Ten Years - Bab 29 Orang yang berjodoh (1)

Kakek Yan pergi ke luar negeri.

Saat makan malam, Aurora mendengar kakeknya, mengatakan Kakek Yan sudah mempersiapkan visa untuk pergi ke luar negeri. Atasan merasa Kakek Yan sudah berperang sepanjang hidupnya dan telah banyak berkorban bagi Republik Rakyat Tiongkok. Departemen militer memutuskan membiarkannya pergi dan mengirimnya ke Amerika Serikat untuk bersatu kembali dengan putra dan menantunya. Jika tidak dengan pangkat militer Kakek Yan di sana benar-benar membuat orang merasa serba salah.

“Bagaimana dengan Wesley?” Tanya Aurora , selesai berbicara dia baru menyadari nada bicaranya terlalu panik.

Kakek meliriknya, sambil mengerutkan kening: "Anak itu, bersikeras tidak mau pergi. Graham Yan membujuknya dari awal tahun sampai sekarang, tapi dia tidak setuju. Dua hari ini, kakek dan cucu itu sedang perang dingin."

Saat ini, Calvin sudah meletakkan sendoknya, tanpa mempedulikan tata krama di atas meja makan, dia melangkah pergi bak meteor.

Zoey yang teringat dengan sesuatu, menundukkan kepalanya dengan sedih, dia menggigit bibirnya, dan duduk di sana dengan tenang.

Kakek Wen mendengus, sorot matanya sedikit murung: "Sudah sebesar ini, entah apa yang ada di dalam otaknya! Satu begini, dua juga sama!"

Aurora merasa canggung. Tidak tahu kata-kata kakek in ditujukan kepada siapa?

Aurora bergegas menyelesaikan makan malamnya, setelah kembali ke kamar dia menghubungi ponsel Evan Xin .

“Evan.” Aurora mengerutkan bibirnya.

“Oh, Aurora , ada apa?” di samping Evan terdengar suara berisik.

“Calvin dan Wesley, ada bersamamu?” setelah berpikir sebentar dia bertanya kepada pemuda itu.

"Iya, mereka sedang berdebat-hei, hei, Wesley, jangan marah, jangan hancurkan konsol gameku, ini baru dibeli. Calvin mengatakan hal itu tidak bermaksud apa-apa!" Evan Xin meninggalkan ponselnya, lalu pergi membujuk mereka untuk tidak berkelahi, Aurora yang berada di balik telepon mendengarkannya semuanya.

Ternyata benar ... lalu dia menghela nafas dengan perlahan.

"Itu, aku tutup dulu teleponnya. Aurora nanti aku akan meneleponmu lagi- astaga, Calvin Wen, hari ini kamu sudah gila ..."

Tak lama terdengar bunyi telepon sudah terputus.

Setelah meletakkan kembali gagang telepon, dia duduk di depan meja, sambil melihat tumpukan buku di atas meja, tidak peduli buku mana yang diambilnya, semuanya sangat membosankan.

Hukum gerak newton, he, selalu membuat kesimpulan dalam kondisi hampa...

AgCl, BaSO4, tidak akan pernah larut ...

Tumbuhan uniseluler memiliki dinding sel, hewan uniseluler tidak memiliki dinding sel, tidak peduli bagaimanapun, merupakan uniseluler ...

Kurva sinus, kurva cosinus, terlihat sama, tetapi selalu berbeda seperempat siklus ...

Dia membaca buku sambil menarik nafas, awalnya dia ingin menenangkan dirinya, tetapi dia menyadari setiap detik tarikan nafasnya menyebabkan gangguan yang membuatnya tidak bisa tenang.

Pada akhirnya, dia menyerah dan perlahan terlungkup di atas meja.

Dia tidak cukup pintar, mana mungkin dia memiliki keberanian berdelusi dan mengganggu kehidupan orang lain?

Siapa yang bisa melepaskan keengganan di dalam hati dan menahan orang itu?

Harus bertahan, asalkan bisa bertahan, maka bisa merelakannya.

Aurora menghela nafas, lalu perlahan-lahan dia kembali duduk dengan tegak, dan membuka buku bahasa mandarin dan membaca dengan suara yang lembut. Sudah lama dia tidak menggunakan bahasa daerah yang lembut.

Tidak akan ada orang yang mengerti, seperti ini baru bisa membuatnya merasa tenang.

"《Xian Ji Xuan Zhi》karya Gui Youguang." Dia tersenyum sambil menyentuh kata-kata di buku. Karya sastra kuno yang pernah dia pelajari lumayan banyak, tetapi dia paling menyukai yang ini.

Dia memiliki Paviliun Selatan di rumahnya, yang dijadikan sebagai ruang belajar anak muda itu. Dalam hidupnya, selain menikahi istrinya karena berbakti, dia tidak pergi selama beberapa jam. Di rumah ada neneknya, yang ingin pemuda ini menjadi seorang pejabat. Di rumahnya juga ada seorang ibu yang baik sering mengetuk pintu di malam hari sambil bertanya dingin tidak? Mau makan tidak? Di depan paviliun penuh dengan pemandangan yang indah , dalam satu tahun dan empat musim, penuh dengan pohon willow yang hijau dan rimbun. Setelah itu, dia menikahi seorang istri. Istrinya sering menelusuri tulisan tangannya, sambil tertawa, dia berkata, suamiku, gadis kecil di rumah bertanya kepadaku, apa itu paviliun?

Apa itu paviliun? Pemuda itu terdiam...

Apa itu paviliun? Dia dilahirkan dan dibesarkan di sini, setengah hidupnya dia habiskan berkelilingi di dalam paviliun, berdiri di gunung ini, bagaimana dia bisa tahu ... bagaimana dia bisa tahu apa itu paviliun ...

“Di dalam paviliun ada pohon loquat, dan ditanam sebelum istriku meninggal, dan sekarang memenuhi paviliun.” lafal Aurora, lalu dia sedikit memejamkan matanya , kata-kata dan kalimat dalam buku itu sepertinya membekas di dalam hatinya, dia memikirkan satu kata dan satu kalimat dengan penuh penghayatan. Pohon loquat berguguran lalu menjadi hijau, kemudian menjadi hijau dan berguguran lagi. Istri yang menanam pohon sudah dikubur di dalam tanah, tapi dia masih tidak tahu jawabannya.

Saat Aurora membuka matanya lagi, di sampingnya ada Zoey yang sedang tersenyum, dia berjarak tiga langkah darinya.

“Aurora , apa yang sedang kamu pikirkan?” Dia tersenyum dan bertanya dengan pelan sambil memiringkan kepalanya , tetapi di malam yang berangin suara itu terdengar dingin dan sinis.

Aurora mengangkat kepalanya, dia berdiri, dan berkata dengan lembut: "Zoey, malam hari anginya dingin, tubuhmu lemah, jangan berdiri tempat yang penuh dengan hembusan angin." Aurora berbalik dan berjalan ke arah jendela, lalu dia menutup jendela itu.

Di luar jendela, sinar rembulan menerangi ranting-ranting pohon, bayangan pohon terpantulkan di jendela, dan angin berhembus tanpa mengeluarkan suara.

Zoey berbalik dengan acuh tak acuh, lalu dengan sinis dia berkata: "Kamu tidak perlu berpura-pura sopan kepadaku. Hari ini, karena melihatmu bermarga Wen, aku akan memberikan saran kepadamu, jangan melamun lagi."

Dia mencibir: "Mungkin, tak lama lagi aku akan pergi, ini adalah peringatan terakhirku kepadamu."

Aurora terkejut, tetapi dia malah dengan tenang berkata: "Terima kasih."

Tenang seperti air, lembut dan sopan.

Zoey menutup pintu dan mencibir: "Aku benar-benar tidak tahu ada masalah apa antara kamu dan Calvin. Kalian berdua seperti keluar dari cetakan yang sama."

Iya, tidak tahu karena siapa. Dan orang ini juga tidak tahu karena apa, saat di depan orang terlihat baik saat tidak ada orang malah terlihat berbeda.

Aurora tersenyum sambil menatap gadis itu pergi.

Tengah malam, dia dibangunkan oleh suara telepon. Untung saja, pada masa itu, selain belajar, dia tidak menyukai apa pun. Kalau dia pernah menonton "Ring", apakah dia masih berani mengangkat telepon ini?

“Ini dengan siapa?” Aurora bertanya dalam keadaan setengah sadar dan setengah tidak sadar, suaranya juga berat.

"Ini Calvin ya? Alihkan telepon ini ke kamar Aurora !"

Aurora menatap gagang telepon dalam waktu yang lama, lalu dengan ragu-ragu dia berkata: "Wesley, aku, Aurora Wen."

"Huh, apakah aku salah dengar? Kebetulan ini kamu!" Wesley berbicara dengan sedikit cepat.

Aurora sedikit kebingungan: "Hah?"

"Halo halo, Aurora , aku ingin bertanya sesuatu kepadamu. Kamu harus menjawab dengan jujur, kamu tidak boleh berbohong, apakah kamu mengerti?"

"Oh," Aurora mengangguk.

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu