Ten Years - Bab 12 Orang yang Tidak Bersedia Jadi Budak (2)

Kenyataan ini lebih tidak nyata dibanding mimpi, mimpi ini lebih nyata dibanding kenyataan. Tapi, tidak peduli seberapa ketakutan dia di dalam mimpi, di mata Wesley, perempuan ini sudah tidur nyenyak, terpisah dari dunia nyata.

Ketika sedang tidur, perempuan ini tetap diam dan biasa, tidak membuat orang kesal, juga tidak membuat orang suka. Namun Wesley membuka lebar matanya, mempertahankan kesadaran penuh.

Dia tidur punya kebiasaan buruk, meminta sekelilingnya diam sepenuhnya, kalau ada sedikitpun keributan, lebih baik membuka mata sampai pagi, daripada mencoba tidur.

Dia tidak bisa menerima ketika pikirannya terputus dan tanpa pertahanan, orang lain masih sedang berpikir, masih dalam keadaan sadar berada di sampingnya, hal ini membuatnya merasa sangat tidak nyaman.

Wesley duduk diam, melihat santai ke luar jendela, melihat keputihan yang datang. Melihat salju dari kereta api memang seperti itu, kotak-kotak kecil seperti vas bunga, di pemandangan yang lewat dengan cepat, salju menjadi latar belakang.

Saat ini, sesuatu yang lembek bersandar ringan di bahunya.

Wesley mengerutkan kening, dia membenci sentuhan mesra dan dekat seperti ini, bukannya gila kebersihan, hanya tidak suka. Oleh karena itu, Wesley meluruskan kepala perempuan itu kembali ke tempatnya.

Untungnya Aurora tidur dengan diam, mengikuti pose yang disusun Wesley, dia diam seperti itu dan tidak bergerak.

Ketika Aurora bangun, sudah keesokan paginya, dia menggosok matanya dan melihat Wesley.

Wesley masihlah seperti kemarin, hanya saja matanya sedikit merah.

"Kamu tidak tidur?" suara Aurora terdengar seperti suara orang yang baru saja bangun.

Wesley melihatnya, tersenyum datar: "Kamu sudah bangun?"

Aurora mengangguk.

"Aku lapar." Wesley berdiri dan meregangkan tubuhnya, "Kamu suka mie tulang iga atau mie daging sapi?"

Aurora membeku, dia tidak ada kebiasaan memilih makanan, setelah berpikir sejenak, dia pun berkata asal: "Mie tulang iga."

Wesley menatapi Aurora, mata besarnya tiba-tiba berubah lembut, ketajaman yang sebelumnya menghilang.

Aurora tidak mengerti.

Wesley meninggalkan tempat duduknya, ketika dia kembali, dia membawa mangkuk kertas di masing-masing tangannya.

Aurora segera mengulurkan tangannya untuk mengambil mangkuknya dan berdiri membiarkan Wesley kembali ke kursinya.

Wesley makan mie dengan sangat lahap, di sudut bibirnya ada kuah, seperti tumbuh kumis. Aurora makan dengan pelan, sambil makan sambil melirik Wesley. Suara seruputan Wesley semakin keras, bibirnya membentuk senyuman nakal.

Para tamu di sekeliling melihat ke arah mereka dengan wajah penasaran, wajah Aurora pun memerah.

"Enak, kan? Aku paling suka makan mie tulang iga!" Wesley pura-pura tidak tahu, berkata sambil tertawa, karena kehangatan kuah panas, wajahnya merah merona.

Aurora dengan jujur mengangguk.

Wesley selalu merasa, berhubungan dengan orang lain, yang paling penting adalah obrolan yang nyambung. Sebelumnya dia tidak pernah menemukan kesamaan antara dia dan Aurora, di dalam hati otomatis menjauh. Sekarang, Aurora juga suka mie tulang iga, oleh karena itu di dalam hatinya muncul perasaan dekat dengan Aurora.

Namun Aurora otomatis tidak tahu, kebaikan Wesley terhadapnya hanya karena semangkuk mie tulang iga.

"Hatchi!" Wesley menggosok hidungnya, dia sepertinya terkena flu lagi.

Dia takut dingin, setiap musim dingin dia selalu memakai pakaian tebal dan banyak, menutupi tubuhnya tanpa celah, kalau bisa sama sekali tidak bersentuhan dengan udara. Meskipun begitu, dia tetap sering flu, terlebih lagi setiap kali flu sampai belasan hari.

Masih ada setengah hari perjalanan sampai tiba ke Kota S.

"Kamu tidur sebentar." Aurora menatapi Wesley.

Wesley menggelengkan kepalanya ringan, tatapannya datar, namun sangat keras kepala.

"Aku akan menjaga tas, tidak apa-apa." Aurora pikir Wesley mengkhawatirkan masalah keamanan.

Wesley tidak memedulikannya, dia menarik maskernya, kepalanya bersandar di jendela, menutup matanya.

Aurora menatapi bulu mata di mata Wesley yang tertutup ringan, sedikit merasa canggung. Dia pun mengeluarkan sebuah sapu tangan dan melipatnya, kemudian menaruhnya di sebelah luar tangan kirinya.

Dibandingkan dengan kursi yang keras, seperti ini, tangannya akan merasa lebih nyaman.

Ujung jari Wesley bergetar sedikit, namun perlahan-lahan, jarinya pun relaks, dan tenggelam dalam kelembutan itu. Dia sepertinya benar-benar tertidur.

Aurora melihat ke arah jari yang seputih kristal yang ada di atas sapu tangan berwarna krem itu dan tersenyum.

Ketika sudah jam 4 sore, mereka sampai ke stasiun.

Ketika turun kereta, Aurora awalnya mengira mereka lagi-lagi harus berperang, namun untungnya, mata Wesley besar, ketika dia memelototi orang, penuh dengan kedinginan, oleh karena itu jalan mereka lancar tanpa rintangan sampai ke luar stasiun kereta api.

Bagian selatan dan utara, cuaca yang sama sekali berbeda.

Aurora menutup ringan matanya, menghirup nafas dalam, ini adalah kelembaban dan kesegaran yang dia kenal. Ketika dia membuka matanya kembali, suasana santai Jiangnan sudah ada di depan matanya.

Kalau orang-orang kota B setiap hari sibuk terbang kesana kemari, maka orang-orang kota S sangat santai, sampai-sampai mereka bisa bereksperimen cara jalan seperti apa yang paling cantik.

"Sekarang, kemana?" Aurora memiringkan kepalanya menatapi Wesley.

"Ikut aku." Wesley berkata, dia terlihat sedikit lelah.

Aurora mengikuti Wesley tanpa bersuara, mempercayainya tanpa syarat.

Wesley membeli peta, menunjuk Danau kota S di atas peta dan berkata: "Disini ada kapal?"

Aurora tertawa dan mengangguk.

"Di atas kapal ada penginapan?"

"Ada."

Mata Wesley seketika bersinar, berkata dengan semangat: "Benar ada? Aku pikir hal seperti ini hanya muncul di TV. Ayo kita pergi."

Aurora mengerutkan kening, sedikit ragu: "Tapi, kamu tidak pernah naik kapal, kamu bisa mabuk laut."

"Di atas kapal ada makanan enak?"

"Aurora mengangguk."

"Ada pemandangan bagus?"

Aurora mengangguk lagi.

"Ada orang cantik?"

Anggukan ketiga.

"Mabuk laut sampai mati juga harus pergi." Wesley tertawa.

Wesley Yan, di hidupnya ada tiga hobi, satu makanan; dua pemandangan indah; tiga orang cantik. Dan di antara ketiga ini, orang cantik paling penting.

Sayangnya, hidup ini tidak selalu mengikuti kehendak. Setelah perang selama 8 tahun, dia tidak mendapatkan perempuan cantik, hanya menikahi istri yang pintar masak namun sama sekali tidak cantik, dan tinggal di Champ Elysees yang penuh dengan kotoran anjing, yang pemandangannya hanya pas-pasan.

Tentu saja, ini adalah hal di masa depan.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu