Loving The Pain - Bab 23 Naik Ke Ranjangnya

Hari ketiga saat Dessy sadar, yakin bahwa ia sudah stabil, Albert akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintunya.

Dessy yang tertidur mengetatkan alisnya, kedua tangan yang melindungi perut dengan erat.

Keringan dingin menetes sedikit demi sedikit, seperti dikhawatirkan oleh mimpi buruknya.

Albert menarik kursi yang berada di sisinya, sedikit membungkuk, menggunakan pandangannya yang rumit untuk mendeskripsikan figur Dessy, lagi dan lagi.

Baru menyadari bahwa dia kurusan, sangat merana.

Lemak bayi yang kemerahan itu sudah tiada, tulang pipi yg mendalam, bahkan keempat anggota tubuhnya seperti sekali ditabrak langsung patah, sama sekali tidak ada tampang sedang melahirkan.

“Jangan......jangan......jangan sakiti anak saya......mohon, nona Maggie Zhao......” Dessy berteriak ditengah mimpinya dan terbangun.

Albert memeluknya secara inisiatif, menepuk ringgan punggungnya: “Jangan takut, jangan takut......”

Mendengar suara yang familiar, Dessy mendorong Albert, matanya yang dipenuhi air mata semuanya mengambil tindakan pencegahan: “Apa yang kamu lakukan?”

Dessy memeluk erat perutnya, seperti seketika melepaskan tangan, Albert bisa mengeluarkan pisau, memotong perutnya, dan mengambil keluar janinnya.

“Albert, kamu ingat kamu pernah menandatangani perjanjian? Saya hanya mengatakan 2 persyaratan, sekarang saya akan mengatakan persyaratan ketiga, bercerai dengan saya.” Dessy mengatakannya dengan sakit hati.

Wajahnya mendadak seperti terbungkuk embun beku, Albert menatapnya dari atas ke bawah.

Albert sangat marah, tawanya lebih dingin daripada hantu: “Masih mengatakan bahwa kamu tidak ada hubungan dengan Lukman? Saya membiarkannya untuk pergi, kamu malah mau bercerai dengan saya? Sangat baik, kalian sangat baik. Namun, saya takkan memenuhi kalian!”

Memutar tubuh, menutup pintu dengan erat.

Dessy kecewa dan melemah di atas ranjang, kepalanya disembunyikan dalam lututnya, air matanya tidak bisa ditahan lagi.

Apa yang harus dia lakukan? Bagaimana?

......

Susan datang ke rumah sakit dengan membawa termos, malah tidak bisa menemukan Dessy.

Membuatnya terkejut dan takut terhadap akalnya, berlari di rumah sakit, dan tidak menemukan Dessy.

Tubuhnya masih begitu lemah, dia juga tidak memiliki uang, kemana dia pergi?

Tidak bisa menemukan Dessy, Susan perlu meminta bantuan Albert.

Perkataan Dessy yang ingin meninggalkannya telah menusuknya secara mendalam, dia paling mengerti kelemahannya lebih dari siapapun.

Bagaimanapun itu telah melukainya!

Albert tidak mempedulikannya, Susan hanya bisa lari ke keluarga Lukman.

Tahu, Lukman kembali ke Afrika lagi, disana bahkan tidak ada signal.

Susan gelisah seperti semut yang berada dalam pot panas, dia sangat menyesal, tahu lebih awal, dia takkan membuatnya menikah dengan Albert.

Satu haru, dua hari......

Satu minggu, dua minggu......

Satu bulan, dua bulan......

Seketika, 4 bulan telah berlalu, Dessy seperti orang yang dievaporasi, menghilang tanpa bayangan tanpa jejak, hanya meninggalkan selembar surat cerai.

Albert awalnya tidak percaya dia bisa pergi, dia sudah terbiasa akan dia yang sering melepas diri, terbiasa akan dia yang selalu dia di villa menunggunya.

Namun kali ini dia benar-benar telah pergi, jika bukan karena tulisan yang begitu familiar pada surat perceraian itu.

Bahkan Albert menyangka Dessy adalah ilusi dalam mimpinya, seperti peri, menggoda hati dan jiwanya, menghilang tanpa jejak.

Hari tanpa dirinya, sangat merindukannya, tiap malam ketika sangat diam, semua memori tentangnya muncul, membuatnya terbenam.

Lagi-lagi malam yang tidak bisa tidur, dia membius diri sendiri dengan alkohol.

Jelas-jelas sangat membencinya, namun mengapa tak rela seperti ini? Mengapa hati begitu sakit?

Alkohol yang keras membakar tenggorokannya, merindukannya secara mendalam.

Berdiri dengan sempoyongan, berjalan dan naik ke atas.

Membuka pintu, meraba banyangan pada kasurnya, postur menggoda orang.

Albert dengan bahagia ke depan, memeluk dengan erat: “Dessy, kamu sudah pulang, akhirnya kamu pulang. Jangan pergi lagi, ya? Masalah yang lalu biarlah berlalu, saya akan pergi mencari psikiater, memperbaiki kondisi hati.”

“Baik.” suara yang lemah juga menjilat, secara inisiatif mencium tenggorokannya yang sensitif.

Albert bergetar, dan bereaksi secara pasif, hingga jatuh.

Menciumnya dengan bergairah, berhasrat untuk melepas piyamanya......

Saat mencium perutnya, Albert mengkaku, pelan-pelan mengangkat kepalanya, dengan pandangan yang muram, melihat wanita yang berada di bawah tubuhnya.

Dia bukanlah Dessy, melainkan Maggie Zhao!

Seketika tersadar, segera mendorongnya.

“Phak”, membuka lampu, menerangi dengan jelas figur wanita itu di ranjang, melihatkan wajah aslinya.

“Maggie, apa yang kamu lakukan disini?” Albert mengerutkan alis, bertanya dengan tegas.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu