Ten Years - Bab 40 Kepalsuan di Balik Topeng (2)

Aurora membenarkan topi jas hujan sambil mengantar kepergian mobil itu, kini baru tersadar ada seseorang duduk di kursi sampingnya, dari bayangannya terlihat seperti perempuan, tetapi tidak seperti Zoey. Rambut sedikit keriting, sepertinya…. Wanda Lin yang pernah ditemui beberapa waktu lalu.

Dia teringat sesuatu, melihat Wesley sekejap, raut wajah itu tidak berubah sama sekali.

Mereka berencana mencari sebuah taksi, tetapi hujan terlalu deras, hampir tidak ada mobil di jalanan. Setelah mencari di sepanjang jalan, menyadari gerbang Kuil Timur sudah dekat, mereka pun mengurungkan niat, anggap saja olahraga sebelum makan.

“Aurora, ada sebuah toko kecil di depan gerbang Kuil Timur, topeng-topeng yang mereka buat indah sekali, setelah makan nanti kita beli beberapa untuk dimainkan di rumah ya.” Wesley menunjuk kejauhan dengan sangat bersemangat.

Awalnya Kuil Timur hanyalah sebuah vihara kecil yang dibangun pada masa Kekaisaran Kangxi dan dijadikan sebagai tempat ibadah dalam rumah.

Wesley bersikeras ingin datang demi sebuah restoran mie daging sapi yang merupakan resep rahasia dari Keluarga Lu. Sekalipun sedang hujan, bisnis restoran Keluarga Lu itu tetap saja ramai, tidak sedikit pendatang dari luar mencicipi mie yang dikabarkan enak disini.

Begitu pula dengan meja di samping mereka, sekelompok anak muda bersorak gembira, berbicara dengan cepat dan lancar, sebagian besar berasal dari daerah Jiangnan.

Mie daging sapi di restoran itu enak sekali, Aurora menggigit mie bertekstur lembut itu, kemudian mencicipi kuahnya, mengerutkan kening dan berkata: “Wesley, mie ini, menggunakan terlalu banyak bumbu herbal.”

“Karena itulah dinamakan mie sapi pemulih gizi, coba kamu lihat namanya disana.” Wesley sama sekali tidak terpengaruh oleh kata-katanya.

Aurora menggelengkan kepala, “Obat herbal memang baik untuk memulihkan gizi, tetapi harus dengan takaran yang pas. Demi membangkitkan rasa, kuah dalam mie itu memasukkan terlalu banyak bumbu penyedap yang akan berpengaruh pada lambung, seperti kabularang sebrang, Sharen dan banyak lagi……”

Wajah Wesley memucat, mata melotot besar: “Kabularang Sebrang, Sha Ren?”

Entah sejak kapan sekelompok orang di meja seberang sudah berhenti berbicara, kini menjadi sangat hening. Tidak lama kemudian seseorang tertawa, menyenggol anak muda bermantel bulu putih di sampingnya, berkata: “Hei Wilson, kamu terkalahkan nih. Sudah lihat belum, selalu ada yang lebih hebat dari diri kita sendiri, lain kali jangan menyombongkan diri di depan mereka lagi, jika sampai mengejutkan mereka, Kepala Gu pasti akan memarahimu tidak benar.”

Sekelompok anak perempuan mengangkat alis melihatnya.

Anak laki-laki yang dipanggil Wilson itu juga sangat aneh. Mengenakan mantel bulu berwarna putih bersih, suaranya terdengar cukup berat dan menekan: “Logika yang dimengerti orang biasa sekalipun, perlukah dijadikan bahan untuk bersaing denganku?”

Wesley berbisik: “Aurora, apa yang mereka katakan?” Wesley pernah mempelajari dialeg Jiangnan, hanya saja tidak bisa mendengar yang terlalu cepat.

Aurora bersikap sangat santai: ”Bukan apa-apa kok.” Dia kembali meminum kuah, lalu tersenyum: “Wesley, kuah ini tidak bermasalah lagi.”

Wesley hampir saja menangis: “Aurora, sebenarnya apa yang kamu katakan? Kenapa aku tidak mengerti satu kata pun!”

Aurora tersenyum kecil, lalu menjelaskan: “Di dalam kuah juga ada semak, bersifat sejuk, kebetulan sekali bisa menurunkan panas dan racun pada kabularang sebrang dan Sharen, aman-aman saja bagi tubuh manusia.”

Raut wajah laki-laki bermantel putih itu malah membaik, tersenyum melihat Aurora.

Wesley melanjutkan: “Memang kok, lihat saja nama mie yang dicetak di dinding ‘Mie Sapi Semak’!”

Hm? Aurora menoleh ke samping, ternyata memang benar, terpampang jelas disana. Hehe, wajah memerah, segera mengalihkan topik pembicaraan: “Wesley, hehe, lagi-lagi kamu makan sampai belepotan…..”

Wesley hampir menyemburkan kuah di mulut, menjulurkan tangan menujuk sekitar mulut Aurora, kemudian berkata: “Anak bodoh, memangnya kamu lebih baik dariku?”

Aurora merasa sangat tidak berdaya, saat makan saja dia menjadi orang yang dicemaskan.

Ada sebuah kebiasaan di gerbang Kuil Timur, tiba pada jam 9 malam, kedua sisi jalan akan dihiasi lampion merah, dengar-dengar selalu diteruskan turun-temurun sejak dulu, termasuk salah satu ciri khas daerah. Jika tidak sedang hujan, rasanya seperti sebuah festival lampion.

Wesley menggandeng Aurora berjalan ke seberang jalan. Lapak kerajinan tangan juga sangat memiliki ciri khas, tersusun rapi oleh batu bata.

Setelah berjalan ke dalam, ternyata sama seperti yang dikatakan Wesley, yang tergantung di empat sisi dinding adalah topeng-topeng yang sangat indah, ditambah dengan pancaran cahaya lampion, menciptakan pemandangan yang sangat memukau.

Aurora baru saja menurunkan sebuah topeng bajak laut dengan bekas goresan di wajah, terlihat aneh tetapi penuh nilai seni, Wesley malah berlari menuju sebuah topeng yang bergambar perempuan cantik.

Kebetulan sekali, di bagian tengah ruangan tertata banyak jaket berkulit macan, yang diatasnya bergantung banyak aksesoris Suku Man, ada pisau kecil, anting, gelang, serta banyak pelengkap lainnya.

Aurora memakai topeng bajak laut dan selapis kulit, terlihat lembut, sama seperti asli. Seolah kepikiran sesuatu, dia tersenyum melihat ke arah Wesley.

Bayangan samar-samar, jarak yang dekat seolah menjadi sangat jauh.

Jaket berwarna cokelat muda, celana lurus berwarna abu muda, warna yang sangat langka. Sayangnya tiba pada kaki, yang terlihat malah sepatu kain berwarna merah. Sekeliling sepatu itu dipenuhi bercak air dan tanah yang semakin meresap, tetapi tetap memberikan ciri khas yang sangat menakjubkan.

Dia menatap bayangan itu, tatapan mata yang serius dan lembut, hening dan tentram. Tangan kiri diletakkan di bagian dada, tersadar detak jantungnya telah berlipat ganda lebih cepat.

Aurora menghela nafas secara perlahan.

Jika bukan karena memakai topeng, tatapannya seperti ini bisa memberikan seberapa banyak kesulitan baginya. Hanya dirinya sendiri yang tahu, seberapa memalukan ekspresi wajahnya saat ini.

“Lenny Du, sudah cukup mainnya belum? Hentikan!” Terdengar suara dingin mematikan, seseorang membuka topengnya.

Orang itu mengenakan mantel bulu putih, terbengong melihat wajah Aurora.

“Maaf, kamu salah orang.” Aurora tersenyum kecil, mengambil topeng dari tangannya dan memakainya kembali secara perlahan.

Dia menundukkan kepala, berbalik badan berjalan pergi, malah tidak tahu sebuah nasib telah dimulai lagi.

Dia tidak pernah perduli dengan kejadian dadakan seperti itu, hanya berjalan ke depan Wesley, berpikir apakah Wesley akan salah menebak seperti orang-orang lainnya.

Wesley malah tertawa, meraba goresan di topeng bajak laut itu sembari berkata: “Aurora, ini, terlihat asli sekali.”

Di balik topeng, suhu dari jari-jari itu malah terasa sangat hangat.

10, 9, 8, 7, 6, 5, ,4 ,3, 2, 1.

10 detik terakhir.

Dia melihat Wesley, tersenyum kecil.

Tatapan terakhir membuat suasana panik dan tegang menjadi sangat tenang.

Wesley melepaskan topeng Aurora secara perlahan, tetap dengan rambut dan bola matanya yang hitam, begini….sangat cantik.

Orang itu selalu Aurora yang dia kenal.

Aurora yang tidak akan hilang kendali.

Aurora yang bisa semuanya.

Aurora yang berhati lembut.

Selamanya…hanya akan menjadi Aurora yang ada dalam hatinya.

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu