Loving The Pain - Bab 39 Albert Tumbang

Walaupun Albert pernah memperlakukannya dengan kejam tanpa perasaan, tapi melihat keadaan Albert yang sekarang, hati Dessy masih terasa begitu sakit, tak tega melihat ini semua.

Dessy baru saja menutup tirai jendela, melihat badan Albert yang besar tiba-tiba tumbang.

Tanpa aba-aba, tumbang ke tanah dengan suara yang begitu besar.

Otak Dessy blank, tubuhnya yang pertama merespon.

Dan ketika dia sadar akan apa yang dia lakukan sekarang, tubuhnya sudah berlutut di lumpur, menepuk wajah pucat pasi Albert yang sudah seperti mayat.

Saat tangannya baru menyentuh kulit wajah Albert, dia merasakan wajah Albert yang begitu panas dan dengan cepat menarik kembali tangannya: “Albert, Albert, ayo bangun. Aku kasih tahu kamu, jangan pikir dengan kamu seperti ini aku akan bersimpati padamu. Cepat bangun, kalau tidak, aku akan membuangmu disini, membiarkanmu mati sendirian disini!”

Kata-katanya yang tak berperasaan dan suaranya yang bergetar tidak terdengar seperti sebuah ancaman, malah terdengar seperti orang yang ketakutan.

Albert tumbang ke lumpur, dan tak bergerak sedikitpun.

Dessy semakin cemas, dengan sekuat tenaga menepuk wajah Albert: “Albert cepat bangun, ingat kamu adalah direktur di perusahaanmu, di kota dalam terkenal dengan orang yang mempunyai nama juga derajat tinggi, kalau ada orang yang melihatmu seperti ini dan memotretmu, pasti akan sangat mempengaruhi namamu. Albert, cepat bangun!”

Tidak peduli bagaimana Dessy mengancamnya, menertawakan dan mencemoohnya, Albert, dia masih tidak bergerak sedikitpun.

Dessy akhirnya sadar kalau masalah ini sangat gawat, dia segera menelepon ambulan datang ke rumahnya.

Dokter menggunakan ranjang kecil membawa Albert masuk ke rumah sakit, dan tangan Albert tidak tahu sejak kapan sudah menggenggam erat tangan Dessy, sangking eratnya bahkan dokter tidak bisa melepaskan genggaman tangannya.

Seluruh tubuh Albert panas, demam tinggi hingga tak sadarkan diri.

Dokter tidak ingin menunda waktu lagi akhirnya memutuskan membawa Dessy bersama-sama pergi ke dalam rumah sakit.

Walaupun Dessy tak bersedia, tapi di situasi saat ini dia tidak punya pilihan lain kecuali ikut pergi.

Sampai di rumah sakit, genggaman Albert masih begitu erat.

Dessy curiga dengan keadaan Albert sekarang, apakah dia hanya pura-pura tidak sadarkan diri, kalau memang tidak sadarkan diri, bagaimana bisa tenaganya masih sekuat ini menggenggam tangannya?

Tapi walaupun Dessy sudah berusaha menarik menggigit bahkan mencubit meninggalkan bekas luka di tangan Albert yang panjang, genggaman Albert masih begitu erat, tidak mengendor sedikitpun.

Hasil pemeriksaan sudah keluar, demam di tubuh Albert disebabkan air hujan, dan ada indikasi infeksi di paru-paru.

Segala prosedur proses masuk rumah sakit semua di tanda tangani oleh Dessy, air matanya sudah tidak bisa keluar, dia sesungguhnya sudah tidak ingin ada hubungan lagi dengan Albert.

Tapi, menyuruhnya menghubungi ibu Albert, dia sungguh tidak mampu.

Albert yang tiba-tiba tumbang membuat rencana pulang Dessy tertunda, dia tidak berani menyuruh Lukman datang ke rumah sakit, karena kalau begitu dia sama saja membuka identitas aslinya.

Dan tidak peduli Albert yang sudah begitu yakin dengan identitas asli dirinya, tapi sekarang wajahnya sudah berubah.

Asalkan Dessy tidak mengakui, Albert tidak bisa melakukan apa-apa padanya!

Albert masih tidak sadarkan diri, dia mulai bergumam berbicara banyak kata.

Setiap kalimat penyesalannya mengetuk hati Dessy, setelah menggunakan waktu 5 tahun untuk menguatkan hatinya, dan hatinya sekarang mulai berlobang dikit demi sedikit lagi dan meninggalkan bekas.

Dessy membuang wajahnya, tidak lagi menatap tubuh lemah Albert, dan wajahnya yang terlihat penuh penyesalan.

Tapi tidak mampu melupakan gumaman Albert untuknya.

Hingga tengah malam, demam Albert mulai turun, tapi masih tak sadarkan diri dan masih menggenggam erat tangan Dessy.

Dessy yang kelelahan tertidur, mendengar nafas Dessy yang beraturan, Albert mulai membuka matanya.

Mata Albert yang lelah tidak mengantuk, rasa cintanya yang dalam, rasa sayang dan penyesalan melingkupinya.

Albert menarik tangan Dessy, menaruhnya di depan bibirnya lalu mengecupnya dengan hati-hati: “Dessy, maafkan aku, aku cinta padamu.”

Dia menggendong Dessy membaringkannya di sebelahnya dan memeluknya, 2 orang baru bisa tidur dengan pulas.

Dessy mimpi buruk, dia bermimpi badan anaknya semuanya berdarah, terbang di udara, dia mengulurkan tangannya yang berdarah ke arah Dessy: “Ibu, Ibu, aku kedinginan, kematianku begitu mengenaskan. Ibu, kamu tidak boleh memaafkannya, dia itu monster, dialah yang membunuhku!”

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu