Istri Pengkhianat - Bsb 63 Irwandi Naik Jabatan
Irwandi yang sedang bersedih tersadar karena suara ketukan pintu kantornya, menghela napas dalam beberapa kali, meminum teh dan berkata “silahkan masuk.” Lalu melihat jam tangan yang diatas meja, Irwandi meletakkanya ke dalam laci.
Pintunya terbuka, Cikka menerobos masuk, menggerutu dengan manja: “senior, sedang apa sih, kenapa lama sekali.” Sembari menutup pintu.
“ada masalah apa” Irwandi bertanya.
Melihat ekspresi Irwandi yang tidak biasanya, Cikka yang duduk di sebrang meja kerja, melihat kebingungan dan berkata: “aku datang untuk memberitahumu, besok pagi jam sembilan ada rapat seluruh anggota kader tingkat tengah. Tempatnya di ruang rapat nomor tiga.”
“ya, paham. Terima kasih.”
“kenapa kamu tidak menanyakan isi rapatnya” Cikka bertanya heran, “tampaknya kamu sudah tahu.”
“apa yang harus ditanyakan, besok ikut rapat juga tahu kan!” Irwandi bicara dengan dingin.
“senior, ada apa.” Cikka bertanya kepada Irwandi dengan perhatian: “apa yang terjadi.”
“hehe, tidak ada apa-apa.” Irwandi tersenyum, berkata, “jangan mencurigai orang terus.”
Cikka yang kesal, memutar matanya dengan cemerlang, “kalau tidak mau bilang ya sudah, sudah kayak aku sangat tertarik aja.” Setelah bicara, mulutnya monyong, wajahnya juga menjadi sebal.
Irwandi juga menyadari dirinya bicara dengan terbawa emosi, buru-buru tertawa dan berkata: “benaran tidak ada apa-apa.” Bicara sambil berdiri, menyeduh teh dan meletakannya diatas meja dan berkata: “tadi perilaku ku yang tidak baik.”
“hihi, ini lebih mending.” Cikka tersenyum sambil mengedipkan matanya. Tapi, di dalam hatinya dia tahu, Irwandi benar-benar ada masalah, mungkin saja ada hubungannya dengan Marena.
Irwandi kembali duduk di bangkunya, melihat Cikka yang tersenyum dengan mempesona, tersenyum dan berkata: “aku tahu kalau kamu cepat dapat informasi, mengenai isi rapat besok pagi, kamu memberitahu waktu rapat, seharusnya juga memberitahu isi rapatnya.”
“kamu betulan tidak tahu ya.” Cikka terkejut dan bertanya: “di kantor sudah tersebar loh.”
Dalam beberapa waktu ini, dari istrinya selingkuh, cerai sampai cuti sakit, membuat Irwandi kewalahan. Setiap hari ketika mengurus pekerjaannya, masih bisa berkonsentrasi. Begitu pulang kerja, langsung pulang, mana ada waktu untuk berkomunikasi dengan teman kantor.
Melihat Irwandi yang tersenyum pahit, Cikka mulai mengerti, senyumannya makin cemerlang, berkata: “senior, isi dari rapat besok adalah pengangkatan dan pembacaan sumpah.”
Setelah menyetujui persyaratan traktiran dari Cikka, Cikka pun pergi. Irwandi memantik rokok dan mulai merenung. Perkataan Cikka tadi, bagaimana dirinya bisa diangkat menjadi kepala divisi perencanaan.
Dan terpikir lagi obrolannya dengan Direktur Miguel yang lalu, obrolan yang random, Direktur Miguel tahu latar belakang edukasinya Irwandi bagus, sejak masuk kantor juga jujur dan pekerja keras, melaksanakan tugasnya stabil dan jujur, juga berinovasi.
Dirinya yang stabil dan jujur berkat tahun lalu dia memberikan beberapa inovasi pada kantor pusat, dan membuahkan beberapa hasil.
Masalahnya, bagaimana Direktur Miguel tahu tentangnya dan siapa pula yang memperkenalkannya pada Direktur Miguel. Sebagai Ketua Direktur dari perusahaan, kalau tidak ada yang merekomendasikan kepadanya, mana mungkin dia bisa mengetahui Irwandi. Kalau dipikir-pikir harusnya tidak akan tahu.
