Loving The Pain - Bab 42 Leon yang Sesungguhnya
Sosok yang sangat dikenal Dessy berdiri di hadapannya dan membawa kabar yang mengkhawatirkan tentang Lukman. Dessy membuka pintu dengan tidak sabar.
“Tuan Leon, dimana dia? Kenapa ia tidak sadarkan diri?” Dessy menatap Leon dengan gelisah.
“Kami juga tidak tahu dengan jelas. Karena nona Sunny mengenalnya, mari ikut kami untuk pergi melihat. Lebih baik segera membawanya ke rumah sakit untuk segera memeriksanya dan memastikan bahwa ia tidak menderita penyakit apapun.” Ucapan Leon menambah kekhawatiran dalam hati Dessy. Dessy mengangguk pelan dan segera mengikuti Leon. Bahkan ia tidak sempat membawa apapun.
Dessy datang ke tempat ini hanya untuk beberapa hari. Ia juga hampir tidak pernah keluar villa kecuali ia akan mengambil sampel untuk pekerjaannya. Dari awal, ia bahkan tidak tahu apakah tempat ini berada di daerah Timur atau Barat.
Perjalanan terasa sudah lama sekali dan semakin lama terasa semakin memasuki daerah terpencil.
Rasa waspada yang semula tertutup rasa khawatir pun muncul. Dengan rasa takut yang mulai mencekamnya, Dessy bertanya, “Tuan Leon, sebenarnya dimana temanku yang tidak sadarkan diri itu?”
“Sebentar lagi sampai, hanya sedikit lagi di depan.” jawab Leon berulang-ulang.
Angin pegunungan berhembus dan terasa tajam seperti pisau. Wajahnya yang tersapu angin terasa sakit karena seolah tersayat.
Pepohonan yang lebat menyembunyikan sinar rembulan dan bintang, membuat bayangan-bayangan pohon yang terlihat jelas di atas tanah seolah-olah sedang menyembunyikan roh-roh jahat yang ada di gunung.
Dessy perlahan-lahan mengambil beberapa langkah mundur. Ia memutar balikkan badannya dan bertatapan dengan sepasang mata tamak berwarna hijau. Hampir saja ia berteriak kencang karena ketakutan.
Meskipun saat ini ia memang tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi Dessy juga tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Tapi, bagaimana seorang wanita lemah sepertinya bisa melawan dua orang pria bertubuh besar?
Dessy memaksa dirinya untuk tetap tenang dan memasang ekspresi serius di wajahnya, “Tuan Leon, apa yang sebenarnya kamu inginkan? Aku adalah seorang pendatang. Lagipula, perusahaan masih menunggu laporan taksiranku.”
Leon tidak menunjukkan ekspresi malu atau eskpresi aneh lainnnya meski mengetahui Dessy telah membongkar rencananya.
Leon mengambil sebatang rokok dari dalam kantongnya dan menghisapnya dalam-dalam. Ia lalu menghembuskan asapnya yang berbentuk seperti beberapa cincin, “Karena nona Sunny sudah berkata demikian, maka aku juga tidak akan berbelit-belit. Aku sudah melihat laporanmu yang kamu berikan kepada perusahaan. Kualitasnya terlalu buruk, sama sekali tidak ada nilai yang bisa dibeli. Nona Sunny, kamu harus tahu bahwa kamu bisa merusak hidup kami hanya dengan beberapa kata-kata yang kamu tulis.”
Dessy membelalakkan kedua matanya. Ia hanyalah seorang juru taksir batu berharga, tidak lebih.
Perusahaan merekrutnya, kemudian menggunakan keahlian dan pengalamannya untuk mengambil keputusan. Dengan begitu perusahaan dapat mengurangi risiko dan akhirnya mendatangkan keuntungan yang besar.
Pekerjaannya sangat sederhana, bagaimana bisa kehidupan orang lain sampai terlibat?
“Tuan Leon, bagaimana kamu bisa melihat laporan taksiranku tanpa izin?” tanya Dessy sedikit marah. Tidak mungkin. Mereka datang ketika ia baru saja selesai mengerjakan laporannya.
Kecuali......
Sebuah pikiran terbersit di dalam benaknya dan raut wajah Dessy berubah. Ia mengambil langkah mundur dengan cepat, “Kalian memasang kamera pengintai di dalam ruang kerjaku?!”
“Kami hanya berjaga-jaga. Nona Sunny, kamu hanya perlu mengubah beberapa tulisan karena laporan taksiranmu masih belum kau berikan. Buatlah laporan yang menyenangkan tentangmu, tentangku, tentang desa kami, tentang semuanya.” ujar Leon sambil menarik selembar kartu itu lagi. Hanya saja, kini senyumnya tidak terlihat menyenangkan lagi, melainkan terlihat mengancam.
Tidak sulit bagi Dessy untuk segera memahami maksud Leon yang sebenarnya. Pria itu ingin ia mengubah laporan taksirannya agar perusahaannya tertipu dan mau membeli batu-batu permata hijau itu.
Ternyata, ini semua adalah rencana yang mereka susun sebaik mungkin untuk menipu dirinya.
Leon menjatuhkan puntung rokoknya dan menginjak-injaknya untuk mematikan apinya. Ia lalu mendekati Dessy, “Nona adalah seseorang yang pintar, saya yakin nona bisa memutuskan yang terbaik.”
Dessy merasa sangat kesal. Ia kemudian teringat bahwa seorang seniornya pernah memberitahunya masalah serupa sebelum ia memasuki dunia pekerjaan ini.
Hanya saja, Dessy benar-benar tidak menyangka bahwa ia justru akan mengalaminya sendiri.
“Aku ingin bertemu dengan temanku dulu.” Bagaimanapun juga, Dessy harus memastikan keamanan Lukman terlebih dahulu.
Ekspresi Leon berubah menjadi tidak sabar dan Dessy memanfaatkan emosi pria itu. Dengan dingin ia berkata, “Perusahaan hanya mengenali tulisanku. Selain itu, aku harus berada di tempat ketika transaksi terjadi. Mengubah laporan taksiran adalah pekerjaan yang mudah, setelah itu aku akan berdiskusi dengan perusahaan untuk membahas kelanjutannya. Tuan Leon, aku yakin kamu sudah tahu jelas mengenai proses ini.”
Novel Terkait
Takdir Raja Perang
Brama aditioDemanding Husband
MarshallMy Perfect Lady
AliciaWahai Hati
JavAlius1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesLoving The Pain×
- Bab 1 Berbuat Kebaikan
- Bab 2 Mengusirnya Keluar
- Bab 3 Martabat Yang Diinjak
- Bab 4 Menghina Dia Kotor Tetapi Ingin Darahnya
- Bab 5 Tiga Syarat
- Bab 6 Membunuh Dessy
- Bab 7 Jika Kamu Mati, Aku Ingin Dia Yang Menguburnya
- Bab 8 Kekecewaan Yang Mendalam
- Bab 9 Cinta, Bagaimanapun Tidak Bisa Dipaksa
- Bab 10 Menjauh untuk Mendapatkan Keuntungan
- Bab 11 Burung Perkutut Yang Mengambil Sarang Burung Gereja
- Bab 12 Dia Mengaku Kalah
- Bab 13 Senja
- BAB 14 Tes DNA
- Bab 15 Menanggung Segala dosa
- Bab 16 Meninggalkan adalah sebuah kemewahan.
- Bab 17 Ibu Dan Anak Pilihlah Salah Satu
- Bab 18 Tiga kehidupan
- Bab 19 Pendarahan Dahsyat Dessy
- Bab 20 Gantikan Darah Maggie
- Bab 21 Berantam Demi Dia
- Bab 22 Mempertahankan Ibu Atau Anak?
- Bab 23 Naik Ke Ranjangnya
- Bab 24 Keluarga Albert Berhutang Sebuah Kehidupan
- Bab 25 Menyadari Fakta Yang Sebenarnya
- Bab 26 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 27 Mengurung ALBERT
- Bab 28 Menyadra MAGGIE ZHAO
- Bab 29 DESSY Telah Meninggal
- Bab 30 Nikahi Aku, Akanku Beritahu Dimana Makam DESSY
- Bab 31 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 32 Mendonorkan Tubuh
- Bab 33 Dessy Telah kembali
- Bab 34 Apakah Itu Dia?
- Bab 35 Hari Ini Beda
- Bab 36 Jangan Ikuti Aku Lagi
- Bab 37 Permohonan Maaf di Tengah Hujan
- Bab 38 Berdiri Semalaman
- Bab 39 Albert Tumbang
- Bab 40 Menyingkir Dari Hidupku
- Bab 41 Apa yang Terjadi pada Lukman
- Bab 42 Leon yang Sesungguhnya
- Bab 43 Dia Harus Bagaimana?
- Bab 44 Mencari Pertolongan Tapi Tak Berhasil
- Bab 45 Menggores Wajah Dessy
- Bab 46 Arteri Yang Berdetak
- Bab 47 Cahaya Bidadari
- Bab 48 Maafkan Atau Tidak
- Bab 49 Curiga
- Bab 50 Albert cemburu
- Bab 51 Pria Yang Kekanakan
- Bab 52 Cahaya Yang Indah
- Bab 53 Maggie Zhou Masih Hidup!
- Bab 54 Wanita Gemuk
- Bab 55 Bersyukur Dan Benci
- Bab 56 Pengalaman Mengerikan Selama 5 Tahun
- Bab 57 Wanita Iblis Penghisap Darah
- Bab 58 Pembalasan Yang Kejam
- Bab 59 Di Hadapan Wajahnya
- Bab 60 Senjata Makan Tuan
- BAB 61 Vino Si Iblis!
- Bab 62 Hidup Dan Mati SelalU Bersama, Tak Terpisahkan