Loving The Pain - Bab 40 Menyingkir Dari Hidupku

Dessy terbangun dari mimpinya, tubuhnya sontak terduduk.

Deru nafasnya tak beraturan, rasa sakit di hatinya muncul kembali.

Albert yang dari tadi tidak tidur memperhatikan Dessy di sisinya langsung memejamkan mata pura-pura tidur.

Dessy yang masih tenggelam dalam mimpinya, dengan air mata bercucuran: “Anakku, maafkan ibu, ibu bersalah padamu. Ibu tidak akan memaafkan diri ibu, dan tidak akan memaafkan dia.”

Dengan sekuat tenaga berusaha melepaskan genggaman Albert, Dessy dari lemari sebelah ranjang dengan tangan satunya mengambil pisau dengan tegas mengarahkan pisau ke arah tangannya sendiri.

Albert yang pura-pura “tidur pulas” terkejut, dengan tangan satunya menangkap pisau, pisau yang tajam melukai tangannya, darah titik demi setitik membasahi selimut putih rumah sakit membentuk bunga teratai merah yang menggiurkan juga menyeramkan.

Dessy tidak mempedulikan tangan Albert yang berdarah, dengan suara dingin menggerut: “Albert, ternyata benar dugaanku kamu pura-pura tidur. Masih tidak mau melepaskanku!”

Kebohongannya terungkap, wajah Albert tak terlihat canggung sedikitpun.

“Dessy, kamu bermimpi buruk ya?” Barusan masih baik-baik saja, bagaimana bisa dalam waktu secepat ini berubah menjadi orang asing.

“Iya! Aku bermimpi anakku yang menuntut nyawanya padaku, dia bilang aku tega, dia bilang aku tidak berguna, dia bilang aku tidak menjaganya dengan baik. Sekarang tidak ada yang menopangnya, berkelana tanpa arah, dan dia sekarang berubah menjadi sebuah roh liar yang kesepian!” Dessy dengan air matanya yang penuh kebencian bak tulang yang menghujam hingga ke dalam hati Albert.

Luka yang dalam tergambar dari matanya, rasa penyesalan dari wajahnya yang memerah juga terlihat begitu jelas.

Dessy memanfaatkan kesempatan ini dengan menyingkirkan tangan Albert, lalu buru-buru turun dari ranjang rumah sakit.

Sebelum meninggalkan ruangan dia dengan sikap dinginnya memperingatkan Albert: “Albert, dulu pertama kali anggap saja karena cinta, yang kedua kali anggap saja aku bodoh, yang ketiga kalinya anggap saja aku murahan. Aku tahu kamu punya uang dan punya kekuasaan, bisa kapan saja mempermainkan orang. Tapi aku bukan wanita seperti itu, jadi aku mohon padamu jangan lagi mengikuti dan mengangguku.”

Albert mencabut jarum infus yang ada di tangannya, tidak mempedulikan darahnya yang menodai baju rumah sakit yang dia kenakan, dengan cepat pergi mengejar Dessy.

Albert mengejar dan menahan lift yang akan segera menutup, dengan tangannya yang terluka, membuka lift kembali.

Luka tangannya semakin membesar, darah menetes semakin deras, titik demi setitik jatuh ke lantai membentuk bunga plum merah, bunga yang memiliki arti kesepian dan kesedihan.

Sakit di tubuhnya sudah tak berarti, yang sekarang ada di pikirannya adalah tidak membiarkan Dessy pergi meningalkannya.

Entah mengapa Albert seperti memiliki sebuah firasat, kalau Dessy kali ini pergi, dia tidak akan kembali kesini lagi.

Selama 5 tahun ini, Dessy bisa bersembunyi tanpa ada yang tahu, 5 tahun ke depan dia tentu saja bisa

membuat Albert tak bisa menemukan keberadaannya.

Tidak, Albert tidak bisa menahan diri lagi untuk bisa hidup tanpa Dessy, tidak mungkin!

Dessy memaksa dirinya untuk mengabaikan luka juga tubuh Albert yang lemah saat ini, dia dengan cepat kembali menekan tombol lift: “Albert, jangan kesini, minggir, minggir...”

Pintu lift pelan-pelan mulai tertutup, Albert tidak mampu menahannya lagi, kedua tangannya masih mengeluarkan darah: “Dessy, tolong jangan pergi, aku tahu aku dulu pernah melakukan kesalahan yang besar, aku tidak berani mengharapkan kamu untuk memaafkanmu, aku hanya bisa memohon padamu untuk tetap disini, tetap disini ya?”

Air mata Dessy hendak luruh, dia langsung mengangkat kepalanya menahan air mata itu untuk tidak luruh.

Bibirnya tersenyum sinis: “Tetap disini buat apa? Ingin mengambil satu-satunya liverku? Atau mengambil habis darahku?”

Karena yakin akan pergi, Dessy sudah tidak perlu menyembunyikan identitas aslinya.

Dia sudah bukan Dessy yang rendah dan lemah seperti dulu lagi, hanya karena percintaan membuatnya kehilangan segalanya.

Saat ini, dia sudah tidak takut apapun.

Perkataan Dessy yang tajam seperti pisau menghunus hingga ke dalam hati Albert, wajahnya yang pucat, kata permohonannya terhenti di kerongkongan, tidak mampu terucap lagi.

Benar, Albert tidak punya hak meminta Dessy mewujudkan permintaannya.

Untuk pertama kalinya melihat Albert yang tidak mampu berucap, dari matanya terlihat begitu sedih dan terluka.

Dessy dengan wajah penuh sensasi membalas perbuatan Albert, mencongdongkan tubuhnya ke depan, dari mulutnya keluar kata-kata yang dingin: “Albert, jangan lupa, perjanjian yang sudah kamu tanda tangani sendiri. permintaan ketigaku yaitu memintamu untuk pergi menyingkir dari kehidupanku!”

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu