Istri Pengkhianat - Bab 22 Meminta Bantuan Sahabat
Marena yang terbangun oleh alarm ponselnya, berbaring di tempat tidur dengan malas dengan mata terbuka, setelah beberapa saat dia baru bangkit, mungkin suaminya sudah pergi bekerja. Sambil berpikir, dia mengeluarkan pakaian dalam dan sweater dari lemari.
Setelah selesai beres-beres, dia pergi ke ruang tamu, kemudian dengan cepat melirik ke dapur, ternyata benar suaminya sudah pergi. Huh, dia pasti tidak enak bertemu dengan dirinya. Memikirkan ini Marena mengangkat sudut bibirnya dan tersenyum.
Kemudian dia melihat mantel di sofa. Apakah dia masih mau mengenakan mantel ini hari ini dan pulang lebih awal di sore hari untuk merangsang suaminya? Marena yang memikirkan itu, senyuman di wajahnya lebih terlihat bangga, dia merasa bahwa itu adalah ide yang bagus.
Marena yang berjalan ke sofa, dan mengambil mantelnya mencium bau rokok dan alkohol, dia mengerutkan kening, lalu dia meletakkan mantelnya di hidungnya, bau rokok dan alkohol menjadi lebih jelas. Tiba-tiba dia mengerti, ternyata bau rokok dan alkohol di ruang tamu tadi malam berasal dari mantelnya.
Alasan mengapa dia sendiri tidak mengetahuinya karena dia selalu berada dalam bau itu tadi malam, jadi setelah mandi dia baru menyadarinya. Kalau begitu, apakah suaminya tadi malam mencium bau alkohol dan rokok, jadi dia mencium mantelnya.
Seharusnya begitu, kalau tidak, tatapan mata suaminya melihat dirinya tadi malam, awalnya tatapannya penuh gairah, namun tiba-tiba marah. Mungkin suaminya menebak sesuatu, jadi dia salah paham padanya lagi. Huh, Marena menghela napas, kesalahpahaman suaminya tentang dirinya menjadi semakin dalam.
Namun, bagaimana dia sebaiknya menjelaskan ini kepada suaminya dengan jelas, semakin dijelaskan, itu akan semakin tidak jelas. Itu salah dirinya sendiri karena dia menyepelekan masalah itu. Marena yang memegang mantelnya, berdiri melamun di sana.
Sampai ia pergi bekerja, Marena masih memikirkan masalah itu di perusahaan. Menjelaskan padanya atau tidak perlu menjelaskannya. Jika dia ingin menjelaskannya, maka dia harus mengatakan masalahnya hingga jelas, ini adalah apa yang tidak ia inginkan. Jika dia tidak menjelaskannya, dia hanya bisa membiarkan suaminya meredakan kecurigaan di hatinya secara perlahan-lahan, namun dari situasi saat ini, kali ini mungkin agak lama.
Jika suaminya memperlakukannya seperti ini untuk waktu yang lama, ini adalah sesuatu yang dia tidak bisa tahan. Marena yang tertekan dan stres, mengabaikan chat yang dikirim oleh Sojun Lu pagi ini, ketika jam istirahat di siang hari, Marena pergi ke bar dan mengambil mobilnya. Ketika dia kembali ke kantor, dia masih memikirkan masalah itu. Apa yang harus dia lakukan, bagaimana dia bisa menemukan solusi yang sempurna.
Marena yang merasa bingung, teringat akan Donita tadi malam lagi. Pernikahannya tidak boleh seperti Donita. Dia bergumam tanpa sadar. Tiba-tiba, mata Marena menyala, oh iya, Donita dapat membantunya. Dia dapat memberi tahu tentang perselingkuhannya dan perceraiannya kepadaku, kalau begitu aku juga dapat menceritakan tentang hal ini padanya dan memintanya untuk membantunya. Seharusnya dia akan mengerti dan akan membantu.
Marena sudah memiliki cara, kerutan mengernyit alisnya juga sudah menyebar. Dia mengambil ponselnya dan memutar telepon Donita, setelah telepon terhubung, entah kenapa, hati Marena sedikit gugup, "Donita, apakah kamu ada waktu malam ini? Aku ingin mentraktirmu makan."
"Oke." Donita mengejek dirinya sendiri, "Aku sekarang, setiap hari selain pergi kerja, sisa waktunya sangat kosong."
"Kalau begitu aku akan menghubungimu sore hari ketika aku pulang kerja." Ketika mendengar Donita setuju, Marena juga menjadi lebih rileks.
Mereka berdua mengobrol sesaat di telepon lalu menutup telepon. Marena juga menenangkan pikirannya, dia berpikir tentang bagaimana cara dia memberitahu Donita ketika makan malam ini. Bagaimanapun dia tidak boleh mengatakan tentang Sojun Lu, jadi dia harus memikirkan alasan lain.
Pagi ini, di kantor, Irwandi sengaja pergi ke garasi. Setelah kembali ke kamar tadi malam, dia menganalisis bahwa karena ada bau rokok dan alkohol di mantel istrinya, lalu apakah dia minum alkohol atau tidak? Jika dia minum alkohol, maka dia tidak akan mengendarai mobilnya pulang ke rumah.
Ketika dia sampai di garasi, ternyata dia tidak melihat mobil modern merah milik istrinya. Mata Irwandi sedikit menyipit, bagaimana istrinya pulang tadi malam. Apakah selingkuhannya yang mengantarnya pulang, atau dia pulang sendiri. Apakah perlu dia memeriksa kamera pemantauan! Irwandi yang merasa curiga, menekan api kemarahannya dan pergi ke perusahaan dengan membawa senyuman tenang di wajahnya.
Di sore hari sebelum pulang kerja, Marena menghubungi Donita dan menentukan alamatnya. Setelah pulang kerja, dia mengendarai mobil dan pergi ke kafetaria. Ketika Donita yang duduk di kafetaria melihat Marena masuk, dia sedikit tersenyum dan melambaikan tangannya.
Marena datang untuk duduk di seberang Donita dan meletakkan tasnya dengan baik. Dia berkata dengan tersenyum: "Kamu mau makan apa, apakah kamu sudah memesannya?"
"Aku jarang makan nasi di malam hari, meskipun makan aku juga akan makan sesuatu yang sederhana." Donita menjawab sambil tersenyum, "Kamu lihatlah apa yang ingin kamu makan, pesanlah sendiri."
Setelah memesan makanan, mereka berdua mengobrol tentang pakaian dan topik lainnya. Setelah makanan yang dipesan datang dan memakannya beberapa suap, Marena ingin mengatakan kepada Donita tentang dia ingin meminta bantuannya, tetapi ketika dia melihat ada banyak orang di sekitarnya, dia tidak enak untuk mengataknnya. Jadi, mereka berdua hanya mengobrol santai dan makan malam.
Setelah makan, Donita minum minuman dan berkata dengan santai: "Sekarang masih pagi, apakah kamu mau pulang, atau kita berjalan-jalan sebentar?"
Sebenarnya, ketika menerima telepon dari Marena pada siang hari, Donita merasa suara Marena di telepon sedikit gugup, dia menduga bahwa dia memiliki sesuatu masalah, saat makan malam, dia memperhatikannya dan melihat Marena ingin berbicara namun tidak enak mengatakannya, dia tahu bahwa perkiraannya seharusnya benar.
Ternyata benar, ketika mendengar perkataan Donita, Marena tersenyum karena itu sesuai dengan keinginannya, "Oke, ayo kita jalan-jalan dulu kemudian baru pulang. Ayo kita jalan-jalan di Taman Nanhu, tempat itu lebih besar dan lingkungannya cukup baik."
Ketika mereka tiba di tempat parkir Taman Nanhu, mereka memarkir mobil dengan baik, mereka memasuki taman dengan bergandengan tangan, dan berjalan perlahan ke dalam. Melihat pemandangan di sekitarnya, Marena menghela napas, "Melihat pemandangan di sini, itu mengingatkanku akan waktu kuliah, setelah makan malam kita sering berjalan seperti ini. Kemudian, semakin lama semakin jarang."
"Hehe." Donita tertawa dan bercanda, "Untung saja kamu masih bisa berpikir seperti itu. Itu dulu, tetapi setelah kamu jatuh cinta pada Irwandi, kamu selalu berjalan dengannya setiap malam setelah makan malam. Kamu melupakan teman karena pacar, kamu masih enak mengatakannya?"
Wajah Marena memerah, begitu dipikirkan faktanya memang demikian. Pada waktu itu, dia dan Irwandi sudah berpacaran, setelah makan malam, Irwandi akan datang untuk mencarinya untuk pergi jalan santai, kemudian dia baru pergi melakukan pekerjaan bimbingan belajar untuk orang lain.
Pada saat itu, Irwandi benar-benar pekerja keras dan rajin, dia juga sangat optimis. Pada waktu itu, kebaikan Irwandi pada dirinya membuat siswi wanita sangat iri. Memikirkan peristiwa masa lalu ini, wajah Marena menunjukkan senyuman manis.
Melihat Marena yang di sebelahnya tersenyum manis, Donita merasa sedikit sedih. Jika dia bersama dengan Irwandi sekarang, seharusnya dia tidak akan berselingkuh. Tadi malam yang dia katakan bukan lelucon, melainkan pemikirannya yang sebenarnya pada waktu itu, pada saat itu, dia memang benar-benar naksir pada Irwandi, dan itu sama saja dengan cinta pertamanya!
Karena dia naksir dengan Irwandi, jadi Donita sering diam-diam memperhatikan orang-orang dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Dan karena alasan ini, Donita juga tahu bahwa Oktavia juga menyukai Irwandi.
Hanya saja Oktavia memiliki kepribadian yang kuat dan mementingkan martabatnya, jadi dia mendorong Marena untuk keluar dulu untuk mengujinya, tidak disangka Marena berhasil. Hanya saja Marena yang kepribadiannya sedikit arogan, tidak melihat ini. Donita sekarang sedikit menyesal, jika waktu itu dia mengejar Irwandi tidak memikirkan banyak hal, kemungkinan dia sukses lebih besar daripada Marena, karena dia lebih lembut daripada Marena dan lebih berempeti daripada Marena.
Huh, Donita diam-diam menghela napas, yang sudah berlalu biarkanlah berlalu. Dan itu semua adalah masa lampau, sekarang mereka semua sudah menjadi wanita yang sudah menikah. Dia diam-diam mengejek dirinya sendiri lagi, Donita membuang pikirannya dari hatinya, dia melirik Marena yang di sebelahnya, dan bercanda, "Kamu tersenyum konyol begitu, apakah karena teringat dengan Irwandi lagi!"
Mendengar ini, senyuman di wajah Marena sedikit memudar, dia melirik Donita dengan canggung sejenak, lalu dia berkata dengan ekspresi tidak wajar dan gagap: "Donita, aku, aku, aku ingin meminta bantuanmu."
"Boleh." Ujar Donita, dia tersenyum lagi, "Selama aku memiliki kemampuan untuk itu. Katakan saja, ada apa?"
"Ya, itu itu." Marena menundukkan kepala dan tidak bisa mengatakan apa-apa.
Melihat wajah Marena memerah, dan tidak bisa mengatakan apa-apa. Donita tidak mendesaknya, namun dia merasa terkejut, dia tiba-tiba teringat setelah berbelanja kemarin, Marena mengatakan Irwandi memarahinya. Pada saat itu, dia menduga bahwa Marena melakukan sesuatu yang keterlaluan, dan mungkin dia berselingkuh, jangan-jangan itu benar!
Donita menjadi tegang! Dia merasa sedikit jengkel, jika Marena benar-benar berselingkuh dan meminta bantunya untuk menutupinya, maka apakah dia harus menyetujuinya atau tidak, dia merasa kesal, dan merasa itu sangat tidak layak bagi Irwandi.
Atau, apakah perlu dia memberi tahu Irwandi secara pribadi?
Novel Terkait
Cutie Mom
AlexiaMy Greget Husband
Dio ZhengAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanHalf a Heart
Romansa UniversePerjalanan Selingkuh
LindaWahai Hati
JavAliusIstri Pengkhianat×
- Bab 1 Siapa Laki Laki ini
- Bab 2 Memudarnya Cinta
- Bab 3 Kebohongan Istri
- Bab 4 Salah Kaprah
- Bab 5 Rumah Yang Rapi Dan Bersih
- Bab 6 Menghubungi Sahabat Istri
- Bab 7 Istri Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 8 Marena Berada di Hainan
- Bab 9 Menguak Kebohongan Istri
- Bab 10 Makan Dan Memergoki Perselingkuhan
- Bab 11 Pernikahan Yang Terlihat Bahagia
- Bab 12 Cerita Oktavia
- Bab 13 Marena Pulang
- Bab 14 Melihat Durex Lagi
- Bab 15 Pertama Kalinya Suami Istri Bertengkar
- Bab 16 Kesalahan Dalam Berdalih
- Bab 17 Tidak Beruntung Menjadi Suaminya
- Bab 18 Memeriksa CCTV Komplek Perumahan
- Bab 19 Kebingungan Marena
- Bab 20 Teringat Padanya
- Bab 21 Dari Bangga Berubah Menjadi Kecewa
- Bab 22 Meminta Bantuan Sahabat
- Bab 23 Sahabat pun Memandang Rendah Dirinya
- Bab 24 Tidak Bisa Kembali Lagi Ke Masa Lalu
- Bab 25 Sojun yang Datang Mencari
- Bab 26 Ayah Mertua dan Ibu Mertua
- Bab 27 Yang terpenting adalah Kamu.
- Bab 28 Kembali ke dulunya.
- Bab 29 Ujian Pernikahan
- Bab 30 Mengintimidasi Sang Istri
- Bab 31 Memutuskan Mencari Detektif
- Bab 32 Bersedia Membantu
- Bab 33 Menutupi
- Bab 34 Mencari Perusahaan Detektif
- Bab 35 Negosiasi
- Bab 36 Balas Dendam Atau Cinta Yang Tidak Jelas
- Bab 37 Kesadisan Istri
- Bab 38 Sombong Yang Palsu
- Bab 39 Permintaan Dari Panggilan Tidak Dikenal
- Bab 40 Menceritakan Keseluruhan Cerita
- Bab 41 Donita yang Tidak Bisa Tahan Lagi
- Bab 42 Apakah Masih Mencintainya?
- Bab 43 Dendam Welly Dan Sojun Lu
- Bab 44 Masuk ke Dalam Jebakan
- Bab 45 Solusi Sojun Lu
- Bab 46 Istri yang Meninggalkan Rumah pada Tengah Malam
- Bab 47 Marena Berada Di Kamar Hotel
- Bab 48 Kembali Memberi Kesempatan
- Bab 49 Welly Ingin Memakan Masakan Yoyo
- Bab 50 Welly Memenangkan Yoyo
- Bab 51 Menghadapi Selingkuhan Istri
- Bab 52 Bersiap-Siap Pulang untuk menjelaskan
- Bab 53 Irwandi Memutuskan Balas Dendam
- Bab 54 Welly Melaporkan Ke Polisi Lagi
- Bab 55 Sojun Lu Ditangkap
- Bab 56 Cerai
- Bab 57 Rumah Kosong Dan Sunyi
- Bab 58 Oktavia Bercerai
- Bab 59 Penderitaan Marena
- Bab 60 Sendiri Orang Terakhir Yang Mengetahui Kebenaran
- Bab 61 Diinterogasi oleh Ayah dan Ibu Mertua
- Bab 62 Balas Dendam Yoyo
- Bsb 63 Irwandi Naik Jabatan
- Bab 64 Marena ingin rujuk kembali
- Bab 65 Marena Datang Ke Perusahaan Untuk Mencari Irwandi
- Bab 66 Penolakan Irwandi
- Bab 67 Menyadarkannya
- Bab 68 Percakapan Antara Irwandi dan Marena
- Bab 69 Undangan Makan dari Oktavia
- Bab 70 Ayo Kita Pulang (End)