Loving The Pain - Bab 45 Menggores Wajah Dessy

Sekelompok pengawal dengan cepat masuk menerobos lalu mengerubungi Leon.

Keadaan berubah, wajah Leon dipenuhi dengan amarah: "Siapa kalian? Di tengah malam seperti ini menerobos masuk ke rumah pribadi orang lain. Apakah kalian tidak tahu kalau itu melanggar hukum?"

Semua pengawal mundur ke belakang membuka jalan dengan membuat dua baris.

Albert dengan tubuh kurusnya datang bagaikan raja, memberikan semua orang tekanan yang kuat.

Dessy melihatnya sekelebat lalu kaget luar biasa. Hatinya yang terasa gelisah tiba-tiba menjadi agak tenang.

"Melanggar hukum?" Albert menatap Leon dingin, seluruh tubuh Leon langsung mengeluarkan keringat dingin.

Leon tidak pernah berhubungan dengan orang seperti ini. Auranya sangat kuat. Satu tatapannya cukup untuk membunuh orang.

"Kamu membeli sebuah batu dengan kualitas rendah lalu menjualnya dengan harga tinggi, lalu mengancam pegawai evaluasi perusahaan perhiasan untuk membantumu memalsukan laporan, dan dari itu semua mencari keuntungan. Sekarang kamu tidak hanya terlibat dalam kecurangan, pengancaman, dan juga penculikan." Albert bicara dengan dingin, wajah Leon semakin tidak senang.

"Siapa kamu?" Leon bertanya dengan dingin. Dia pikir bahwa pria di depannya adalah salah satu orang biasa yang mengejar Dessy.

Kelihatannya sekarang Leon meremehkan identitas wanita itu.

Albert mengamati Leon dengan tatapan dingin lalu kemudian tatapannya jatuh ke wajah Dessy. Melihat di dahi gadis itu mengucur darah, hatinya seperti ditusuk dengan tajam lalu membuat lubang luka yang besar, sakit yang amat tidak tertahankan.

Suara Albert semakin dingin: "Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Lebih baik kamu lepaskam wanita itu. Jangan memaksaku untuk bergerak!"

Leon tidak merasa ditakuti, pria ini hanya mengancamnya, pria ini tidak akan berani bergerak untuk memperlihatkan bahwa dia peduli dengan wanita ini!

Leon berpikir ide yang lebih bagus, wajahnya dipenuhi dengan ekspresi keserakahan: "Berikan aku 4 milyar, maka aku akan segera melepaskannya."

"Baiklah." Albert menjawab tanpa keraguan sama sekali.

Leon tercengang. Jika dari awal dia tahu pria ini setuju dengan cepat, harusnya dia meminta lebih banyak.

Di dalam ruang tamu yang terang benderang, kedua belah pihak saling berhadapan.

Pengawal pergi lalu kembali lagi, tidak sampai setengah jam para pengawal membawa sebuah koper.

Atas perintah Albert, pengawal membuka koper tersebut. Cek uang yang banyak membutakan mata Leon.

Leon dengan ekspresi rakus menelan ludahnya lalu dengan keras mencubit tangan Dessy.

Posisi yang seperti ini dan uang yang sebanyak ini. Dia pasti sudah memancing amarah orang penting ini.

Benar, dia mencintai uang. Tetapi dia lebih mencintai hidupnya.

"Tolong kamu suruh semua orang keluar dari sini." Leon berkata dengan wajah tenang, dia tidak menunjukkan kebodohannya.

Albert menatap dalam Dessy. Rasa cintanya yang tak terhitung dalamnya dan perasaan menyesal saling muncul bergantian.

Albert melambaikan tangannya, lalu seluruh pengawal dengan cepat keluar dari ruangan.

Ketika Albert juga ingin keluar, Leon tersenyum dengan mengerikan: "Kamu tetap di sini!"

Dessy sangat terkejut. Leon seperti orang yang tidak tahu sopan santun, tapi sebenarnya dia orang yang pikirannya cerdik.

Sebenarnya apa yang ingin dia lakukan?

"Tutup pintu." Leon memerintah sekali, lalu langsung dituruti oleh Albert.

Sebuah tali ditendang ke arah Albert: "Ikat dirimu sendiri."

"Leon, apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan?" Dessy tak bisa menahan untuk tidak mengeluarkan suara.

Albert diam. Mengikuti petunjuk Leon mengikat dirinya sendiri.

Melihat Albert menjadi penurut, Leon semakin yakin bahwa wanita itu adalah kesayangan Albert.

Leon menggunakan lengannya untuk memegang leher Dessy, lalu tubuhnya maju ke depan, memeriksa apakah ikatan Albert kuat atau tidak.

Ikatan Albert yang awalnya seperti bakcang tiba-tiba terbuka, lalu dia memberikan sebuah pukulan kejutan untuk Leon.

Reaksi Leon sangat cepat. Leon langsung mundur lalu mendorong Dessy ke depan.

Pukulan Albert mengenai puncak hidung Dessy. Albert tercengang lalu mundur beberapa langkah.

Leon mengambil kesempatan mengambil pisau yang ada di meja, kemudian meletakkannya di leher Dessy. Dengan suara dingin berkata: "Berani bermain-main denganku? Baiklah! Sebenarnya aku ingin lihat, apakah tinjumu lebih cepat atau pisauku yang lebih cepat."

Leon mengekspresikan kekejamannya dengan menekan buah di wajah Dessy yang pucat: "Katakan, bagian mana yang harus ku gores untuk memberikanmu sebuah kenang-kenangan yang bagus?"

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu