Istri Pengkhianat - Bab 39 Permintaan Dari Panggilan Tidak Dikenal

Mendengar suara merdu seorang wanita datang dari ganggang telepon, Welly tersenyum dan memastikan lagi: "Apakah ini Marena, Ny. Marena?"

“Benar itu aku, kamu siapa?” Balas Marena, “Ada urusan apa mencariku?”

“Tidak penting siapa aku.” Welly menyeringai, “Yang penting adalah Ny. Marena seharusnya sudah mendengar soal foto dari Sojun kan.”

Marena yang tengah memegang ganggang telepon, dia terkejut dan panik hingga menjerit saat mendengar perkataannya.

Jeritannya singkat karena dia bereaksi tepat waktu, ini adalah departeman perencanaan, bukan ruangan kantornya sendiri. Dia mendongakkan kepala, dan benar saja, dia mendapati para rekan kerjanya sedang memandang ke arahnya dengan tatapan aneh, Marena memaksa diri untuk tersenyum pada mereka, kemudian barulah dia mengecilkan volume suaranya dan bertanya: “Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan.”

Welly merasa bangga terhadap reaksi Marena, dia berkata: “Aku tidak keberatan jika Ny. Marena kira akan lebih nyaman jika kita berbicara seperti ini. Tetapi kupikir Ny. Marena lebih baik beritahu aku nomormu, dengan begitu kita akan lebih nyaman berbicara lewat telepon.”

Marena ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya membisikkan nomornya, “xxx.xxx.139” ,setelah Welly mengulanginya barulah dia menutup telepon dan berbalik menuju ruangan kantornya. Pada saat ini ponselnya berdering tanda panggilan masuk, dia melihat nomor tidak dikenal di layar ponsel, dia berpikir sesaat, begitu diangkat dia hanya mengucapkan sepatah “Tunggu sebentar.”lalu menutup teleponnya.

Wajah Marena memucat, dia meraih tasnya dan keluar dari ruangan kantornya serta menyapa para rekan kerjanya dengan buru-buru, “Temanku baru saja ditabrak mobil, aku pergi sebentar.” Selesai bicara, dia lekas berjalan keluar.

Marena meninggalkan perusahaan dan melihat sekeliling tapi tidak menemukan tempat yang cocok untuk menjawab telepon, tempat parkir terlintas di pikirannya. Jadi dia bergegas menuju tempat parkir, membuka pintu mobil lalu masuk dan duduk , dia mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan memegangnya dengan gugup serta menatapnya dengan penuh ketakutan.

Tidak lama kemudian, ponsel Marena berdering, dia mengangkatnya dengan panik, “Kamu siapa, apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan, atau aku akan lapor ke polisi.”

Welly terpaku sejenak ketika mendengar kata lapor polisi, tak disangka rupanya wanita ini bernyali, dia terkekeh, “Lapor saja, Ny. Marena. Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi.” selesai bicara, Welly menutup telepon secara sepihak kemudian menyalakan sebatang rokok dan menunggu dengan tenang. Dia yakin, sebentar lagi Marena pasti akan telepon balik.

Marena tertegun ketika mendengar Welly malah membiarkannya untuk melapor polisi sekaligus memutus teleponnya. Awalnya, dia hanya ingin menakut-nakuti pria itu, sekarang pria itu bahkan tidak peduli sama sekali. Sejak mengetahui adanya foto kemarin, yang harus dilakukannya adalah periksa di internet. Pria itu tidak menginginkan uang ataupun melakukan kekerasan seksual, pria itu juga tak masalah meski dirinya dilaporkan ke polisi.

Lagi pula, apakah dia berani lapor polisi! Pada saat itu rekan-rekan suaminya akan mengetahui semuanya. Marena yang sedang duduk di dalam mobil seperti orang linglung dan panik, dia memegang ponselnya erat-erat. dia panik, takut, ragu untuk menghubungi pria itu kembali. Jika dia tidak menghubunginya, maka suaminya seharusnya akan mengetahuinya lebih cepat, dia sangat yakin soal ini.

Melalui pertimbangan dalam waktu yang lama, Marena ragu-ragu sebentar, kemudian dia menghubungi telepon Welly sembari merekam suaranya dengan ponsel, akan tetapi, pria itu langsung menolak panggilan telepon, saking paniknya dia sampai menghubungi pria itu berkali-kali.

Mendapatkan banyak panggilan telepon dari Marena, Welly tersenyum menghina sambil melemparkan rokoknya ke tanah dan menginjaknya, dia menunggu teleponnya berdering beberapa kali sebelum meyambungkan telepon dengan santai.

“Ny. Marena, bukankah kamu ingin lapor polisi, untuk apa kamu meneleponku.” Sindir Welly, “Aku sedang mengunggah foto, kalau tidak ada urusan, jangan menggangguku.”

Marena tersontak kaget saat mendengar ucapannya, dia segera menyahut: “Jangan, katakan saja apa maumu, selama aku bisa melakukannya. Berapa banyak uang yang kamu inginkan agar bersedia menyerahkan foto-foto itu padaku, langsung katakan saja.”

“Untuk apa aku menginginkan uangmu.” Welly tersenyum menghina, “Itu namanya pemerasan, sama saja dengan tindakan kriminal, dan aku tidak bisa melakukan tindakan kriminal, aku adalah pria baik-baik yang mematuhi hukum serta setia pada keluarga dan jujur.”

Marena menarik napas dalam-dalam, rasa malu dan amarah sudah sampai di ubun-ubun, kemudian dia bertanya: “Jadi, sebenarnya kamu ingin bagaimana?”

“Tak ada hal lain, hanya meminta kamu untuk pergi ke kantornya Sojun saat pulang kerja nanti, lalu, kalian makan malam bersama.” Welly menyeringai lalu mendadak terhenti dan berkata: “Tapi jangan sampai kamu menunda waktu jam pulang.”

“Tidak bisa.” Tolak Marena mentah-mentah dan berkata, “Aku tidak ada hubungan apa-apa lagi dengannya.”

“Hehe.” Seringai Welly , “Tak disangka Ny. Marena sangat tidak berperasaan. Sekali ada masalah, kamu buru-buru putusin dia. Tapi tidak heran, ketika di antara pasangan suami istri mengalami kesulitan, pasti akan berpisah, terutama untuk sepasang kekasih yang tidak etis seperti kalian.”

“Aku dan Sojun tidak bersalah, kamu jangan asal bicara.” Gerutu Marena.

“Bersalah atau tidak, kamu tidak perlu mengatakannya padaku, tak masalah selama rekan suamimu atau siapa pun masih sanggup mempercayaimu setelah melihat foto-foto itu.” hina Welly, “Pergi atau tidak, kamu harus memikirkannya sendiri.”

“Jika kali ini aku pergi, bagaimana kalau kamu masih memintaku untuk melakukan hal yang lain nantinya?” tanya Marena ragu-ragu, “Lalu bagaimana aku bisa menjamin bahwa kamu tidak akan mencariku lagi?”

“Ini adalah masalah yang harus kamu pikirkan sendiri, tidak ada hubungannya denganku. Selain itu, punya hak apa kamu mengajukan persyaratan denganku.” Welly menyeringai, “Jika Ny. Marena masih ingin melihat foto yang lain, kamu bisa menambahkan wechatku dengan nomor ini.” Welly menghentikan sindirannya lalu berkata sambil menyeringai: “Foto di galeri ponselku lebih banyak loh, terutama foto Ny. Marena dengan selingkuhan, haha.”

Welly tiba-tiba menghentikan ketawanya dan berkata dengan nada dingin: “Mengenai apakah kamu pergi hari ini atau tidak, kamu harus memikirkannya sendiri.” Telepon ditutup setelah selesai berbicara.

Marena yang teleponnya ditutup seketika ragu-ragu, apakah dia akan pergi atau tidak? Setelah memikirkannya untuk waktu yang lama, dia mengemudi untuk menemukan agen ponsel untuk membayar tagihan telepon, kemudian dia menyebutkan nomor yang baru saja dihubungi dengan alasan membantu temannya untuk membayar tagihan telepon, mengetahui pemilik nomor bukan atas marga Yang, melainkan marga Wan. Setelah mengetahui marga dan salah menyebut nomor, dia meninggalkan agen ponsel.

Awalnya dia mengira pria itu adalah Welly, rekannya si Sojun, tetapi sekarang dia malah menemukan marga Wan. Marena menjadi bingung dan bertambah panik. Jangan-jangan orang ini adalah orang yang diam-diam mengambil fotonya atau telepon dari klien si Sojun?

Pada kenyataannya, Marena yang sedang menduga-duga, dia tahu bahwa nomor itu adalah nomor Welly, saat itu dia kehilangan dompet serta ponselnya ketika dirinya baru datang ke kota Brigil, jadi dia menggunakan identitas KTP mantan pacarnya untuk melakukan registrasi.

Ini juga setara dengan kenyataan bahwa itu adalah nomor telepon khusus untuk mengontak mantan pacarnya yang hanya diketahui oleh sedikit orang. Setelah mereka putus, Welly tidak rela membuangnya, jadi dia melanjutkan membayar tagihan telepon dan menyimpan kartunya di dalam ponselnya. Tak disangka, kartunya akan berguna hari ini.

Setelah ragu-ragu untuk waktu yang lama, akhirnya Marena memutuskan untuk menghubungi telepon Sojun. Tidak butuh waktu lama untuk sojun mengangkat teleponnya, “Marena, akhirnya kamu mau meneleponku.”

“Jangan memanggilku seperti itu.” sahut Marena dengan nada dingin, dan melanjutkan berkata, “Barusan ada orang yang menghubungi teleponku, dan mengungkit masalah foto, nomornya adalah xxx.xxx.138. aku sudah memeriksanya dan marganya adalah Wan. Apakah ada orang tersebut di perusahaan kalian atau apakah kamu bisa mengira siapa orang yang bermarga Wan itu?”

“Ha?” sontak dia menjawab, “Tidak ada marga wan di perusahaan kami, dan aku tidak tahu ini nomor siapa.”

“Lalu, apa kamu punya kenalan yang bermarga Wan dan berlibur bersamanya?” tanyanya lagi.

Sojun berpikir sebentar sebelum menjawab, “Tidak ada.”

Marena berpikir sementara waktu dan berkata: “Sekarang orang ini memintaku untuk pergi ke perusahaanmu setelah pulang kerja nanti, lalu kita makan malam bersama. Apa alasannya?”

Sojun membalas: “Aku juga tidak tahu.” Kemudian dia berkata dengan berharap: “Jadi, apakah kamu akan datang setelah pulang kerja nanti?”

Setelah melontarkan ucapannya, Sojun terpikir soal rumor yang sedang beredar di dalam perusahaan waktu sore hari, jika Marena benar-benar datang ke perusahaannya serta makan malam bersama dengannya, Maka itu setara dengan menegaskan bahwa rumor itu benar. Hal ini membuatnya curiga bahwa Welly lah yang meneleponnya, kalau tidak bagaimana mungkin hal ini bisa kebetulan terjadi!

“Kita lihat saja nanti.” Marena menutup telepon secara sepihak. Dia menyandarkan punggungnya di kursi mobil sambil menganalisa, dia memikirkan perkataan pria itu bahwa masih ada banyak foto dan menyuruhnya untuk menambah wechat lewat nomor telepon yang bermarga Wan. Dengan cepat pria itu melewati verifikasi lalu mengirimkan foto pada saat bersamaan.

Begitu Marena membuka foto, dia melihat foto dirinya dengan Sojun yang keluar masuk dari Zeverly. Dadanya merasa tercekik, wajahnya suram dan tertekan. Karena panik, dia buru-buru membuka kaca jendela mobil dan menyapu pandangan ke sekelilingnya.

Pada saat ini, Marena merasa seolah-olah dirinya terjebak di rawa, dia berusaha untuk berjuang tetapi malah tidak berdaya dan sengsara.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu