Loving The Pain - Bab 52 Cahaya Yang Indah

Albert memutar tubuh Dessy agar wanita itu menghadapnya. Kedua mata Albert penuh dengan rasa bersalah dan penyesalan, namun tetap menyiratkan perasaannya yang dalam untuk Dessy.

Albert menangkupkan kedua tangannya pada wajah Dessy, “ Dessy, aku sudah melakukan banyak hal bodoh yang menyakitimu. Aku menorehkan begitu banyak luka yang dalam. Aku tidak akan memintamu untuk memaafkanku. Aku hanya berharap... Kamu akan memberikanku satu kesempatan lagi. Kumohon, biarkan aku mencintaimu sekali lagi. Apakah kamu akan mengizinkanku untuk itu?”

Melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata Albert membuat kedua mata Dessy pun semakin lama semakin basah.

Langit tahu bahwa ia sudah menunggu saat-saat seperti ini selama hampir 20 tahun.

Selama separuh hidupnya, Dessy tidak pernah berhenti mencintai Albert dengan segenap hatinya.

Mungkin inilah hidup, dimanapun penuh dengan sesuatu yang tidak terduga. Dimanapun penuh dengan kejutan yang menyenangkan.

Hidup akan memaksa seseorang untuk jatuh dalam keputusasaan untuk memperlihatkan betapa indahnya bunga-bunga yang bermekaran di dalam gelap.

Seiring detik berlalu, Dessy masih belum juga memberikan jawabannya. Rasa percaya diri pun perlahan memudar dari wajah Albert.

Albert menggenggam lengan Dessy dengan gugup. Saking gugupnya, ia tidak bisa mengontrol tenaganya dan Dessy mengaduh.

Dessy menekuk bibirnya sedikit. Albert baru menyadari tindakannya yang kasar dan dengan cepat melepaskan genggamannya: “Maafkan aku Dessy. Aku sudah menyakitimu lagi, bukan?”

Melihat Albert yang begitu berhati-hati, Dessy pun merasa sedih dan terharu.

Pria di hadapannya adalah seorang tuan muda yang selalu berada di atas, bahkan selalu berada di posisi yang paling tinggi. Bagaimana mungkin Albert berubah menjadi begitu rendah hati dan berhati-hati untuk menyenangkan hati seseorang?

Dessy tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya: “Albert, kamu tidak perlu berhati-hati seperti ini. Aku tidak serapuh yang kamu pikirkan. Masalah yang sudah berlalu, biarkanlah berlalu. Kita tidak perlu mengungkitnya lagi.”

Ekspresi Dessy yang begitu berbesar hati membuat Albert merasa semakin bersalah.

“Dessy, kamu benar-benar baik hati.” Albert berjanji pada dirinya sendiri di dalam hati. Ia akan menggunakan sisa hidupnya untuk menebus segala kesalahannya dan membuat Dessy menjadi wanita paling bahagia sedunia.

Dessy merapatkan dirinya di dalam pelukan Albert dan perlahan menutup matanya. Seulas senyum yang serupa dengan bunga-bunga di musim semi perlahan semakin mengembang.

Masih ada satu rahasia yang belum ia beritahukan pada Albert, namun Dessy yakin pria itu akan merasa bahagia ketika mengetahuinya.

Berhasil mendapatkan maaf dari Dessy membuat Albert memutuskan untuk keluar dari rumah sakit yang dingin dan berbau obat-obatan ini.

Albert membawa Dessy kembali ke villa mereka. Lima tahun sudah berlalu, tapi tidak ada satupun yang berubah. Semua masih sama dan masih bersih seperti dulu, seolah-olah penghuninya tidak pernah pergi.

Dessy berdiri di tengah-tengah ruang tamu yang ia kenal baik dalam diam. Ombak ingatan menyapu benaknya. Ingatan akan keputusasaannya, segala kesedihannya yang tidak bisa ia bendung, dan penantiannya akan kebahagiaan......

Menyadari bahwa raut wajah Dessy berubah, Albert pun merengkuhnya: “Ayo kita dari sini, Dessy. Lebih baik kita tinggal di tempat lain saja.”

Rasa menyesal menghujam Albert. Ia benar-benar tidak berpikir panjang.

Baginya, ini adalah tempat dimana ia merindukan Dessy selama lima tahun. Tapi bagi Dessy, ini adalah tempat yang penuh dengan kesedihan dan kepedihan.

Albert benar-benar merasa ingin mati saja. Bagaimana mungkin ia tidak memperhatikan hal sekecil ini?

Dessy menggenggam tangan Albert dengan mantap dan memutar tubuhnya sambil tertawa: “Tidak, Albert. Tempat ini sudah lebih dari cukup. Kita tinggal disini saja.”

Semakin Dessy memahami dan mentolerirnya, semakin besar pula rasa bersalah yang mencengkeram Albert.

Dessy mengangkat kepalanya dan menatap Albert. Tatapan dalam pada kedua mata pria itu memperlihatkan perasaan dan kasih sayang yang selama ini ia tunggu-tunggu. “Sebenarnya, tempat ini menyimpan banyak kenangan berharga untukku. Masa lalu memang tidak bisa kita ubah dan kita hanya bisa menghadapinya. Albert, kamu tahu aku adalah orang yang selalu menghargai kenangan. Kita tinggal saja disini, tidak perlu pindah.”

“Baiklah.” ujar Albert sambil mengeratkan genggamannya. Albert kini menyadari bahwa tidak ada kebencian yang tertanam dalam hidup Dessy. Dessy tidak memiliki dendam apapun dan ia tidak akan pergi lagi.

Dessy merasakan kebahagiaan dan kelegaan yang tidak terukur, ia menempelkan tubuhnya pada dada Albert dan mendengarkan degup jantungnya yang menderu.

Ia sudah menunggu begitu lama agar mimpi ini menjadi kenyataan. Alangkah indahnya apabila waktu dapat berhenti berdetak sekarang.

“A—Albert, apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku.” Albert tiba-tiba mengangkat tubuh Dessy dan tatapannya yang dalam pun sirna dari kedua matanya.

Meskipun sudah lima tahun tidak bersama, namun Dessy masih tetap mengenali makna dari setiap tatapan Albert. Ia pun tidak bisa menahan rona merah yang mulai menjalari wajahnya.

Albert menaiki anak tangga dengan mantap dan bersemangat. Ia berbisik pada telinga Dessy, “Sebentar lagi kamu akan tahu apa yang akan aku lakukan.”

Hari masih panjang dan kehidupan mereka yang indah baru saja akan dimulai.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu