Istri Pengkhianat - Bab 47 Marena Berada Di Kamar Hotel
malam pada musim dingin di kota Brigil terasa begitu dingin.
namun Irwandi yang berdiri di depan pintu area perumahannya tidak merasa kedinginan meskipun ia hanya mengenakan baju tidur dan juga sendal. hatinya telah jatuh ke dalam sebuah tempat yang lebih hitam dari langit ini dan tempat itu juga lebih dingin dari suhu di malam hari ini. dia merasa begitu dingin dan juga sakit.
Marena berkendara dengan tergesa-gesa, ponsel yang ia gunakan untuk memandu jalan itu pun berdering dan dia pun memperlambat kecepatan mobil. dia lalu menatap ke arah ponsel dan melihat notifikasi panggilan dari suaminya. dia tidak mengangkat panggilan itu dan tetap berkendara.
ponsel itu berdering beberapa kali dan semua itu merupakan panggilan dari suaminya. setelah itu, dia melihat notifikasi wechat dari suaminya. suaminya sangat khawatir kepada dirinya dan menyuruh dia untuk mengirimkan titik GPS kepadanya ketika sampai di tempat kejadian nanti. suaminya akan datang untuk menjemputnya.
,Marena bahkan dengan sangat terpaksa memberikan alasan kepada suaminya untuk keluar di malam hari, bagaimana mungkin dia berani mengirimkan titik GPS kepadanya? dia hanya fokus dalam berkendara. namun pikirannya terus memikirkan bagaimana caranya untuk meneruskan semua kebohongan ini setelah ia kembali nanti.
suaminya juga mengenal hampir semua rekan kerja pada departemennya karena suaminya sudah pernah makan bersama dengan mereka. sekarang, dia hanya bisa mencari rekan kerja di luar departemennya. Marena yang telah mendapatkan ide ini pun kembali memikirkan Welly.
dia seketika tersadar kenapa Welly menyuruhnya datang pada tengah malam seperti ini dan juga mengajaknya bertemu di dalam kamar hotel. ini menandakan kalau Welly memiliki niat buruk terhadapnya. bagaimana kalau Welly meminta hal yang tidak wajar kepadanya ketika ia masuk ke dalam kamar nanri? jikalau dirinya tidak menaati semua hal itu, Welly pastilah akan mengirimkan semua foto itu kepada suaminya.
Marena yang terlihat gelisah itu pun sampai di hotel yang telah diarahkan oleh GPS. setelah memberhentikan mobilnya, dia pun duduk di dalam mobil dengan perasaan yang ragu. dia lalu mengaktifkan mode perekam suara pada ponselnya dan menyembunyikannya di dalam tas. dia lalu turun dari mobil sambil membawa tasnya. setelah menemukan kamar di lantai 3 hotel itu, dia pun mengetuk pintunya.
saat ini, Sojun Lu yang duduk di dalam mobil yang telah diberhentikan di sekitar perumahan Welly itu pun mulai merasa marah karena tidak melihat kepulangan Welly. dia pun tidak hentinya memaki Welly.
setelah kembali ke dalam rumah, Irwandi tidak hentinya menelepon istrinya dan mengirimkan pesan melalui wechat. namun istrinya tidak mengangkat teleponnya dan juga membalas pesan yang telah ia kirim. dia merasa ini semua sangatlah aneh, seharusnya istrinya tidak akan selingkuh dengan cara yang jahat seperti ini. jikalau istrinya memang tidak perduli lagi kepada dirinya, maka istrinya tidak perlu bersikap lembut pada malam ini.
Irwandi mulai menenangkan dirinya dari amarah. kedua tatapannya itu terlihat begitu sadis, dia lalu membuka komputer dan mencari nomor telepon detektif swasta yang pernah ia terima. ia lalu menelepon nomor itu dan untungnya terhubung dengan cepat.
karena telah mencari detektif untuk menelusuri hal ini, Irwandi tidak perlu lagi merasa malu. apalagi ketika Irwandi merasa semua ini sangatlah aneh. dia begitu khawatir kepada istrinya sendiri. dia pun menceritakan semua kenyataan yang ada kepada detektif itu dan menyuruh detektif itu untuk membantunya.
ini juga merupakan salah satu bentuk pelayanan. detektif itu juga langsung menerima kasus ini karena Irwandi berkata kalau dia akan memberikan bonus kepadanya. di sisi lain, mobil Marena telah dipasang alat pelacak oleh detektif itu secara diam-diam. oleh karena itu, keberadaan Marena bisa diketahui dengan cepat.
saat ini, Welly yang mengenakan pakian dalam dan terlihat sedikit mabuk itu pun mendengar suara ketukan pintu. dia pun tersenyum misterius dan bergegas membuka pintu itu.
melihat Welly yang membuka pintu dengan hanya memakai pakaian dalam, Marena sedikit terbengong. dia hanya berdiri di depan pintu dan tidak masuk ke dalam, dia lalu bertanya: "maaf sebelumnya, kamu adalah..."
"kamu adalah nona Marena kan." Welly memotong pembicaraan Marena dan berkata dengan lembut: "silahkan masuk." ia lalu memiringkan badannya dan mempersilahkannya masuk.
dengan sedikit keraguan, Marena pun masuk ke dalam kamar. Welly lalu menutup pintu kamar itu. dia pun pergi menuangkan segelas air dan meletakkannya di atas meja. setelah itu, ia pun menunjuk ke arah kursi dan berkata: "silahkan duduk."
Marena tersenyum paksa ketika menatap Welly. Marena langsung berkata, "tuan Yang, ini sudah begitu larut malam. aku datang ke sini karena aku benar-benar memiliki niat yang tulus. silahkan katakan syarat yang kamu inginkan agar kamu bisa menghapus semua foto itu."
"kita tidak mungkin membahas ini dengan berdiri saja kan." Welly tertawa dan kembali berkata, "duduklah, kita bisa membahas ini secara perlahan." sambil mengatakan itu, Welly pun duduk terlebih dahulu di atas kursi.
"kalau begitu, silahkan rapikanlah pakaianmu tuan Yang." kata Marena sambil menatap Welly, "penampilanmu membuatku merasa sangat canggung."
"kenapa merasa canggung?" Welly tertawa, "kamu bahkan sudah melihatnya dan sudah masuk ke dalam kamar untuk mengobrol denganku. apa yang perlu dicanggungkan lagi?" dia kembali berkata dengan wajah yang datar: "ini semua menandakan kalau kamu tidak memiliki niat."
setelah merasa ragu dalam beberapa saat, Marena pun duduk di atas kursi dan meletakkan tas miliknya di atas kedua lututnya. dia menatap Welly dan berkata: "tuan Yang, apakah kamu sudah bisa mengatakan syaratnya sekarang?"
"jangan panik." ekspresi Welly begitu ramah dan dia menyodorkan segelas air ke depan Marena sambil berkata: "malam ini aku makan malam bersama para rekan kerjaku. aku meminum terlalu banyak alkohol dan aku memuntahi bajuku sendiri."
meskipun dia menjelaskan seperti ini, namun sebenarnya karena dia telah melirik ke arah kaki Marena dan juga tubuhnya yang tegap itu. sikap waspada pada Marena terlalu tinggi, meskipun ini tidak berguna baginya, ia tetap berpura-pura bersikap elegan. namun Welly juga tidak ingin mempersulit masalah ini dan menghilangkan kesenangan nantinya. oleh karena itu, dia pun mulai bersikap ramah sesuai dengan kebutuhan.
mendengar penjelasan Welly, Marena tidak berkata apapun dan ia hanya menatap Welly sambil berkata: "ini sudah larut malam, suamiku masih menungguku dirumah. silahkan katakan syarat yang kamu inginkan, tuan Yang. jikalau syarat yang kamu berikan masih di batas kemampuanku, aku akan mempertimbangkannya."
"syarat yang akan aku berikan pastilah bisa kamu penuhi." kata Welly sambil tersenyum. setelah beberapa saat, dia kembali bertanya dengan ragu: "nona cantik, apakah kamu tidak merasa canggung ketika membahas suamimu sekarang? menurutku, seharusnya suamimu tidak tahu untuk apa kamu keluar malam ini kan?"
meskipun Welly mengatakan itu sambil tersenyum, namun Marena bisa merasakan tatapan hina dari kedua matanya. wajah Marena seketika memerah dan dia pun berkata: "hal ini tidak perlu kamu khawatirkan, segera katakan apa syarat yang kamu butuhkan."
"sepertinya kita tidak bisa mengobrol seperti layaknya kamu dan juga Sojun." Welly kembali berkata dengan kecewa: "aku sedikit iri melihat sikapmu yang begitu lembut terhadap Sojun."
wajah Marena semakin memerah, kedua matanya juga menatap ke arah lain sambil berkata: "aku dan Sojun tidak seperti yang kamu pikirkan. kami hanyalah teman biasa."
"haha." Welly tertawa keras, "teman biasa, yang pergi liburan bersama ke kota Hainan. teman biasa yang begitu dekat dan juga lembut." setelah beberapa saat, dia kembali berkata: "sesuai penelusuranku, kamu dan suamimu tidak sedekat itu jika berada di luar."
"kamu." Marena terlihat marah dan juga malu. ia pun berdiri dari atas kursi, "jikalau kamu tetap mengatakan hal membosankan seperti ini, maka aku akan pergi. kita boleh membicarakannya lagi ketika kamu sudah memikirkannya dengan baik." setelah mengatakan itu, Marena pun hendak pergi.
"baiklah, silahkan pergi." kata Welly sambil melipat kedua kakinya dan bersandar pada kursinya. dia menatap hina Marena, "jikalau kamu pergi, suamimu akan menerima semua foto itu besok. aku bisa menjamin hal itu."
Marena terhenti di sana dengan perasaan yang canggung. dia tidak berani pegi, namun ia akan terus dihina oleh Welly jika dia tetap berada di sini. jikalau dia pergi sekarang, dia tidak bisa memastikan apakah suaminya akan menerima foto itu besok. namun jika dia tidak pergi, dia masih memiliki sedikit harapan.
melihat kondisi ini, Welly pun bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Marena. ia lalu menarik lengan Marena dengan sedikit kuat sambil berkata: "jangan panik, duduklah terlebih dahulu. kita boleh mendiskusikan cara menyelesaikan semua ini."
Marena pun kembali duduk di atas kursi sambil menatap Welly dengan sedikit bangga. dia telah menang dalam pertandingan pertama.
Welly ingin mengupas kulit Marena terlebih dahulu dan setelah itu ia akan meyerang psikisnya. ia akan menghilangkan semua rasa waspada yang dimiliki oleh Marena. setelah itu, dia akan bisa memainkan tubuhnya dengan sesukanya.
"minumlah terlebih dahulu." kata Welly dengan ramah sambil mendorong gelas itu.
saat ini, Marena yang tidak tahu akan kesalahannya sendiri itu pun meraih gelas tersebut dengan kedua tangannya. ia lalu meminumnya dan setelah merasa lebih tenang, dia pun bertanya: "tuan Yang, dari mana kamu mendapatkan semua foto itu?"
"kenapa kamu tiba-tiba mementingkan hal ini?" tanya Welly sambil tersenyum. setelah itu, dia kembali berkata dengan serius: "apakah kamu khawatir nantinya ada orang yang mencarimu selain aku?"
"iya." Marena tidak menyalahkan perkataan itu. "mohon katakan kepadaku, tuan Yang."
"hehe," Welly tersenyum, "tenang saja, aku akan memberitahukan semua ini kepadamu sebagai tanda kalau aku memiliki niat. semua foto ini aku ambil sendiri."
"kamu sendiri?" kata Marena dengan sedikit bingung, "apakah kamu boleh memberitahukan kepadaku bagaimana caramu mengambil fotonya?"
"sepertinya, kamu masih belum merasa tenang." Welly tidak terlihat tidak senang, dia kembali berkata dengan ramah: "ketika aku di kota Hainan, aku tidak sengaja melihat dirimu begitu harmonis dengan Sojun. aku juga tahu siapa istri dari Sojun, aku pun mengambil foto ini." setelah beberapa saat, dia kembali berkata: "seharusnya kamu akan mempercayaiku kan!"
"oh." Marena percaya dan ia kembali bertanya: "jika aku tidak salah menduga, kamu memiliki dendam tersendiri dengan Sojun bukan?"
Welly pun menyandarkan tubuhnya dan menatap Marena dengan erat. ketika wajah Marena mulai memerah dan tatapannya mulai kacau, Welly pu tersenyum, "tidak disangka kamu adalah wanita yang cantik dan juga cerdas. kamu tidak hanya cantik dan kamu juga sangatlah pintar. kamu lebih pintar dibandingkan wanita yang hanya tahu menggoda Sojun saja."
melihat wajah Marena yang semakin memerah, Welly tidak menyalahkan perkataan Marena, dia pun berkata: "aku benar memiliki dendam dengan Sojun dan itu adalah dendam yang sangat besar."
"kalau begitu, silahkan cari Sojun saja." Marena lalu menatap ke arah Welly, "untuk apa kamu mencariku? aku tidak memiliki dendam apapun denganmu."
"hehe." Welly kembali tersenyum hina dan berkata, "apakah kamu masih tidak mengerti? aku mencarimu karena kamu adalah kekasih gelap Sojun!"
"bukan aku." kata Marena dengan nada suara yang tinggi, "tadinya aku sudah menjelaskan kalau aku dan dia hanyalah teman biasa saja."
Welly menatap erat Marena, setelah beberapa saat, dia kembali berkata: "sepertinya kamu tidak akan mengakui semua ini jika tidak melihat bukti. baiklah, aku akan menunjukkan fotonya padamu." sambil mengatakan itu, dia pun mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong dan membuka galeri yang ada di dalam ponsel itu. dia lalu memberikan ponselnya kepada Marena.
setelah menerima ponsel itu, Marena melihat jelas foto dirinya dan juga Sojun ketika berada di kota Hainan. dia pun segera melewatkan foto itu untuk melihat foto selanjutnya. semua foto yang ada di sana merupakan foto dirinya dengan Sojun. terdapat sebuah foto yang spesial yaitu foto dirinya sedang bergandengan tangan dengan Sojun sambil berjalan memasuki salah satu hotel di kota Hainan. Marena mulai panik dan juga semua foto itu sangatlah jelas.
wajah Marena mulai terlihat pucat dan ia mulai merasa ketakutan. tangannya yang menggenggam ponsel itu juga mulai bergetar. dia ingin melarikan diri sambil membawa ponsel itu. namun dia mengerti kalau Welly berani memberikan ponsel ini kepadanya pastilah karena ia memiliki file cadangan.
dia menggenggam ponsel itu dengan erat sambil menatap Welly dengan penuh ketakutan, "katakanlah apa syarat yang kamu inginkan."
saat ini, detektif swasta itu telah menemukan keberadaan hotel ini dan mulai menelusuri lorong pada setiap lantai hotel itu. dia menggunakan telinganya untuk mendengar suara pada setiap ruangan. kini ponselnya pun berdering.
Irwandi yang sedang menunggu di rumah itu telah mengganti pakaiannya sambil menunggu kabar terbaru. dia bersiap-siap untuk pergi menjemput istrinya. namun hingga sekarang, ia tidak mendapatkan balasan pesan dari detektif itu.
Irwandi pun menelepon detektif itu sambil bertanya: "halo, apakah kamu sudah memastikan tidak ada hal buruk yang terjadi pada Marena?"
"aku sudah mendapatkan keberadaan mobil nona Marena, dia memberhentikan mobilnya disalah satu parkiran hotel. aku sedang berada di dalam hotel ini untuk mencarinya." kata detektif itu kepada Irwandi dengan pelan sambil berdiri di ujung tangga.
istrinya benar-benar pergi ke hotal dan awalnya Irwandi merasa kalau dirinya telah salah melihat pesan Wechat itu. dia seketika merasa sakit hati, wajahnya berubah menjadi begitu sadis dan ia pun berkata: "kalau begitu, aku akan segera kesana."
"jangan." larang detektif itu, "sekarang aku belum menemukan nona Marena, namun aku bisa memastikan kalau dia dalam kondisi yang aman." setelah beberapa saat, dia kembali berkata: "jika dia memang sedang bertemu dengan pria lain, apa yang akan kamu lakukan jika kamu datang kesini? bagaimana pun kalian adalah suami istri, alangkah baiknya jika menyelesaikan masalah ini di dalam rumah.
hal seperti ini sudah sering aku temui. apa yang bisa didapatkan jika sepasang suami istri saling menjatuhkan, berantam ataupun mempeributkan hal ini hingga semua orang tahu? dengarlah nasehatku, jikalau kalian memanglah tidak berjodoh, setidaknya kalian bisa berpisah dengan cara yang baik."
Irwandi sedikit terbengong ketika mendengar ini! apakah dia harus melepaskan pezina itu begitu saja?!
Novel Terkait
My Superhero
JessiVillain's Giving Up
Axe AshciellyThe Revival of the King
ShintaMr Huo’s Sweetpie
EllyaPergilah Suamiku
DanisCinta Dan Rahasia
JesslynIstri Pengkhianat×
- Bab 1 Siapa Laki Laki ini
- Bab 2 Memudarnya Cinta
- Bab 3 Kebohongan Istri
- Bab 4 Salah Kaprah
- Bab 5 Rumah Yang Rapi Dan Bersih
- Bab 6 Menghubungi Sahabat Istri
- Bab 7 Istri Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 8 Marena Berada di Hainan
- Bab 9 Menguak Kebohongan Istri
- Bab 10 Makan Dan Memergoki Perselingkuhan
- Bab 11 Pernikahan Yang Terlihat Bahagia
- Bab 12 Cerita Oktavia
- Bab 13 Marena Pulang
- Bab 14 Melihat Durex Lagi
- Bab 15 Pertama Kalinya Suami Istri Bertengkar
- Bab 16 Kesalahan Dalam Berdalih
- Bab 17 Tidak Beruntung Menjadi Suaminya
- Bab 18 Memeriksa CCTV Komplek Perumahan
- Bab 19 Kebingungan Marena
- Bab 20 Teringat Padanya
- Bab 21 Dari Bangga Berubah Menjadi Kecewa
- Bab 22 Meminta Bantuan Sahabat
- Bab 23 Sahabat pun Memandang Rendah Dirinya
- Bab 24 Tidak Bisa Kembali Lagi Ke Masa Lalu
- Bab 25 Sojun yang Datang Mencari
- Bab 26 Ayah Mertua dan Ibu Mertua
- Bab 27 Yang terpenting adalah Kamu.
- Bab 28 Kembali ke dulunya.
- Bab 29 Ujian Pernikahan
- Bab 30 Mengintimidasi Sang Istri
- Bab 31 Memutuskan Mencari Detektif
- Bab 32 Bersedia Membantu
- Bab 33 Menutupi
- Bab 34 Mencari Perusahaan Detektif
- Bab 35 Negosiasi
- Bab 36 Balas Dendam Atau Cinta Yang Tidak Jelas
- Bab 37 Kesadisan Istri
- Bab 38 Sombong Yang Palsu
- Bab 39 Permintaan Dari Panggilan Tidak Dikenal
- Bab 40 Menceritakan Keseluruhan Cerita
- Bab 41 Donita yang Tidak Bisa Tahan Lagi
- Bab 42 Apakah Masih Mencintainya?
- Bab 43 Dendam Welly Dan Sojun Lu
- Bab 44 Masuk ke Dalam Jebakan
- Bab 45 Solusi Sojun Lu
- Bab 46 Istri yang Meninggalkan Rumah pada Tengah Malam
- Bab 47 Marena Berada Di Kamar Hotel
- Bab 48 Kembali Memberi Kesempatan
- Bab 49 Welly Ingin Memakan Masakan Yoyo
- Bab 50 Welly Memenangkan Yoyo
- Bab 51 Menghadapi Selingkuhan Istri
- Bab 52 Bersiap-Siap Pulang untuk menjelaskan
- Bab 53 Irwandi Memutuskan Balas Dendam
- Bab 54 Welly Melaporkan Ke Polisi Lagi
- Bab 55 Sojun Lu Ditangkap
- Bab 56 Cerai
- Bab 57 Rumah Kosong Dan Sunyi
- Bab 58 Oktavia Bercerai
- Bab 59 Penderitaan Marena
- Bab 60 Sendiri Orang Terakhir Yang Mengetahui Kebenaran
- Bab 61 Diinterogasi oleh Ayah dan Ibu Mertua
- Bab 62 Balas Dendam Yoyo
- Bsb 63 Irwandi Naik Jabatan
- Bab 64 Marena ingin rujuk kembali
- Bab 65 Marena Datang Ke Perusahaan Untuk Mencari Irwandi
- Bab 66 Penolakan Irwandi
- Bab 67 Menyadarkannya
- Bab 68 Percakapan Antara Irwandi dan Marena
- Bab 69 Undangan Makan dari Oktavia
- Bab 70 Ayo Kita Pulang (End)