Istri Pengkhianat - Bab 35 Negosiasi

Setelah mengakhiri percakapan dengan detektif swasta, Irwandi menyesap teh, lalu perlahan mengisap sebatang rokok, menunggu emosinya stabil dan bersiap-siap membaca dokumen.

Tapi ketika baru membuka dokumen, Irwandi mengangkat kepalanya, berpikir sebentar, lalu mengambil hp mengirimkan pesan WeChat kepada Oktavia apakah malam ini ada janji, aku traktir kamu makan. Lagipula dia telah menyetujui permintaan Ronald, tidak peduli masalah ini berhasil atau tidak, tetap harus dilakukan.

Tidak disangka Oktavia membalas dengan cepat, bertanya, ada apa, apakah Marena pergi. Oktavia membalas pesan begitu cepat karena dia baru saja menelepon dengan detektif swasta, hp-nya masih di tangan, kebetulan melihat Irwandi mengirim pesan.

Irwandi yang melihat balasan, tertegun, membalas, tidak ada apa-apa, hanya ingin mengobrol denganmu, Marena tidak tahu, hanya kita berdua, kamu yang tentukan lokasi atau aku.

Kalau ada masalah katakan saja di telepon, kalau makan tidak perlu.

Hanya ingin mencarimu mengobrol, balas Irwandi, disertai emoticon senyum.

Setelah berlalu cukup lama, Oktavia baru menjawab baiklah, kamu tentukan lokasinya nanti beritahu aku.

Irwandi meletakkan hp dengan ragu, awalnya berjanji kepada istri malam ini akan memasak, dan sekarang tidak bisa, harus mencari alasan menjelaskan kepada istrinya. Setelah berpikir cukup lama tidak berhasil mencari alasan yang baik.

Kalau orang yang biasa berbohong, mana perlu berpikir, asal mengatakannya saja sudah bisa.

Marena saat ini sedang menerima telepon Sojun, mendengar Sojun mengatakan masalah foto di telepon, dia sangat gugup, reaksi pertamanya adalah ingin mengambil foto itu, lalu menghapusnya.

Tapi Sojun berkata kepadanya dengan tidak berdaya di telepon, orang itu tidak bersedia, tidak jelas berbicara di telepon, nanti malam mari kita bahas, Marena tanpa ragu menyetujuinya.

Setelah mengakhiri panggilan, Marena panik and gugup, duduk di sana memikirkannya dengan hati-hati, mengira orang itu hanya menginginkan uang, ini hanya masalah berapa banyak uang. Kalau tidak, kenapa mengeluarkannya. Marena masih memiliki sedikit uang di kartunya. Palingan, berikan orang itu lebih banyak.

Hanya perlu memastikan foto tidak tersebar keluar, dan tidak boleh dilihat oleh suami. Kalau tidak, semua kebohongannya akan terungkap. Tiba saatnya bagaimana menjelaskan kepada suaminya.

Marena yang duduk di kursi, kening yang dikerutkan sedikit mereda, dirinya memikirkan suaminya. Apakah perlu menyampaikan masalah ini kepada suaminya, itu juga termasuk memberikan petunjuk. Namun dengan cepat dia membantahnya, kalau suaminya melihat ini, katakan saja orang lain yang menjebaknya. Mengingat suaminya yang sangat mencintai dirinya, seharusnya tidak akan mencurigai, yang terpenting adalah, ada Donita yang membantu membuktikan dirinya.

Hanya saja dia sedikit merasa bersalah kepada suaminya. Marena yang merasa bersalah, mengingat malam ini tidak bisa pulang makan di rumah, mengirim pesan WeChat kepada Irwandi mengatakan perusahaan ada masalah, tidak bisa makan malam.

Irwandi yang sedang memikirkan alasan, melihat pesan istrinya, selang beberapa saat baru membalas pesan WeChat istrinya, ok. Kalau begitu nanti malam aku pergi menjamu tamu. Nanti pulang kerja telepon aku, aku akan pergi menjemputmu.

Setelah mengirim pesan ke suaminya, Marena menerima foto yang diteruskan oleh Sojun. Dia menatap foto itu dengan gugup, dan tidak membaca balasan WeChat dari suaminya.

Dalam beberapa foto, dia dan Sojun duduk berseberangan di Hainan di malam hari, atau duduk berdampingan. Ada juga foto bersenang-senang dengan Sojun di siang hari. Foto-fotonya sangat jernih. Mata Sojun yang penuh kasih sayang dan penampilannya yang lembut atau arogan terlihat jelas.

Setelah melihat foto ini. Wajah Marena memerah, untuk pertama kalinya dia benar-benar merasa menyesal di hatinya. Pada saat yang sama, dia juga merasa ketakutan. Kalau ada orang yang melihat foto ini, kalau suaminya melihat ini semua, bagaimana dia menjelaskannya, orang lain tidak masalah, tapi suaminya benar-benar akan mempercayai foto itu benar.

Marena yang menyesal mengerutkan kening dengan kencang, hatinya sangat kacau, menggenggam hp dengan erat di tangannya. Selang beberapa saat, wajahnya tiba-tiba berubah menjadi putih, dia duduk tegak dan menatap ponsel dengan mata cemas.

Karena di foto menunjukkan dirinya dan Sojun berada di cafe; dan ada foto bermain di siang hari. Kenapa tidak ada foto dia bergandengan tangan dengan Sojun di hotel Mutiara. Secara logika, orang tersebut berhasil memfoto mereka, tidak mungkin melewatkan gambar ini. Terus kenapa, apakah Sojun tidak mengirimnya atau orang tersebut tidak memberikannya kepada Sojun, atau orang tersebut memang tidak memotretnya.

Ada begitu banyak kemungkinan kecil. Orang tersebut memiliki tujuan lain. Ingin meminta bayaran yang tinggi, atau menginginkan sesuatu. Marena segera menelepon Sojun, setelah terhubung, langsung berkata: “Teruskan foto yang dikirimkan orang tersebut kepadaku.”

“Semuanya sudah aku teruskan kepadamu.”ucap Sojun dengan aneh dan bertanya: “Kenapa, apakah ada yang tidak beres?”

“Apakah kamu tidak melihatnya.”ucap Marena dengan aneh, dan berkata: “Sudahlah, nanti malam kita bicarakan.”setelah mematikan telepon, Marena terus memikirkannya, masalah yang begitu sederhana, apakah Sojun benar-benar tidak mengetahuinya atau menyembunyikan sesuatu.

Setelah pulang kerja, Irwandi datang ke Fragrance Paviliun, dan langsung masuk ke ruangan yang sudah di pesan melalui telepon siang tadi. Lalu mengirimkan pesan kepada Oktavia. Setelah itu, Oktavia datang.

Irwandi tersenyum berdiri, “Sudah datang, mari duduk.”sambil menuangkan teh untuknya. Lalu meletakkan teh di meja, dan memberi isyarat dengan tangannya, kali ini baru memperhatikan rambut Oktavia yang panjang bergelombang, dan memperhatikan leher putihnya yang ramping.

“Ada apa mencariku.”tanya Oktavia kepada Irwandi.

“Sudah lama tidak mengobrol bersama.”Irwandi tersenyum, “Kebetulan hari ini tidak ada masalah, jadi.”

Oktavia meliriknya, “Bukankah beberapa hari yang lalu baru makan bersama?”dia menyipitkan matanya sedikit, “Bukankah Ronald mencarimu?”

Irwandi tersenyum, langsung mengakui, “Iya.”Irwandi tidak merasa aneh, Oktavia bisa mengetahuinya. Istrinya, Donita dan Oktavia, mereka bertiga bersahabat. Oktavia dan Donita benar-benar pintar, dan istrinya sok pintar.

“Benar, aku tidak menyangkal.”Oktavia tersenyum menyeringai, “Aku sarankan kamu jangan kelewatan batas. Ini bukan hal yang bisa kamu bujuk.”

“Aku tidak pernah kepikiran untuk membujukmu.”Irwandi tersenyum dan berkata, “Sebagai teman, aku ingin mentraktirmu makan. Menenangkanmu.”lalu dia menyerahkan menu makan, “Lebih baik kamu yang pesan makan, suka makan apa, pesan saja.”

“Karena untuk menghiburku, seharusnya kamu yang memesan makanan.”wajah Oktavia mereda dan dia tersenyum, “Kita kenal begitu lama, dan makan berkali-kali, tidakkah kamu tahu, apa yang ingin aku makan?”

“Kalau begitu aku pesan.”Irwandi mengambil menu kembali dan tersenyum, “Kalau, tidak suka, jangan salahkan aku.”

“Kalau begitu coba saja.”Oktavia bercanda, “Kalau tidak suka, apakah aku tidak bisa memesan menu lagi, lagipula bukan aku yang bayar.”

Irwandi tersenyum, memesan beberapa hidangan, ditambah sebotol wine, lalu menekan bel service, menyerahkan menu ke pelayan yang masuk. Saat ini, Oktavia berkata kepada pelayan, “Tambahkan dua botol wine.”

Pelayan mengambil menu, melihat sebotol wine sudah dipesan, lalu menatap Irwandi, meminta persetujuan. Irwandi tersenyum, “Ikuti maksud wanita cantik saja, pesan dua botol wine.”

Melihat pelayan keluar, Irwandi menghela nafas, “Masih ingat ketika di kuliah, pertama kali mentraktir kalian makan, kala itu hanya memesan minuman ringan, dan Donita sangat ingin menambahkan sebotol wine. Tidak disangka, kemampuan minumnya sangat buruk, minum segelas sudah mabuk.”

Berbicara tentang masa lalu, Oktavia menyipitkan matanya menatap Irwandi, “Tahukah kamu mengapa Donita memesan anggur merah?”

“Hai, itu semua karena kamu yang membuatnya marah.”Irwandi tidak bisa menahan tawa, “Memintaku mentraktir makan, untuk melihat apakah aku memiliki niat baik.”selesai mengatakannya, Irwandi terdiam. Itu pertama kalinya mereka makan bersama. Kala itu sangat ramai, dan sekarang.

“Siapa suruh kamu introvert, bahkan tidak bisa mengejar seorang gadis.”Oktavia meliriknya, dan mencibir, “Itu kami juga yang membantumu mengejar Marena.”

Keduanya berbicara dan tertawa, setelah makanan dan wine dihidangkan, Irwandi menuangkan setengah gelas wine untuk Oktavia, dan menuangkan segelas penuh untuk dirinya, Oktavia keberatan, dia meminta Irwandi menuangkan segelas penuh.

Melihat Irwandi menuangkan segelas penuh, dia baru membiarkannya pergi, melihat di meja penuh dengan sayur kesukaannya, Oktavia mengangguk, “Bagus.”mengangkat gelas, berkata: “Demi kamu yang memesan hidangan ini, aku bersulang untukmu.”

“Hidangan tidak penting.”ucap Irwandi, “Demi Oktavia cantik awet muda selamanya, kita bersulang.”setelah itu dia pelan-pelan bersulang dengan gelas Oktavia. Lalu mengesapnya sedikit demi sedikit.

Oktavia langsung menghabiskan wine yang ada di gelas, melihat Irwandi yang hanya mengesap sedikit, berkata dengan tidak senang, “Sebenarnya, kamu tidak ingin aku cantik awet muda selamanya. Kalau tidak, kenapa kamu hanya mengesap sedikit.”

Irwandi tersenyum, “Wanita cantik, aku tulus mendoakanmu. Tapi, mana ada orang yang langsung meneguk habis segelas wine.”

“Aku ingin minum seperti ini.”Oktavia melirik Irwandi, “Tidak boleh?”

“Boleh.”kamu ingin minum seperti apa pun boleh.”ucap Irwandi meminum habis gelas winenya, dan menunjukkan gelasnya yang bersinar terang kepada Oktvia, “Doa seperti inisanga tulus.”

“Hmph.”Oktavia tersenyum, “Anggap kamu bijak, kalau tidak harus menghukummu minum tiga gelas.”

“Terima kasih atas kemurahan hati wanita cantik.”Irwandi berdiri, mengambil mangkuk Oktavia, mengambilkan sup daging kambing untuknya, “Minum sedikit sup, untuk menghangatkan lambung.”

Oktavia menyesap sup dan bertanya dengan santai, “Bagaimana kabar Marena sekarang, beberapa hari ini tidak menghubunginya. Dia sangat jarang memposting di timeline.”

“Dia ya, masih seperti biasa. Setiap hari sibuk.”Irwandi tersenyum, “Bagaimana kabar Kendo, dengan keadaan kalian sekarang, seharusnya mengantar Kendo pergi.”

Oktavia menundukkan kepala menyesap sup, matanya kuyuh, “Sekarang Kendo di rumah nenek.”

“Eei.”Irwandi menghela nafas, “Kendo yang ceria dan lucu, tidak tahu ke depannya sifatnya akan berubah tidak!”

Air mata oktavia meluap ke matanya, dia tidak sengaja menyeka dengan tangannya, mengangkat kepala dan menatap Irwandi sambil tersenyum: “Kamu yang menjadi ayah angkat, ke depannya harus membimbingnya lebih banyak, Kendo lebih dekat padamu.”

“Aku sangat bersedia menemaninya bermain. Kendo pengertian lincah dan lucu, siapa yang tidak menyukainya.”Irwandi pelan-pelan menyesap wine, menghela nafas dan berkata, “Hanya saja, aku tidak bisa menggantikan Ronald. Anak sekarang dewasa sebelum waktunya, kalau ke depannya.”

“Bukankah kamu sudah menyetujuiku, tidak membujukku.”mata Oktavia memerah, melototi Irwandi.

Irwandi mengangkat kedua tangannya dan berkata sambil tersenyum: “Baiklah, kita tidak membahas ini lagi. Ayo minum.”dia gelisah dengan kata-kata bujukkannya, lalu segera menuangkan wine, memberi isyarat kepada Oktavia, lalu menghabisi gelas wine.

Oktavia juga menemani Irwandi meneguk habis segelas wine ini, melihat Irwandi yang menuangkan wine, berkata: “Kamu begitu menyukai anak kecil, kenapa tidak segera melahirkan satu dengan Marena.”

“Hehe.”Irwandi tersenyum,“Kamu juga bukan tidak tahu situasinya, menginginkan anak bukan karena aku seorang yang menginginkannya sudah bisa, lagipula, situasi saat ini masih belum stabil. Tunggu nanti.”

“Apakah terjadi sesuatu pada Marena.”tanya Oktavia menatap Irwandi.

“Marena bisa ada masalah apa, kondisi tubuhku dan dia sangat baik.”Irwandi tertawa mengalihkan pembicaraan Oktavia. Lalu di bawah tatapan Oktavia mengambil ikan untuknya, “Coba ikan ini, rasanya lumayan.”

Marena yang kondisi tubuhnya sangat baik, sejak awal yang sudah berada dalam pantauan detektif masuk ke dalam ruangan taman Wisteria.

Novel Terkait

Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu