Istri Pengkhianat - Bab 46 Istri yang Meninggalkan Rumah pada Tengah Malam

Sojun hanya berjalan bolak-balik di tempat yang sama dan ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. dia lalu menoleh ke arah komputer yang ada di dalam mobil, pada akhirnya dia tetap memilih untuk taruhan. sesuai rencana sebeumnya, besok pagi, dia akan menyuruh orang untuk memperbaiki komputer ini. dia pun terus duduk di dalam mobil yang berada di semak-semak pada area perumahan Welly sambil menatap ke arah pintu.

saat ini, Welly sedang bersenang-senang dengan rekan kerjanya di restoran pun tidak mengetahui hal ini.

setelah pulang ke rumah, Marena pun tersenyum dan menyapa suaminya. dia lalu pergi membersihkan wajahnya dan mengganti pakaian rumah miliknya, ia lalu duduk dan menonton televisi. setelah waktu makan malam tiba, wajahnya terlihat murung karena dia tidak melihat keberadaan udang besar disana, dia lalu bertanya: "suamiku, bukankah sudah ku katakan kepadamu kalau aku ingin memakan udang besar malam ini? kenapa kamu tidak membelinya?"

"hehe, udang besar yang ada di pasar hari ini tidaklah segar dan aku pun tidak membelinya." Irwandi menjelaskan hal itu sambil tersenyum. dia lalu menunjuk ke arah lauk yang ada di meja sambil tersenyum dan berkata: "ini adalah sup ikan yang kamu sukai dan juga masih ada iga yang dimasak dengan labu kuning. aku juga telah memasak bubur dengan tambahan ubi cina dan juga kurma cina yang kamu sukai."

setelah duduk di depan meja makan, Marena kembali berkata dengan sedikit emosi: "tetapi, malam ini aku ingin memakan udang besar."

"hehe, lain kali saja. aku akan pulang bekerja lebih awal dan pergi melihat apakah masih ada udang besar yang segar." kata Irwandi, emosi pada Marena juga mulai membaik dan dia juga mulai meraih sumpit, lalu mulai menyantap makanan itu.

setelah selesai makan malam, Marena pun memanggil Irwandi ketika ia melihat Irwandi hendak keluar membawa plastik yang berisi sampah, dia pun berkata: "suamiku, tunggu aku sebentar. aku akan mengganti pakaianku dan pergi berjalan santai bersamamu."

Irwandi pun menghentikan langkah kakinya dan mulai merasa curiga. dia lalu tersenyum dan berkata: "kenapa kamu ingin pergi jalan santai malam ini?"

Marena melototi suaminya, "kenapa, apakah tidak boleh?" setelah mengatakan itu, dia pun membalikkan badannya dan masuk ke dalam kamar. setelah mengganti pakaiannya, ia pun keluar dan berkata: "mari pergi." dia lalu menggenggam tas miliknya dan berjalan keluar.

Irwandi sedikit terbengong dan dia langsung mengikutinya. setelah membuang sampah pada tempat sampah yang ada di lantai dasar, Irwandi pun menghidupkan sebatang rokok dan mulai menghisapnya. dia lalu menatap ke arah istrinya yang berjalan di depannya sambil perlahan menghampirinya.

"kenapa kamu merokok lagi." kata Marena setelah melihat suaminya yang semakin mendekat. dia kembali berkata dengan hina: "apakah kamu tidak bisa tidak merokok!"

"sebatang rokok setelah makan akan membuat kita nyaman seperti layaknya dewa." canda Irwandi, "demi menjadi dewa sesaat, aku tidak boleh tidak menghisap rokok ini."

Marena lalu melototi suaminya dengan marah dan segera berjalan ke arah depan. setelah berjalan selama beberapa saat, dia melihat suaminya tidak mengikutinya dari belakang. dia lalu memarhinya: "apakah kamu tidak bisa berjalan lebih cepat lagi?"

"ini adalah jalan santai, bukan merupakan pertandingan berlari." canda Irwandi. dia lalu berjalan lebih cepat dan menghampiri istrinya.

setelah melihat suaminya telah sampai di sisinya, Marena pun menggandeng lengan Irwandi dan menatap suaminya sambil memperlambat langkah kakinya.

Irwandi yang tengah digandeng oleh istrinya itu pun menatap istrinya berulang kali. dia merasa sedikit kebingungan dan juga merasa sedikit curiga. malam ini, istrinya sangatlah aneh. apakah istrinya mengalami sesuatu di luar sana? ataukah dia sedang bertengkar bahkan telah berpisah dengan kekasih gelapnya?

beberapa saat kemudian, mereka pun sampai di sebuah taman kecil dan mereka menemukan beberapa pasang suami istri ataupun keluarga kecil sedang jalan santai di sana. Marena merasa sedikit panik dan menatap ke sekelilingnya. dia seketika merasa kalau dirinya sudah tidak jalan santai bersama suaminya seperti ini dalam waktu yang lama.

Marena lalu menatap suaminya dan ia merasa sedikit bersalah. jika dipikir kembali, dulunya suaminya akan memanggil dirinya untuk pergi jalan santai bersamanya setiap malam. dirinya tidak pernah ikut pergi bersamanya dan ini membuat suaminya merasa sangat kecewa.

sambil memikirkan itu, Marena pun merangkul lengan suaminya dengan semakin erat. dia menempelkan kepalanya pada pundak suaminya dan langkah kakinya semakin lambat.

melihat istrinya yang seketika bersikap lembut itu, Irwandi juga merasa tersentuh. sepertinya istrinya telah terpikir akan hal jalan santai yang terjadi sebelumnya. sayangnya, tidak tahu apakah ini sudah terlambat atau belum. apakah ini sudah terlalu terlambat untuk memperbaiki semua ini. kini, Irwandi juga mulai memperlambat langkah kakinya.

setelah selesai jalan santai dan pulang ke rumah, mereka pun mengganti pakaian mereka. Irwandi lalu menyapa istrinya sambil tersenyum, "istriku, istirahatlah terlebih dahulu. aku masih memiliki sedikit pekerjaan yang harus aku selesaikan." setelah mengatakan itu, dia langsung masuk ke dalam ruangan kerja.

"jangan." kata Marena dengan nada yang penuh kasihan. dia lalu menarik lengan suaminya, "suamiku, kamu tidak boleh bekerja hari ini. temanilah aku untuk menonton televisi." sambil mengatakan itu, dia pun menarik suaminya ke arah sofa yang ada di ruang tamu.

"jangan begitu, istriku." kata Irwandi sambil menasehati istrinya, "ini adalah hal yang sangat penting dan harus dikumpul besok."

sebenarnya, tidak ada yang harus dikerjakan oleh Irwandi. hanya saja dia merasa kalau istrinya begitu aneh hari ini. dia terpikir kembali akan istrinya yang pulang begitu larut kemarin malam dan juga istrinya yang pulang larut malam pada waktu itu. setelah itu, istrinya pun mulai menganggu dirinya yang telah tertidur pulas dan meminta beberapa permintaan yang memaksa.

dia merasa curiga akan semua kejadian pada malam ini. apakah ini semua adalah cara istrinya untuk menyuruh dirinya menanggung semua kesalahan ini dan menjadikan dirinya sebagai seorang ayah?

Marena lalu berkata: "tidak boleh." ia merasa nada suaranya sedikit tidak baik, dia pun kembali berkata dengan sedikit manja: "suamiku, aku sangat jarang memiliki suasana hati yang cocok untuk menonton telivisi malam ini. apakah kamu tidak bisa menemaniku sebentar saja?"

"baiklah kalau begitu." kata Irwandi sambil tersenyum pahit. sebenarnya ia juga ingin melihat apa yang ingin dilakukan istrinya malam ini.

melihat suaminya telah menyetujuinya, Marena pun menarik suaminya sendiri ke arah sofa dengan perasaan yang bahagia. dia lalu mengarahkan tubuhnya ke dalam pelukan suaminya sendiri. semua ini membuat Irwandi merasa semakin waspada dan juga tidak tenang.

saat ini, Welly merasa kalau kadar alkohol yang ia konsumsi sudahlah cukup. dia akan mabuk jika terus meminumnya. dia tidak boleh mabuk malam ini, masih ada seorang gadis cantik yang sedang menunggunya untuk memulai peperangan itu.

oleh karena itu, Welly pun berpura-pura mabuk dan berdiri dengan tidak stabil. dia lalu menggenggam gelasnya dengan tangan yang bergetar. dia lalu menyulang semua orang yang ada di sana sambil berbicara dengan tidak jelas. namun sebagian besar alkohol yang ada pada tangannya telah tumpah dikarenakan tangannya yang bergetar itu.

melihat kondisi Welly, para rekan kerjanya pun tertawa dan mulai bercanda: "biasanya orang lain akan merasa sangat senang dan akan mengonsumsi alkohol yang banyak jika bertemu dengan hal yang baik. namun direktur Yang berbeda dengan yang lainnya, kemampuannya sangatlah lemah dalam mengonsumsi alkohol."

beberapa rekan kerja lainnya juga bersikap pengertian dan berkata: "kamu sudah bisa pergi bernyanyi ataupun merayu gadis lain setelah meminum satu gelas terakhir ini."

