar masih dipenuhi dengan bunyi petir. Aurora tidur dengan tidak tenang, alam bawah sadarnya seperti teringat akan sesuatu dan dia bangun dengan kaget dari mimpinya.

Membuka pintu dan berjalan ke pintu kamar sebelah, ragu-ragu untuk waktu yang lama, Aurora dengan lembut membuka pintu. Kakek Yan pernah berkata padanya, jika bisa jangan meninggalkan Wesley Yan sendirian di kamar gelap saat hujan.

“Wesley Yan?” Dia berjalan masuk dan menemukan tempat tidurnya rata.

Melihat sekeliling, dia berjalan ke sudut dengan ragu-ragu.

Didalam kegelapan, dia bersembunyi di sana dengan tenang, tidak ada gerakan, namun menutup dirinya sendiri dengan selimut.

Aurora mengulurkan tangan dan dengan lembut mengangkat selimutnya.

Remaja itu, duduk di sudut dinding, memeluk lututnya dengan tangan dan kaki telanjang dengan mata tertutup rapat.

“Wesley Yan?” Dia berjongkok di sampingnya, tidak yakin apakah remaja itu tertidur di sini.

Dia tidak bergerak sama sekali, napasnya juga tidak normal, seperti dalam kondisi hampir pingsan

Dia mengulurkan tangannya dan dengan hati-hati memeriksa, saat memeriksa, dia dipegang dengan lembut dengan tangan yang dingin. Wesley Yan membuka matanya.

Itulah pertama kalinya Aurora melihat ekspresi itu di mata Wesley Yan.

Kesepian, rasa sakit, keputusasaan, dan lubang hitam yang sobek tak berujung.

Mata itu menatapnya, berusaha keras untuk mengembalikan kelembutan dan kesombongan dirinya seperti biasa, namun setelah menatap Aurora, air matanya mulai mengalir.

“Aurora, lain kali kamu harus pulang sebelum jam dua belas ya?” Dia tersedak dan berkata seperti anak kecil.

Aurora menatapnya dengan tenang.

“Ya?” Dia menatapnya dengan serius, serius ingin mendengarnya berkata baik.

Rambut hitam remaja itu tidak tahu kapan basah dipenuhi dengan keringat.

Mata Aurora adalah akumulasi lembut dari gunung dan air. Dia mengulurkan tangannya dan memeluknya dengan kuat, membenamkan matanya di pundaknya, dan dengan tenang berkata: "Ini bukan masalah besar, Wesley Yan, tidak ada yang tidak bisa diselesaikan di dunia ini. "

"Tidak masalah seberapa kotornya itu." Dia mendengar rasa sakit yang hebat yang menyangkut di tenggorokannya, dan kata-katanya dengan jelas diucapkan, "Ada aku di dunia ini, semua bukan masalah besar."

Dia tahu bahwa Wesley Yan bisa mengerti.

Meskipun dia tidak tahu apa yang terjadi dua tahun lalu, dia tetap tidak bisa melihat ke belakang, bahkan jika lukanya akan berdarah, dia juga hanya bisa melihat ke depan.

“Tapi, Aurora, suatu hari, kamu juga akan meninggalkanku.” Dia tak berdaya, tetapi air matanya membakar bahunya.

Aurora menatap sudut kegelapan, tidak tahu kata-kata seperti apa yang memiliki kemampuan kuat untuk menghiburnya.

"Aurora, kamu bahkan tidak tahu kamu juga akan meninggalkanku," katanya dengan sedikit mengejek, "Tapi lihat, aku tahu, aku bahkan bisa memprediksi ini."

"Apakah kamu tidak akan mencoba menghalangi kepergianku?"

Wesley Yan tersenyum pahit: "Ibu tiri Cinderella hanya milik Cinderella, tetapi bukan milik dua saudara perempuannya."

Menghalanginya, bagaimana dia bisa tega melakukannya.

"Wesley Yan, aku tidak suka ... sepatu kristal." Dia menghela napas sambil tersenyum, dengan lembut melepaskan tangannya, tetapi tidak berani melihat ke belakang.

Baik itu Cinderella atau saudara perempuan yang kejam, dia tidak menyukai sepatu yang bisa melukai kakinya.

“Wesley Yan, jika aku pergi meninggalkanmu, aku akan meminta maaf padamu.” Aurora memikirkannya dan mengerutkan kening sembari menarik kesimpulan.

“Aurora, ku pikir kata "maaf" yang diucapkan seseorang itu maka dia tidak akan meninggalkanku, namun pada akhirnya dia juga pergi begitu saja dari hidupku.” Wesley Yan mendongak dan jatuh di lantai.

“Jadi, bagaimana dengan kata 'Terima kasih atas perhatianmu'?” Dia masih menghadap tembok.

"Pertama kali aku mendengar" Terima kasih ", aku merasa hampir menghilang dari dunia ini."

Aurora meletakkan tangannya di lehernya dan menyeka air mata di sudut matanya sambil tersenyum: "Jika aku harus meninggalkanmu, itu juga karena adanya seseorang yang jauh ribuan kali lebih baik dariku yang telah menemani dirimu, atau juga karena aku yang berada di sampingmu namun masih tetap membuat dirimu merasa kesepian, jadi dengan kepergianku, akan membawa kebebesan yang bisa melegakan dirimu."

Dia berkata: "Wesley Yan, ketika aku berusia empat tahun, ayah aku meminta aku untuk membeli garam sendirian. Pada waktu itu, aku juga merasa bahwa dunia ini mengerikan, banyak sekali orang asing yang ada di sekitarku, orang-orang yang meludah sembarang, aku juga gugup sekali saat itu. Setelah itu, saat aku pergi membeli cuka, aku bisa minum sepanjang jalan, dan merasa jalanan berubah menjadi pendek. Wesley Yan, ketakutan adalah naluri manusia, tetapi ketika rasa takut itu semakin banyak, seharusnya kita menyadari bahwa tidak ada hal yang harus ditakutkan di dunia ini."

Wesley Yan meraih tangannya dan menemukan tangan itu penuh dengan kapalan. dengan lembut dia meletakkan di wajahnya lalu berkata, "Aurora, kami semua berutang budi padamu. Sebelum membayar lunas , aku akan mencoba menahan diri dan tidak melakukan ..."

Dia memiliki kepribadian ganda, dengan menghilangkan stress yang menghampirinya tadi, dia tersenyum dengan sedikit pasrah: "Aurora, kamu akan dewasa nantinya, dan akan mengerti apa yang benar untuk dilakukan."

Dan aku, mekipun tidak tahu kapan akan berhenti bertumbuh, namun ketika dilupakan olehmu, aku juga akan merasa senang.

?

Buku dongeng gelap itu menceritakan dua orang asing.

Aurora, Aurora, percaya pada seseorang akan melukai dirimu.

Namun apakah jika aku tidak percaya makan aku tidak akan sedih lagi.

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu