Loving The Pain - Bab 41 Apa yang Terjadi pada Lukman
Kaki Albert menapak mundur beberapa langkah dan pintu lift menutup. Bayangan Dessy pun hilang dari pandangannya sepenuhnya.
Rasa takut akan kehilangan Dessy menjalar ke seluruh tubuh Albert, membuatnya memukul pintu lift dengan membabi buta.
“Dessy, Dessy, jangan tinggalkan aku. Aku membutuhkanmu untuk tetap berada di sisiku. Kamu boleh menikamku, menguras seluruh darahku, atau bahkan merenggut jantungku. Dessy, aku salah. Satu hari terasa seperti satu tahun selama lima tahun ini. Setiap hari aku menggunakan pekerjaan sebagai alasan untuk melupakan rasa sakit ini. Aku menjadi lebih keras kepala supaya aku memiliki lebih banyak cara untuk menemukanmu.” ujar Albert sambil meruntuhkan harga diri dan kesombongannya. Saat ini, ia tidak terlihat seperti dirinya yang biasa. Ia tidak terlihat seperti tuan muda ataupun seperti direktur dengan jabatan tinggi.
Ia hanyalah seorang pria yang begitu rapuh dan hanya bisa terus berdoa di dalam hati. Hanyalah seorang pria yang takut kehilangan wanita yang ia cintai.
Albert kemudian melangkah dan berlari menuruni anak tangga. Sebuah pikiran buruk terlintas dalam benaknya.
Kali ini, Dessy tidak hanya terlihat seperti meninggalkannya. Tapi Dessy juga terlihat tidak akan pernah kembali ke dalam pelukannya lagi.
Seolah-olah apa yang terjadi lima tahun lalu akan terulang. Dessy akan menghilang. Menghilang tanpa jejak seolah ditelan bumi. Dan Albert, ia tidak akan bisa menemukannya dimanapun.
Dunia Albert serasa runtuh. Kemungkinan itu menghancurkan pikirannya seutuhnya.
Albert mengumpulkan segenap tenaganya. Tapi ternyata, ia terlambat satu langkah. Kedua matanya menatap nanar Dessy yang sedang masuk ke dalam sebuah Ferrari biru.
Albert seperti kesetanan, berlari mengejar mobil yang melaju itu. Ia tidak mempedulikan tatapan-tatapan aneh dari sekitarnya yang tertuju padanya.
Masih mengenakan baju pasien dengan wajah yang pucat dan tangan yang berdarah, Albert berlari mengejar mobil yang melaju itu dengan membabi buta. Albert benar-benar terlihat seperti orang gila.
Beberapa kali Albert terjatuh dan bangkit lagi. Ia tidak mempedulikan sekitarnya. Ia benar-benar putus asa karena cahaya hidupnya ada di dalam mobil itu.
Dessy dengan cepat memutar tubuhnya ketika melihat rupa Albert melalui kaca spion. Jari-jarinya menikam telapak tangannya untuk mengingatkan dirinya sendiri.
Dibandingkan dengan apa yang telah Albert perbuat kepadanya, dengan luka yang selama ini ia pendam, kondisi pria itu saat ini bukanlah apa-apa.
“Dessy, sekarang kita kembali ke vila atau langsung ke bandara?” tanya Lukman sambil memegang kendali mobil dengan mantap.
“Tentu saja tidak.” Sejak lima tahun lalu, Lukman adalah orang yang selalu mendukung apapun keputusan yang Dessy buat. Tidak pernah sekalipun ia menentangnya.
Dessy menarik napas dalam-dalam beberapa kali dan dengan cepat menata ulang hatinya kembali: “Kembali saja ke vila. Beberapa detail dari masalah ini sudah selesai. Apakah kamu keberatan apabila kita pergi besok pagi?”
“Tentu saja tidak.” Sejak lima tahun lalu, Lukman adalah orang yang selalu mendukung apapun keputusan yang Dessy buat. Tidak pernah sekalipun ia menentangnya.
“Terima kasih, Lukman.” ujar Dessy pelan.
Lima tahun lalu, Lukman adalah orang yang selalu menjaganya diam-diam agar hidupnya bisa selamat dari jebakan Maggie Zhao dan ibu Albert.
Apabila bukan karena Lukman yang menjaganya dengan penuh perhatian, Dessy sudah menjadi roh gentayangan dalam hidupnya lima tahun belakangan ini.
Hanya saja, dua kata ‘terima kasih’ terdengar terlalu ringan dan terlalu biasa saja.
Lukman tertawa pelan dan akhirnya menerima ucapan terima kasih Dessy, menggunakan cahaya remang untuk menyembunyikan kepedihan yang ada di dalam kedua matanya.
……
Sesampainya di vila, Dessy segera masuk ke dalam ruang kerjanya tanpa istirahat sedikitpun. Ia menenangkan hatinya dengan bekerja sampai lupa waktu. Langit berubah menjadi gelap dengan cepat.
Setelah selesai menulis laporan taksiran, Dessy merenggangkan tubuhnya dan menatap ke luar jendela. Kemarin malam hujan turun begitu deras dan malam ini bintang-bintang bersinar terang seperti permata.
Inilah kehidupan, tidak pernah sama setiap saatnya.
Dessy menata ulang pikirannya yang semula kacau-balau, lalu berjalan keluar dari ruang kerjanya. Ruang tamu begitu terang namun Lukman tidak ada dimanapun.
Dessy mengernyitkan dahinya sedikit. Mungkin Lukman sudah beristirahat karena kelelahan duduk di pesawat selama 19 jam berturut-turut untuk datang menjemputnya. Tidak berpikir banyak, Dessy berjalan memasuki kamarnya untuk beristirahat pula.
Tiba-tiba, terdengar bunyi bel dari pintu rumah. Insting Dessy sontak mengatakan bahwa yang membunyikan bel adalah Albert. Pria itu datang untuk mencarinya.
Jantung Dessy terasa berat. Tidak ingin mengambil pusing, Dessy tetap berjalan menuju kamarnya.
Bunyi bel berubah menjadi ketukan dan samar-samar terdengar suara teriakan pria.
Dessy menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Ia berjalan mendekati pintu dan mengintip melalui lubang intip pada pintu.
“Selamat malam nona Sunny, apakah kamu bisa segera membuka pintu? Apakah kamu mengenali pria ini? Kami menemukannya tidak sadarkan diri di pinggir jalan namun kami tidak mengetahui identitasnya. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan.” ujar Leon. Satu tangannya mengetuk pintu, sedangkan tangan lainnya memegang ponselnya dan menempelkannya pada lubang intip pintu agar siapapun yang ada di dalam bisa melihat.
Kengerian menyerang hati Dessy. Itu... Adalah Lukman!
Novel Terkait
CEO Daddy
TantoAkibat Pernikahan Dini
CintiaSomeday Unexpected Love
AlexanderLove and Trouble
Mimi XuBeautiful Lady
ElsaLelaki Greget
Rudy GoldUntouchable Love
Devil BuddyLoving The Pain×
- Bab 1 Berbuat Kebaikan
- Bab 2 Mengusirnya Keluar
- Bab 3 Martabat Yang Diinjak
- Bab 4 Menghina Dia Kotor Tetapi Ingin Darahnya
- Bab 5 Tiga Syarat
- Bab 6 Membunuh Dessy
- Bab 7 Jika Kamu Mati, Aku Ingin Dia Yang Menguburnya
- Bab 8 Kekecewaan Yang Mendalam
- Bab 9 Cinta, Bagaimanapun Tidak Bisa Dipaksa
- Bab 10 Menjauh untuk Mendapatkan Keuntungan
- Bab 11 Burung Perkutut Yang Mengambil Sarang Burung Gereja
- Bab 12 Dia Mengaku Kalah
- Bab 13 Senja
- BAB 14 Tes DNA
- Bab 15 Menanggung Segala dosa
- Bab 16 Meninggalkan adalah sebuah kemewahan.
- Bab 17 Ibu Dan Anak Pilihlah Salah Satu
- Bab 18 Tiga kehidupan
- Bab 19 Pendarahan Dahsyat Dessy
- Bab 20 Gantikan Darah Maggie
- Bab 21 Berantam Demi Dia
- Bab 22 Mempertahankan Ibu Atau Anak?
- Bab 23 Naik Ke Ranjangnya
- Bab 24 Keluarga Albert Berhutang Sebuah Kehidupan
- Bab 25 Menyadari Fakta Yang Sebenarnya
- Bab 26 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 27 Mengurung ALBERT
- Bab 28 Menyadra MAGGIE ZHAO
- Bab 29 DESSY Telah Meninggal
- Bab 30 Nikahi Aku, Akanku Beritahu Dimana Makam DESSY
- Bab 31 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 32 Mendonorkan Tubuh
- Bab 33 Dessy Telah kembali
- Bab 34 Apakah Itu Dia?
- Bab 35 Hari Ini Beda
- Bab 36 Jangan Ikuti Aku Lagi
- Bab 37 Permohonan Maaf di Tengah Hujan
- Bab 38 Berdiri Semalaman
- Bab 39 Albert Tumbang
- Bab 40 Menyingkir Dari Hidupku
- Bab 41 Apa yang Terjadi pada Lukman
- Bab 42 Leon yang Sesungguhnya
- Bab 43 Dia Harus Bagaimana?
- Bab 44 Mencari Pertolongan Tapi Tak Berhasil
- Bab 45 Menggores Wajah Dessy
- Bab 46 Arteri Yang Berdetak
- Bab 47 Cahaya Bidadari
- Bab 48 Maafkan Atau Tidak
- Bab 49 Curiga
- Bab 50 Albert cemburu
- Bab 51 Pria Yang Kekanakan
- Bab 52 Cahaya Yang Indah
- Bab 53 Maggie Zhou Masih Hidup!
- Bab 54 Wanita Gemuk
- Bab 55 Bersyukur Dan Benci
- Bab 56 Pengalaman Mengerikan Selama 5 Tahun
- Bab 57 Wanita Iblis Penghisap Darah
- Bab 58 Pembalasan Yang Kejam
- Bab 59 Di Hadapan Wajahnya
- Bab 60 Senjata Makan Tuan
- BAB 61 Vino Si Iblis!
- Bab 62 Hidup Dan Mati SelalU Bersama, Tak Terpisahkan