Saat ini buru-buru menarikku dari pelatihan, berarti sejak awal sudah ada pertimbangan mengenai hal ini, mungkin karena posisi kepala divisi perencanaan ini lebih banyak orang yang memperebutkan, begitu sadis, makanya terundur sampai hari ini.
Disaat ini, Irwandi mulai mengerti, waktu itu pernah mengajak Direktur Brusto makan. Direktur Brusto menerima tawarannya dan sangat ramah terhadap dirinya, bukan karena melihat Direktur Miguel bicara dengan Irwandi, dan, saat itu mungkin saja Direktur Brusto mendengar kabar, mengetahui bahwa Irwandi akan naik pangkat.
Ini sebenarnya siapa yang bisa merekomendasikan dan memberitahu tentangnya kepada Direktur Miguel, semuanya sudah dikaitkan tapi tetap tidak bisa terpikir orang atau teman yang melakukan ini.
Sejak masuk kerja, kalau ketemu masalah dia akan mempertimbangkannya dengan lebih, sebisa mungkin untuk mempertimbangkan sampai detailnya, juga melaksanakan pekerjaan dengan baik. Sering mengintropeksi kelakuan dan kesalahannya sendiri. Ini juga adalah poin penting kenapa dia bisa menjabat posisi asisten kepala di perusahaan tanpa latar belakang apapun.
Tapi, Irwandi untungnya kalau tidak paham, dia akan mengingatnya, tidak membuang masalah yang tidak signifikan, lalu lebih memperhatikan saat bekerja, pasti akan ada saatnya mengerti. Bagaimanapun, dia juga percaya diri bisa menjabat posisi kepala divisi perencanaan ini dengan baik.
Irwandi baru merenung belum lama, pintu kantornya sudah diketuk lagi, Direktur Clive Sha masuk, Irwandi buru-buru berputar dari meja kerjanya, mengoper rokok dan menyeduh teh. Direktur Clive Sha dengan ramah mengobrol dengannya sebentar, lalu pergi.
Tidak berapa lama, ada lagi teman kantor yang terus-menerus mencari alasan untuk mengobrol. Bahkan sampai teman kerja bagian perencanaan yang sangat dekat, juga mencari alasan untuk mengobrol. Menghadapi ini, Irwandi dengan ramah melayani mereka semua. Disaat yang bersamaan juga menolak tawaran makan dan minum dari teman-teman kantor. Setelah mengantar pergi teman-teman, Irwandi merasa bahwa situasinya tidak wajar, diam-diam pulang kerja lebih awal.
Di pukul sembilan pagi hari berikutnya, rapat dilaksanakan tepat waktu di ruang rapat nomor tiga. Rapatnya dipimpin oleh Direktur Brusto dari departemen keuangan, sesuai dengan urutan rapat, pertama mengapresiasi pekerja yang sudah lama masuk. Irwandi termasuk dalam barisan yang diapresiasi.
Setelah acara apresiasi selesai, Direktur Brusto mewakili perusahaan untuk bicara kepada pekerja bagian perencanaan, memberikan pujian dan kesimpulannya. Diantaranya, mengangkat Irwandi dan Cikka sebagai contoh, menjelaskan tentang cara bekerja dan perlakuan Irwandi dan Cikka selama di perusahaan.
Lalu mengumumkan pengangkatan Irwandi dan orang lainnya, Direktur divisi perencanaan: Irwandi. Wakil direktur divisi informasi: Cikka. Yang artinya menggantikan posisinya yang sekarang.
Pengangkatan kali ini berarti mengubah posisi kader tingkat tengah perusahaan, ada orang yang naik jabatan, namun ada juga orang yang diturunkan dari posisinya.
Mendengar pengangkatan Cikka, Irwandi terkejut, tetapi ia tidak menunjukannya, hanya tersenyum dan tepuk tangan untuk menyelamati, di saat yang bersamaan ia melirik sekitar, melihat Direktur Clive Sha yang merupakan kepala bagian divisi ini duduk di sampingnya, wajahnya sangat kaku dan sorot matanya terkejut.
Tampaknya Direktur Clive Sha juga tidak mengetahui hal ini. Irwandi berpikir dalam hati, sepertinya Cikka punya sesuatu yang tidak diketahui orang, sebelumnya tidak terlalu peduli, namun kalau dipikir sekarang sepertinya ada lumayan banyak rahasia di dalamnya, pertama kenapa dia bisa tahu bahwa setelah kembali aku akan naik pangkat. Tidak mungkin hanya dengan mengetahui direktur divisi perencanaan sebelumnya kena masalah, sudah bisa memprediksinya, pasti ada kabar dari perantara lainnya.
Kemarin, Cikka tahu aku akan naik jabatan jadi kepala divisi perencanaan, kalau begitu seharusnya dia juga tahu kalau dirinya naik jabatan juga, kenapa saat itu dia tidak bilang, malah menyembunyikannya. Bagaimanapun juga kan tidak perlu disembunyikan dariku! Mungkin dia mengaggapku orang asing, atau dia sedang melindungi dirinya sendiri. Irwandi agak sedikit stress, namun sangat cepat tersadar lagi.
Setiap orang memiliki rahasia, tidak boleh memaksa orang untuk memberitahunya. Bagaimanapun juga, di dalam perusahaan Cikka juga sangat baik terhadapnya, tidak mungkin ada niat buruk atau mencelakaiku. Diantara teman kerja begitu saja sudah cukup.
Setelah Direktur Brusto selesai bicara, semuanya memberikan tepuk tangan yang meriah, setelah rapat dibubarkan, begitu keluar dari ruang rapat, Irwandi mendapat banyak ucapan selamat dari teman kantornya, dan tidak sedikit juga yang mengajaknya makan. Irwandi menanggapi semua ini dengan ramah, namun untuk ajakan makannya, dia menolaknya dengan halus.
Siang hari makan siang di kantin, saat kembali ke kantor, handphonenya menerima wechat dari Cikka yang isinya stiker sedih, lalu disambung dengan tulisan, aku juga tidak tahu aku akan menggantikan posisimu.
Melihat penjelasan ini, Irwandi perlahan tersenyum dan membalas pesannya: selamat ya.
Sore hari saat pulang kerja, Irwandi sedang mempersiapkan data untuk pengoperan dan penerimaan tugas, sesuai permintaan saat rapat, dalam waktu satu minggu, semua data perubahan pekerja harus dibuat pengoperan dan penerimaan pekerjaan dengan baik. Direktur Clive Sha mengetuk pintu kantor.
Melihat Clive Sha masuk Irwandi menjadi paham, sebelumnya mungkin Clive Sha juga mendapat kabar bahwa dirinya akan naik pangkat, kalau tidak, tidak mungkin belakangan ini sering datang ke kantornya untuk mengobrol. Di dua tahun lalu hal ini sangat jarang terjadi.
Saat ini posisi Clive Sha tidak mengalami perubahan, tapi Irwandi dia malah bergerak, dan lagi bisa dibilang naik ke tingkat tinggi. Kalau dari segi kepribadian Clive Sha, pasti datang untuk menarik koneksi. Irwandi berdiri, dengan cepat berjalan keluar dari meja kerjanya, mengeluarkan rokok dan memberikannya ke Clive Sha, tersenyum dan berkata: “Direktur Clive Sha, ada masalah apa, bisa lewat telepon.”
“haha, kawan, ini pasti gara-gara aku jarang datang.” Wajah Clive Sha dipenuhi senyuman, dia menerima rokoknya, bicara sambil tertawa, “sudah naik jabatan sudah mau pergi ya kawan, sedikit tidak rela, datang kemari untuk ngobrol denganmu bro.”
“ini sih harus berterima kasih atas bimbingan Direktur Clive Sha, beberapa tahun ini berada di sisi Direktur Clive Sha, aku belajar banyak pengalaman kerja.” Irwandi bicara sambil senyum, menuntut Clive Sha ke sofa di dekat dinding, lalu pergi untuk menyeduh teh dan meletakkannya di atas meja teh, dan duduk di bangku satu lagi di sebelah meja teh, memantik rokok dan berkata: “Direktur Clive Sha, kalau kamu tidak kemari, aku akan selesaikan hal yang ditanganku, lalu lapor kepadamu.”
“haha. Direktur Irwandi diantara kita kenapa harus lapor atau tidak lapor, bagaimanapun setiap saat kamu juga mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik.” Clive Sha tersenyum lebar, kebiasaannya untuk memegang rambutnya yang tipis juga merupakan kelebihannya, setiap kali dia merasa senang, selalu memegang rambutnya sendiri.
“hehe, ini adalah tata krama,” Irwandi tersenyum dengan ramah dan tulus sambil melihat Clive Sha, berkata, “lagipula, ini juga termasuk tugasmu, Direktur Clive Sha, kalau kamu malas-malasan, aku akan kesulitan”
“haha, kamu ini.” Clive Sha tertawa senang, mengeluarkan rokok dan memberikan sebatang kepada Irwandi, “padahal perginya tiba-tiba, masih saja begitu serius, hal ini harus diajarkan kepada teman-teman yang akan datang berikutnya.”
“hehe. Aku juga belajar dari Direktur Clive Sha.” Irwandi tersenyum berkata, “kalau mau teman-teman belajar, juga harus belajar dari semangat kerja dan keseriusanmu.”
Kami berdua tertawa akan beberapa kata yang kami ucapkan, Clive Sha tiba-tiba meratap dan berkata: “jujur saja, kalau kamu pergi, aku benar-benar tidak rela. Sekarang orang yang bisa melaksanakan pekerjaan sepertimu tidak banyak, tapi kamu sudah naik jabatan, tidak mungkin kuhalangi kan.”
“Direktur Clive Sha, jujur aku pun tidak rela.” Irwandi ikutan meratap dan berkata, “ini juga terlalu tiba-tiba untukku, sampai sekarang aku masih agak heran, tidak tahu apa alasannya.” Sambil bicara, dia diam-diam memerhatikan Clive Sha yang merenung.
Lalu saling mengetes satu sama lain, Clive Sha tidak mendapat informasi apapun dari Irwandi. Saat ingin pergi, dengan ramah ingin mengadakan acara pelepasan, Irwandi tidak enak untuk menolak, akhirnya bilang silahkan datang setelah pengoperan pekerjaan.
Clive Sha yang disetujui wajahnya sangat senang, lalu ia pergi.
Setelah Clive Sha pergi, teman-teman kerja terus-menerus berdatangan ke dalam kantor, sampai waktu hampir pulang kerja, Irwandi mencari alasan untuk menolak ajakan teman kerja dengan halus, menenteng tas dan keluar dari kantor, menaiki bus pulang ke rumahnya. Setelah turun, di sekitar daerah itu dia menemukan sebuah restoran kecil dan memesan tiga sayur dan dua botol bir. Saat sedang menunggu, melihat handphonenya dan ada wechat dari Cikka.
Setelah mengklik wechat Cikka terlihat: belajar merendah sepertimu, sore hari mencari alasan untuk kabur pulang. Malam nanti traktir kamu makan.
Irwandi tersenyum dan membalas: terima kasih. Sudah makan dan sampai di rumah.
Setelah makan di rumah, Irwandi membereskan rumahnya, membawa sampahnya untuk dibuang ke bawah, sekalian keluar untuk jalan-jalan. Begitu keluar dari perumahan, dia berjalan ke terus tanpa tujuan.
Dia berjalan terus, tanpa disadari malah sampai ke taman tempat dia dan Marena sering jogging saat pacaran dan setelah menikah.
Irwandi yang sedang berjalan di taman, tiba-tiba menghentikan langkahnya, melihat Marena yang mabuk berdiri di depannya.
Novel Terkait
Perjalanan Selingkuh
LindaHanya Kamu Hidupku
RenataCutie Mom
AlexiaThick Wallet
TessaEternal Love
Regina WangKembali Dari Kematian
Yeon KyeongDemanding Husband
MarshallIstri Pengkhianat×
- Bab 1 Siapa Laki Laki ini
- Bab 2 Memudarnya Cinta
- Bab 3 Kebohongan Istri
- Bab 4 Salah Kaprah
- Bab 5 Rumah Yang Rapi Dan Bersih
- Bab 6 Menghubungi Sahabat Istri
- Bab 7 Istri Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 8 Marena Berada di Hainan
- Bab 9 Menguak Kebohongan Istri
- Bab 10 Makan Dan Memergoki Perselingkuhan
- Bab 11 Pernikahan Yang Terlihat Bahagia
- Bab 12 Cerita Oktavia
- Bab 13 Marena Pulang
- Bab 14 Melihat Durex Lagi
- Bab 15 Pertama Kalinya Suami Istri Bertengkar
- Bab 16 Kesalahan Dalam Berdalih
- Bab 17 Tidak Beruntung Menjadi Suaminya
- Bab 18 Memeriksa CCTV Komplek Perumahan
- Bab 19 Kebingungan Marena
- Bab 20 Teringat Padanya
- Bab 21 Dari Bangga Berubah Menjadi Kecewa
- Bab 22 Meminta Bantuan Sahabat
- Bab 23 Sahabat pun Memandang Rendah Dirinya
- Bab 24 Tidak Bisa Kembali Lagi Ke Masa Lalu
- Bab 25 Sojun yang Datang Mencari
- Bab 26 Ayah Mertua dan Ibu Mertua
- Bab 27 Yang terpenting adalah Kamu.
- Bab 28 Kembali ke dulunya.
- Bab 29 Ujian Pernikahan
- Bab 30 Mengintimidasi Sang Istri
- Bab 31 Memutuskan Mencari Detektif
- Bab 32 Bersedia Membantu
- Bab 33 Menutupi
- Bab 34 Mencari Perusahaan Detektif
- Bab 35 Negosiasi
- Bab 36 Balas Dendam Atau Cinta Yang Tidak Jelas
- Bab 37 Kesadisan Istri
- Bab 38 Sombong Yang Palsu
- Bab 39 Permintaan Dari Panggilan Tidak Dikenal
- Bab 40 Menceritakan Keseluruhan Cerita
- Bab 41 Donita yang Tidak Bisa Tahan Lagi
- Bab 42 Apakah Masih Mencintainya?
- Bab 43 Dendam Welly Dan Sojun Lu
- Bab 44 Masuk ke Dalam Jebakan
- Bab 45 Solusi Sojun Lu
- Bab 46 Istri yang Meninggalkan Rumah pada Tengah Malam
- Bab 47 Marena Berada Di Kamar Hotel
- Bab 48 Kembali Memberi Kesempatan
- Bab 49 Welly Ingin Memakan Masakan Yoyo
- Bab 50 Welly Memenangkan Yoyo
- Bab 51 Menghadapi Selingkuhan Istri
- Bab 52 Bersiap-Siap Pulang untuk menjelaskan
- Bab 53 Irwandi Memutuskan Balas Dendam
- Bab 54 Welly Melaporkan Ke Polisi Lagi
- Bab 55 Sojun Lu Ditangkap
- Bab 56 Cerai
- Bab 57 Rumah Kosong Dan Sunyi
- Bab 58 Oktavia Bercerai
- Bab 59 Penderitaan Marena
- Bab 60 Sendiri Orang Terakhir Yang Mengetahui Kebenaran
- Bab 61 Diinterogasi oleh Ayah dan Ibu Mertua
- Bab 62 Balas Dendam Yoyo
- Bsb 63 Irwandi Naik Jabatan
- Bab 64 Marena ingin rujuk kembali
- Bab 65 Marena Datang Ke Perusahaan Untuk Mencari Irwandi
- Bab 66 Penolakan Irwandi
- Bab 67 Menyadarkannya
- Bab 68 Percakapan Antara Irwandi dan Marena
- Bab 69 Undangan Makan dari Oktavia
- Bab 70 Ayo Kita Pulang (End)