Loving The Pain - Bab 53 Maggie Zhou Masih Hidup!

Selama satu minggu terakhir ini, Dessy merasa ia seperti sedang bermimpi.

Albert benar-benar memperlakukannya dengan baik. Pria itu memperhatikan semua hal yang berkaitan dengan dirinya, sekecil apapun itu.

Albert selalu berada di sisinya seperti perangko pada amplop surat. Ia juga selalu memberikan Dessy kejutan dengan berbagai cara.

Setiap hari saat terbangun, Dessy selalu merasa bahwa ini tidaklah nyata.

Kebahagiaan ini datang dengan begitu tiba-tiba dan sebersit rasa takut masih ada di dalam hatinya.

Katakanlah ia pesimis dan anggap saja ia tidak percaya diri.

Suatu pagi ketika ia bangun, Dessy tidak melihat Albert dimanapun. Panik menjalari tubuh Dessy dalam keterkejutannya. Tanpa menggunakan sandal, ia segera berlari keluar pintu dan mencari Albert.

“Albert? Albert, kamu ada dimana? Keluarlah! Jangan bercanda seperti ini! Albert... Albert?” Walau Dessy sudah menyusuri setiap lorong dan ruangan di villa, batang hidung Albert masih tetap tidak terlihat. Kegelisahan pun mencengkeram hatinya.

Selama satu minggu ini, mereka berdua seperti bayi kembar siam yang tidak terpisahkan. Dessy yakin Albert akan memberitahunya apabila ia memiliki urusan.

Apakah terjadi sesuatu padanya?

Ketakutan yang mencekam menjalari hatinya. Seolah-olah ada sepasang tangan tak kasat mata yang mencekik tenggorokannya.

“Albert... Albert, kamu ada dimana?” tanya Dessy sambil berdiri di tengah-tengah ruang tamu. Raut wajahnya terlihat begitu panik dan ia memutar tubuhnya dengan cepat. Tanpa hembusan napas Albert, tempat yang ia kenal baik ini terasa begitu sepi dan terasingkan.

Tiba-tiba, telepon yang terletak di atas meja kecil berdering.

Di dalam keadaan seperti ini, suara dering telepon itu terdengar seperti bunyi lonceng yang memecah kesunyian malam. Begitu menakutkan dan menghujam hatinya yang panik.

Telepon itu berdering berulang-ulang, seolah-olah siapapun yang meneleponnya tahu bahwa Dessy tidak jauh.

Setelah terdiam beberapa saat, Dessy pun berjalan kaku ke arah telepon itu dengan wajahnya yang pucat.

Dessy baru saja mengangkat gagangnya dan belum sempat mengeluarkan suara apapun ketika terdengar suara tawa seorang perempuan dari ujung sana. Tawa yang tajam dan melengking, terdengar begitu menyeramkan.

Bahkan di pagi secerah ini, suara itu dapat membuat orang-orang merasa dingin tercekam.

Dessy mencengkeram gagang telepon. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan ketakutannya dan bertanya dengan nada suara setenang mungkin: “Siapa ini?”

“Hahahahaha....” Suara tawa yang mengerikan itu terdengar kembali: “Dessy, Dessy... Sudah lima tahun berlalu. Aku tidak menyangka kau masih hidup dan masih kembali lagi.”

Seluruh tubuh Dessy bergetar mendengar suara perempuan yang tenang namun penuh dengan kebencian itu: “Maggie..... Zhao.....”

Bukankah ia seharusnya sudah meninggal?

“Hahahaha.... Ya, ini aku. Kamu pasti sangat terkejut, bukan? Dessy, kita benar-benar terikat oleh tali takdir. Ketika kau pergi lima tahun lalu, Albert ‘membunuhku’ dengan tangannya sendiri. Ia membunuh seluruh keluarga Zhao. Kedua orangtuaku sudah sangat tua, namun mereka masih harus menderita di dalam penjara.” tawa Maggie Zhao mendadak berhenti. Kini suaranya terdengar begitu penuh dendam namun tetap tenang.

“Kalian semua berpikir bahwa aku sudah mati bukan? Sungguh disayangkan, langit tidak berpihak pada kalian. Aku masih hidup. Dessy, kita ditakdirkan untuk tidak hidup berdampingan di ruang yang sama.” Setiap kata yang terucap terdengar semakin mengerikan. Firasat Dessy mengatakan bahwa Albert kini berada di dalam tangan Maggie Zhao.

Di ujung telepon, Maggie Zhao pun melanjutkan, “Sebenarnya, kali ini aku hanya kembali karena aku ingin mencari Albert dan membuat perhitungan dengannya. Tapi ternyata aku mendapatkan yang lebih baik karena kamu juga ada disini. Ayo kita selesaikan ini bertiga.”

“Maggie Zhao, apa lagi yang akan kamu lakukan?” tanya Dessy sambil sekuat tenaga menahan diri dan mengendalikan emosinya. Ia memegang telepon dengan erat sampai urat nadinya menonjol.

“Apa yang akan aku lakukan? Jawabannya sangat mudah. Kamu hanya perlu menunggu sebuah mobil datang untuk menjemputmu. Kamu akan tahu ketika kamu sudah sampai.” ujar Maggie Zhao. Ia seperti pemimpin perempuan yang mendominasi kehidupan manusia, kejam dan berdarah dingin.

Dessy membuka mulutnya untuk berbicara, namun Maggie Zhao bergerak lebih cepat. Seolah-olah ia sudah menduga bahwa Dessy akan menolak: “Oh tentu saja kamu bisa memilih untuk tidak datang. Kamu juga bisa menelepon polisi atau meminta bantuan. Tapi konsekuensinya..... Hehehe......” Terdengar tawanya yang licik.

“Maggie Zhao.... Maggie Zhao....!” seru Dessy pada gagang telepon yang kini mengeluarkan nada suara sibuk. Tidak peduli betapa keras ia berseru, tidak ada jawaban lagi yang terdengar dari ujung sana.

Dessy meletakkan gagang telepon kembali pada tempatnya dan duduk dengan lemas di atas sofa.

Ketakutan merasuki seluruh tulang-tulangnya, perlahan menghisap semua keberanian yang ia miliki.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu