Istri Pengkhianat - Bab 48 Kembali Memberi Kesempatan
di dalam kamar hotel.
Welly sedang menatap wajah Marena yang penuh ketakutan itu, setelah mendengar kembali pertanyaan dari Marena tentang syarat apa yang dia inginkan, dia pun mulai bangkit berdiri dan berjalan ke depan Marena. dia menatap Marena dengan erat, ia lalu mendaratkan pandangannya ke sekujur tubuh Marena dengan tatapan yang tidak sopan.
dia melihat kedua wajah Marena telah memerah dan kedua matanya juga menatap ke sekelilingnya secara tidak wajar dan Marena pun menundukkan kepalanya. Welly terlihat bangga dan ia pun sedikit tersenyum sambil berkata: "aku tidak membutuhkan uang, apa yang bisa kamu berikan untuk memuaskanku?!" sambil mengatakan itu, Welly pun mengulurkan tangannya untuk merangkul Marena.
"Ah." Marena terkejut dan berteriak, ia mulai melawan dan di waktu yang bersamaan, dia pun berkata: "lepaskan tangan kamu, lepaskan!"
"hehe, aku akan menyetujui permintaanmu jika kamu menemaniku untuk tidur satu malam." kata Welly dengan tersenyum sambil merangkul Marena.
"tidak mungkin." Marena berusaha untuk melawannya, "jikalau kamu tidak melepaskan tanganmu, aku akan melapor kepada polisi." setelah mengatakan itu, dia pun menghempas tangan Welly dengan tenaga yang kuat. dia lalu berlari ke sisi lain sambil menatap Welly dengan penuh waspada.
Welly hanya berdiri di tempat yang sama sambil menatap Marena dan berkata: "laporkan saja kepada polisi. aku malah berharap kamu melakukan itu. setelah polisi datang, aku ingin melihat bagaimana caranya kamu menjelaskan tentang kamu yang datang ke kamarku di tengah malam seperti ini." setelah beberapa saat, ekspresi wajah Welly kembali ramah dan dia pun berkata, "kamu bahkan bisa menjadi kekasih gelap Sojun, kenapa rupanya jika kamu menemaniku selama satu malam saja? jika kamu menemaniku malam ini, aku akan menjamin untuk menghapus semua foto itu ataupun menyerahkan semua foto itu kepadamu."
mendengar ini, Marena pun segera menggelengkan kepalanya dan memeluk tasnya di depan dada dengan erat sambil berkata dengan gugup, "jangan, jangan, jangan dekati aku, kalau tidak aku akan melapor kepada polisi." sambil menagatakan itu, ia pun dengan paniknya mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.
melihat kondisi Marena yang panik itu, Welly khawatir kalau nantinya dia benar melapor kepada polisi. Welly pun mulai panik dan segera menghampirinya. dia kembali memeluk Marena dan menangkap tangannya sambil mencium bibirnya.
Marena yang terlihat panik itu tidak lagi sempat mengeluarkan ponselnya dan langsung mengelak, ia lalu menghindar darinya dan sekujur tubuhnya juga mulai bergumul. kini, nafas Welly terdengar begitu kasar dan dia memeluk Marena sambil berpindah ke arah kasur. setelah sampai di sisi kasur, dia pun mendorong Marena dengan tenaga yang kuat. setelah itu, dia pun menjatuhkan tubuhnya sendiri ke arah yang sama.
Marena menahannya menggunakan kedua tangan dan menggunakan salah satu lututnya untuk menendang Welly. Welly pun berteriak kesakitan dan memegang bagian bawah tubuhnya sambil meringkukkan tubuhnya.
melihat itu, Marena langsung membalikkan badannya dan bersembunyi di sisi lain. dia pun turun dari atas kasur dan bergegas ke arah pintu. namun ia terpikir kembali akan tasnya, dia lalu menolehkan kepalanya dan melihat kalau Welly masih meringkukkan tubuhnya di atas kasur. dia merasa sedikit ragu dan dia pun berlari kembali untuk mengambil tasnya. setelah itu, dia pun kembali berlari ke arah pintu.
Welly yang tengah merasa kesakitan itu pun berteriak ketika melihat Marena hendak pergi: "kalau kamu berani pergi, maka besok aku akan menyebar semua fotomu itu."
Marena yang telah sampai di depan pintu itu pun merasa lebih aman, dia lalu meletakkan tangannya pada gagang pintu sambil menatap Welly. dia pun mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan berkata: "jikalau kamu berani menyebarkan foto itu, aku akan melapor kepada polisi. semua kejadian malam ini telah aku rekan menggunakan ponselku. aku akan melaporkannya kepada polisi."
Welly menatap Marena dengan erat dan ia tidak menyangka kalau Marena akan menggunakan cara ini. sebelum ini, dia tahu bahwa terdapat peraturan denda manajemen keamanan publik, pada Pasal 42 (peraturan di China).
salah satu dari tindakan berikut ini akan ditahan selama kurang dari lima hari atau denda sekitar 1 juta rupiah. jika situasinya serius, ia harus ditahan selama lebih dari 5 hari dan kurang dari 10 hari, dan denda kurang dari 1 juta rupiah dapat dikenakan secara bersamaan.
dia termasuk telah melanggar pasal ke 6 karena telah mengganggu privasi orang lain. karena ini bukanlah merupakan media foto, setelah dilaporkan kepada polisi, Welly cukup mencari seseorang untuk membayar biaya denda itu saja. namun Ini akan sangat menganggu rencana selajutnya.
sambil menatap kedua mata Welly yang dingin itu, Marena pun segera menyelesaikan perkataannya dan segera berlari keluar. dikarenakan ini merupakan lantai 3, Marena tidak lagi menunggu lift dan langsung menuruni tangga.
setelah sampai di lantai 1, rasa takut pada Marena telah berkurang dan ekspresi wajahnya juga terlihat lebih tenang. namun wajahnya sedikit memerah karena dia menuruni tangga dengan kecepatan yang sangat tinggi. dia lalu mengikat rambutnya sambil menundukkan kepalanya dan berjalan keluar. setelah melewati lobi pada hotel itu, dia pun berhasil keluar dari hotel.
namun dia tidak sadar kalau terdapat sebuah bayangan seseorang di salah satu sisi hotel itu. semua aksi Marena mulai keluar dari lorong hotel hingga keluar dari hotel itu telah difoto oleh orang tersebut. dan orang tersebut pun mengikuti Marena secara diam-diam dari belakang.
setelah sampai di parkiran, detektif itu pun melihat Marena masuk ke dalam mobil. setelah berpikir beberapa saat, dia pun menelepon Irwandi dan panggilan itu terhubung dengan cepat. terdengar suara nafas berap pada Irwandi yang bertanya kepada detektif itu, "apakah kamu sudah menemukan Marena?"
"dia sudah kembali ke dalam mobil, mungkin dia akan segera pulang."
"oh." setelah beberapa saat, Irwandi kembali bertanya: "apakah dia keluar dari dalam hotel?"
"benar." kata detektif itu.
setelah beberapa saat, kembali terdengar suara Irwandi: "dimana kamu? aku ingin mengobrol secara langsung denganmu."
detektif itu sedikit terbengong dan akhirnya dia pun menyetujuinya, "baiklah, kebetulan aku akan mengikuti Marena dari belakang. kita boleh bertemu di sekitar area perumahanmu."
"baiklah." Irwandi kembali berkata: "aku akan segera pulang."
Marena yang telah duduk di dalam mobil itu pun mengunci pintu mobilnya sambil menangis di dalam mobil. saat ini, ponselnya berdering dan dia melihat kalau itu merupakan panggilan dari Welly. dia pun langsung menonaktifkan ponselnya.
dia menggunakan tisu yang ada di dalam mobil itu membersihkan mata dan juga wajahnya. setelah itu, ia pun membuka lampu mobil dan mulai berkaca sambil membereskan rambutnya yang kacau itu. setelah memastikan tidak ada yang aneh, dia pun menghidupkan mesin mobilnya dan bergegas pulang.
setelah sampai di depan pintu area perumahannya, detektif itu pun melihat Marena telah masuk kedalam, namun ia tidak menemukan Irwandi di sana. dia pun meneleponnya dan mendapat informasi kalau harus menunggu selama puluhan menit lagi. setelah itu, detektif itu pun bersandar pada kursi mobilnya sambil menutup kedua matanya.
setelah puluhan menit kemudian, jendela mobilnya pun diketuk. detektif itu membuka matanya dan melihat ada seorang pria di luar. dia lalu membuka kaca mobilnya dan bertanya: "kamu siapa?"
"aku adalah Irwandi, orang yang menghubungi kamu tadi." jawab Irwandi dengan wajah yang memerah dan nafas yang kencang.
"oh, halo tuan Irwandi." detektif itu pun membuka pintu mobil dan keluar dari dalam sambil berkata: "aku adalah Leonardo."
Irwandi lalu memberikan sebatang rokok kepadanya, "maaf, aku merepotkanmu pada tengah malam seperti ini."
"ini adalah pekerjaanku." kata Leonardo sambil tersenyum. dia lalu menerima sebatang rokok itu. melihat kening Irwandi yang penuh keringat itu, Leonardo pun bertanya: "tuan Irwandi, kenapa kamu berkeringat deras?"
"awalnya aku keluar dari rumah dan hendak pergi ke hotel, namun aku tidak menemukan satupun taksi di sini. oleh karena itu, aku pun memilih untuk berlari." jelas Irwandi, "di tengah jalan, aku mendapatkan panggilan darimu dan aku berlari kembali."
"oh." Leonardo lalu menatap Irwandi dan membuka pintu mobil sambil berkata: "kalau begitu, cepatlah masuk ke dalam mobil untuk membicarakan ini."
setelah masuk ke dalam mobil, mereka pun mulai mengobrol. Irwandi pun berkata: "tuan Leonardo, apakah kamu tahu Marena bertemu dengan siapa malam ini?"
"tidal tahu." kata Leonardo, "jikalau kamu ingin mencari tahu, sepertinya harus menunggu jam kerja besok."
Irwandi un menganggukkan kepala dan berkata dengan sedikit curiga: "apakah kamu menemukan adanya hal yang aneh?"
melihat tatapan Irwandi, Leonardo pun memberikan sebatang rokok kepadanya, dia lalu menghidupkan sebatang rokok untuk dirinya sendiri dan mulai menghisapnya. dia lalu berkata: "hingga sekarang, aku belum menemukan apapun. aku hanya melihat Marena keluar dari hotel itu saja."
tangan Irwandi mulai menggenggam kursi mobil itu, setelah beberapa saat, dia kembali bertanya: "dulunya Marena tidak pernah ketahuan jika ia pergi ke hotel bersama orang lain, apa maksud semua ini?"
"benar." kata Leonardo, "setelah kami menerima permohonan darimu, kami pun mencari data tentang Marena dalam hal menginap di hotel. kami tidak menemukan data apapun." setelah beberapa saat kemudian, dia kembali berkata: "namun kami mendapatkan foto kalau Marena memberhentikan mobilnya di salah satu parkiran penginapan dan ia sedang berpelukan dengan seorang pria."
harapan yang ada di dalam kedua mata Irwandi seketika berubah menjadi kesedihan dan juga amarah. dia menghancurkan rokok yang ada di dalam tangannya. Leonardo pun menasehatinya: "tuan Irwandi, jangan panik. kami memiliki banyak pengalaman dalam masalah seperti ini, tidak ada yang terlihat luar biasa."
Irwandi lalu menarik nafas yang dalam dan menenangkan suasana hatinya. dia pun kembali bertanya: "siapa pria itu?"
"pria itu bernama Sojun Lu, 29 tahun dan merupakan karyawan dari salah satu perusahaan." kata Leonardo dengan tenang: "sesuai penelusuran kami, Sojun telah menikah selama beberapa tahun dan dia juga memiliki seorang putri. untuk sekarang, hubungannya dengan sang istri tidaklah begitu bagus."
"Marena juga telah berhubungan dengannya selama beberapa waktu."
"namun kamu belum menemukan informasi pasti tentang hal ini." Leonardo kembali menjelaskan, "hal seperti ini hanya diketahui oleh orang yang bersangkutan."
"apakah foto-foto di parkiran itu ada padamu?" tanya Irwandi, "aku ingin melihatnya."
"foto-foto itu telah disimpan di dalam folder perusahaan." Leonardo pun berkata, "setelah kasus ini selesai, semua foto itu akan diserahkan kepadamu."
"oh." setelah itu Irwandi pun kembali bertanya: "apakah malam ini Marena pergi ke hotel bersama pria bernama Sojun itu?"
"ini, aku belum menelusurinya." Leonardo kembali menjelaskan, " aku bisa memastikan semua ini setelah aku menelusuri semua data dan juga cctv pada hotel itu besok pagi."
saat ini, Marena hanya duduk diam pada sofa yang ada di ruang tamu.
Marena yang baru saja pulang ke rumah itu pun langsung masuk ke dalam toilet untuk membersihkan dirinya. dia lalu masuk ke dalam kamar dan melihat kalau lampu kamar masih terang, namun tidak ada satupun orang di dalam. dia lalu berlari keluar dari kamar tidur dan bergegas ke ruangan kerja. dia telah mencari semua sudut ruangan itu dan tidak menemukan suaminya.
suaminya pastilah pergi keluar mencari dirinya. Marena lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan hanya terlihat riwayat panggilan dari Welly saja. dia tidak menemukan riwayat panggilan dari suaminya sendiri.
dia pun duduk di sofa pada ruang tamu sambil menggenggam ponselnya dengan erat. dia merasa ragu apakah dia harus menelepon suaminya atau tidak. dia juga merasa sangat bersalah.
Irwandi telah selesai mengobrol dengan Leonardi, ia kembali menghidupkan sebatang rokok sambil berjalan di tengah dinginnya malam ini. ponsel Irwandi mengeluarkan nada dering yang spesial. tanpa dilihat, dia pun tahu kalau itu merupakan panggilan dari istrinya. dia tidak mengangkatnya dan juga melihatnya sekalipun.
setelah ponselnya berdering beberapa kali, kembali terdengar suara notifikasi aplikasi wechat. Irwandi yang terlihat sedang memikirkan sesuatu itu pun kembali menghisap beberapa batang rokok sambil berjalan pulang ke rumahnya.
setelah membuka pintu rumah, Irwandi melihat istrinya sedang berdiri di sisi pintu, istrinya lalu berkata: "kamu sudah pulang."
"suamiku, kemana kamu pergi? aku meneleponmu beberapa kali dan kamu tidak mengangkatnya." Marena pun mengeluh dnegan manja. setelah itu, dia lalu membantu suaminya untuk melepas sepatunya, "suamiku, gantilah sepatumu." dia lalu memasukkan sepatu suaminya ke dalam rak sepatu yang ada di sana.
melihat semua perlakuan istrinya yang tidak pernah dilakukan olehnya selama ini, kedua tatapan Irwandi dipenuhi oleh kekecewaan dan juga amarah. dia tidak berkata apapun dan berjalan ke ruang tamu setelah mengganti sepatunya. dia lalu bertanya: "bagaimana kondisi rekan kerjamu sekarang?
"oh." Marena lalu mengikuti suaminya dari belakang dan berkata, "dia sudah tidak apa-apa lagi, semua telah diselesaikan."
Irwandi lalu menatap istrinya dan bertanya: "apakah kamu benar pergi ke rumah sakit?" Irwandi yang telah melihat foto yang diambil oleh Leonardo itu pun kembali memberi kesempatan kepada istrinya untuk bersikap jujur.
"benar." tatapan Marena terlihat sedikit panik, ia kembali bertanya: "suamiku, kenapa kamu menanyakan ini? apakah kamu tidak percaya padaku?" setelah mengatakan itu, ia pun bergegas ke toilet.
Irwandi pun mengikuti istrinya berjalan ke pintu toilet, setelah melihat istrinya membuka pintu toilet dan masuk ke dalam, suaminya pun bertanya: "ke rumah sakit mana kamu pergi? kenapa aku tidak menemukanmu?"
Marena yang berada di dalam toilet itu pun mulai memikirkan salah satu rumah sakit yang berjarak jauh dari rumahnya. dia lalu berkata dengan nada yang buruk: "aku pergi ke rumah sakit Antonius. jika kamu tidak percaya, kamu boleh memeriksanya."
Novel Terkait
After Met You
AmardaMore Than Words
HannyBehind The Lie
Fiona LeeMeet By Chance
Lena TanInventing A Millionaire
EdisonCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinCinta Yang Tak Biasa
WennieCinta Di Balik Awan
KellyIstri Pengkhianat×
- Bab 1 Siapa Laki Laki ini
- Bab 2 Memudarnya Cinta
- Bab 3 Kebohongan Istri
- Bab 4 Salah Kaprah
- Bab 5 Rumah Yang Rapi Dan Bersih
- Bab 6 Menghubungi Sahabat Istri
- Bab 7 Istri Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 8 Marena Berada di Hainan
- Bab 9 Menguak Kebohongan Istri
- Bab 10 Makan Dan Memergoki Perselingkuhan
- Bab 11 Pernikahan Yang Terlihat Bahagia
- Bab 12 Cerita Oktavia
- Bab 13 Marena Pulang
- Bab 14 Melihat Durex Lagi
- Bab 15 Pertama Kalinya Suami Istri Bertengkar
- Bab 16 Kesalahan Dalam Berdalih
- Bab 17 Tidak Beruntung Menjadi Suaminya
- Bab 18 Memeriksa CCTV Komplek Perumahan
- Bab 19 Kebingungan Marena
- Bab 20 Teringat Padanya
- Bab 21 Dari Bangga Berubah Menjadi Kecewa
- Bab 22 Meminta Bantuan Sahabat
- Bab 23 Sahabat pun Memandang Rendah Dirinya
- Bab 24 Tidak Bisa Kembali Lagi Ke Masa Lalu
- Bab 25 Sojun yang Datang Mencari
- Bab 26 Ayah Mertua dan Ibu Mertua
- Bab 27 Yang terpenting adalah Kamu.
- Bab 28 Kembali ke dulunya.
- Bab 29 Ujian Pernikahan
- Bab 30 Mengintimidasi Sang Istri
- Bab 31 Memutuskan Mencari Detektif
- Bab 32 Bersedia Membantu
- Bab 33 Menutupi
- Bab 34 Mencari Perusahaan Detektif
- Bab 35 Negosiasi
- Bab 36 Balas Dendam Atau Cinta Yang Tidak Jelas
- Bab 37 Kesadisan Istri
- Bab 38 Sombong Yang Palsu
- Bab 39 Permintaan Dari Panggilan Tidak Dikenal
- Bab 40 Menceritakan Keseluruhan Cerita
- Bab 41 Donita yang Tidak Bisa Tahan Lagi
- Bab 42 Apakah Masih Mencintainya?
- Bab 43 Dendam Welly Dan Sojun Lu
- Bab 44 Masuk ke Dalam Jebakan
- Bab 45 Solusi Sojun Lu
- Bab 46 Istri yang Meninggalkan Rumah pada Tengah Malam
- Bab 47 Marena Berada Di Kamar Hotel
- Bab 48 Kembali Memberi Kesempatan
- Bab 49 Welly Ingin Memakan Masakan Yoyo
- Bab 50 Welly Memenangkan Yoyo
- Bab 51 Menghadapi Selingkuhan Istri
- Bab 52 Bersiap-Siap Pulang untuk menjelaskan
- Bab 53 Irwandi Memutuskan Balas Dendam
- Bab 54 Welly Melaporkan Ke Polisi Lagi
- Bab 55 Sojun Lu Ditangkap
- Bab 56 Cerai
- Bab 57 Rumah Kosong Dan Sunyi
- Bab 58 Oktavia Bercerai
- Bab 59 Penderitaan Marena
- Bab 60 Sendiri Orang Terakhir Yang Mengetahui Kebenaran
- Bab 61 Diinterogasi oleh Ayah dan Ibu Mertua
- Bab 62 Balas Dendam Yoyo
- Bsb 63 Irwandi Naik Jabatan
- Bab 64 Marena ingin rujuk kembali
- Bab 65 Marena Datang Ke Perusahaan Untuk Mencari Irwandi
- Bab 66 Penolakan Irwandi
- Bab 67 Menyadarkannya
- Bab 68 Percakapan Antara Irwandi dan Marena
- Bab 69 Undangan Makan dari Oktavia
- Bab 70 Ayo Kita Pulang (End)