mendengar perkataan ini, Welly langsung meminum segelas alkohol yang ada di tangannya itu. dia pun berkata: "aku ingin bernyanyi dan aku akan menraktir kalian." sambil mengatakan itu, dia pun mengeluarkan sejumlah uang dari dalam dompetnya dan meletakkan semua uang itu di atas meja. dia lalu menopang ke arah meja seolah-olah tidak bisa berdiri dengan stabil.

melihat kondisi ini, para rekan kerjanya pun berkata untuk apa bernyanyi lagi. oleh karena itu, mereka pun mengakhiri acara makan bersama itu dan mengantar Welly ke depan restoran. mereka pun hendak memesan taksi untuk mengantar Welly pulang kerumahnya. namun Welly sangat memaksa ingin pergi bernyanyi dan tidak ingin pulang ke rumahnya. para rekannya juga tidak berdaya karena mereka semua tahu kalau Welly juga sendirian di rumahnya. mereka lalu memesan sebuah kamar pada hotel yang ada di sekitar tempat itu dan menyuruh Welly untuk tinggal di sana. setelah masuk ke dalam kamar, Welly langsung berbaring di atas kasur dan mulai terlelap dalam tidurnya.

setelah para rekan kerjanya pergi, beberapa saat kemudian, Welly membuka matanya dan ia terlihat begitu segar. dia lalu mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan beberapa pesan kepada Marena, segera datang ke kamar 306 pada hotel. jikalau dia tidak datang, maka masalah besok juga tidak perlu dibicarakan lagi. di waktu yang bersamaan, dia juga mengirimkan posisi GPSnya kepada Marena. setelah itu, Welly pun mulai menyenandung sambil membuka pakaiannya. dia lalu masuk ke dalam toilet untuk mandi.

Marena yang masih berada di dalam pelukan suaminya itu merasa begitu nyaman dan juga hangat. dia sudah lama tidak merasakan hal seperti ini dan dia tidak ingin bangkit lagi. namun, ketika memikirkan malam ini dan juga tugas untuk melahirkan seorang anak, Marena pun menatap suaminya setelah beberapa menit kemudian, "suamiku, malam ini kamu yang duluan mandi atau aku?"

melihat tatapan istrinya yang manja itu, Irwandi semakin merasa curiga. ia lalu tersenyum dan berkata: "kamu saja, aku akan bekerja sebentar. setelah itu aku akan pergi untuk mandi."

"bukankah kamu berkata kalau kamu tidak akan bekerja malam ini?" kata Marena sambil merangkul leher suaminya. "tidak apa-apa juga kalau aku yang duluan mandi, namun kamu harus membantuku untuk menggosok punggungku."

ini merupakan sebuah isyarat yang sangatlah jelas, bagaimana mungkin Irwandi tidak mengerti. ia lalu menatap wajah istrinya yang memerah itu dan seketika dia juga memiliki dorongan hati untuk memeluk istrinya dan masuk ke dalam toilet. dia lalu mengigit bibirnya sendiri secara diam-diam, Irwandi dengan sengaja mempersulit istrinya sendiri sambil berkata: "istriku, bagaimana kalau besok saja. pekerjaanku malam ini sangatlah penting."

mendengar permohonan suaminya itu, perasaan Marena seketika menjadi murung. matanya juga hampir tertutup ketika menatap suaminya itu. saat ini, ponsel yang ia letakkan di atas meja pun berdering. dia lalu mengambil ponselnya dan melihat beberapa notifikasi Wechat yang berasal dari Welly. tatapan Marena sedikit panik dan ketika dia hendak membuka pesan itu, suaminya juga sepertinya tengah melirik ke arah layar ponsel itu.

Marena lalu menekan tombol pada sisi samping ponsel itu untuk menggelapkan layarnya. dia sengaja meletakkan ponselnya kembali di atas meja dan berkata: "itu adalah iklan yang sangat menganggu." dia kembali berkata dengan nada yang sedikit buruk: "sudahlah, bekerjalah dengan serius. jikalau kamu ingin bekerja, pergilah."

"hehe, kalau begitu aku akan pergi sekarang." kata Irwandi sambil memasuki ruangan kerjanya. dia lalu menutup pintu dan wajahnya seketika terlihat begitu pucat. notifikasi pada ponsel istrinya tadi bukanlah merupakan iklan, melainkan notifikasi chat dari aplikasi Wechat. namun dikarenakan waktu yang singkat, ia tidak melihat apapun selain kata hotel.

setelah memikirkan itu, Irwandi pun membuka pintu ruangan itu dengan pelan dan mengarahkan telinganya pada celah pintu itu. dia menahan nafasnya dan mendengar dengan teliti suara yang ada di luar sana.

Marena yang sedanng duduk di ruang tamu itu telah membuka aplikasi Wechat dan juga pesan yang telah dikirimkan oleh Welly. dia menggenggam ponsel itu dengan sedikit ragu. dia pun membalas kalau dia telah berbaring di atas kasur dan dia akan menraktir Welly untuk makan siang besok.

namun dia tidak merasa tenang karena dia kawatir kalau Welly akan kembali mengirimkan pesan kepadanya. dia lalu membawa ponselnya masuk ke dalam kamar, setelah ia melepas pakaian dalamnya, dia pun masuk ke dalam toilet untuk mandi. setelah mendengar suara pintu toilet yang terkunci, Irwandi pun membuka pintu ruangan kerjanya dengan pelan dan menghampiri pintu toilet itu dengan diam-diam. ia lalu menempelkan telinganya pada pintu toilet itu.

di sisi lain, Welly telah selesai mandi dan dia telah melihat balasan pesan dari Marena. dia sangat marah karena seorang wanita yang telah mengkhianati suaminya sendiri itu bahkan berani menolak permintaannya. oleh karena itu, dia pun mulai menelpon Marena.

di sisi ini, keran air telah dibuka. ketika sedang mandi, Marena mendengar suara deringan dari ponselnya dan dia melihat kalau itu adalah panggilan dari Welly. dia tidak ingin mengangkat panggilan itu. namun panggilan kedua kembali masuk, Marena yang terlihat ketakutan itu pun akhirnya menekan tombol untuk menerima panggilan itu. setelah panggilan itu terhubung, dia pun mendengar suara Welly sedang merasa tidak senang itu:

"apakah ini Marena? jikalau kamu tidak datang malam ini, maka suamimu akan menerima fotonya besok."

"aku tidak bisa malam ini. aku sudah berbaring di atas kasur." Marena kembali memberi penjelasan: "aku akan menraktirmu makan besok, kita boleh kembali mengobrol besok."

"kamu harus menanggung resikonya jikalau kamu tidak datang. begitu saja." kata Welly sambil hendak menutup panggilan itu.

"jangan, meskipun aku pergi kesana, itu juga membutuhkan waktu. apalagi aku harus memberi penjelasan kepada suamiku." kata Marena dengan tidak berdaya.

"katakan saja sekarang, apakah kamu akan datang atau tidak?" Welly sama sekali tidak menghiraukan perkataan Marena.

setelah merasa ragu dalam beberapa saat, Marena pun menyetujuinya, "baiklah, aku akan pergi."

Irwandi yang berada di depan pintu toilet itu tidak bisa mendengar jelas semua perkataan itu karena suara dari keran air. ia hanya mendengar datang, tidak datang, dan juga memberi penjelasan kepada suami. setelah tidak lagi mendengar suara air dari dalam toilet, Irwandi pun segera kembali ke ruangan kerjanya dan menutup pintu ruangan itu dengan pelan.

setelah menyelesaikan panggilan itu, sambil mandi, Marena pun memikirkan penjelasan seperti apa yang harus ia berikan kepada suaminya. dia tidak mendapatkan ide bagus apapun. setelah ia selesai mandi, ia pun mengganti pakaiannya dan memasukkan ponselnya ke dalam tas. setelah itu, ia pun pergi ke ruangan bekerja suaminya dan mengetuk pintu ruangan itu sambil berkata dengan panik: "Suamiku, temanku mengalami kecelakaan dan dia menyuruhku untuk pergi membantunya. aku akan segera kembali."

Irwandi membuka pintu kamar itu dan menghampiri istrinya sambil berkata dengan panik: "apakah parah? bagaimana kalau aku pergi bersamamu?" sambil mengatakan itu, dia pun hendak pergi mengganti pakaiannya.

"tidak perlu." tolak Marena, "aku akan segera kembali, kamu juga memiliki pekerjaan yang harus segera kamu selesaikan bukan?"

"ini sudah begitu larut malam, aku tidak tenang kalau kamu keluar sendirian." Irwandi kembali berkata dengan panik: "aku harus menemanimu pergi."

"begini saja." Marena kembali berkata: "kamu cukup menyelesaikan pekerjaanmu di rumah." dia lalu segera membalikkan badan dan bergegas keluar. setelah sampai di depan pintu, Marena kembali menoleh dan menatap Irwandi sambil mengerutkan keningnya, "aku akan segera kembali, tunggu aku di rumah saja." dia lalu membuka pintu itu dan pergi meninggalkan Irwandi.

Irwandi kembali membuka pintu dan bergegas ke arah lift, namun istrinya telah turun dan sampai di lantai dasar. setelah Irwandi turun ke lantai dasar, dia sudah tidak lagi menemukan bayangan istrinya.

Irwandi yang mengenakan baju tidur itu berdiri di tengah jalan dengan ekspresi wajah yang sangat sadis. dia lalu menggepalkan tangannya dan berlari kembali ke arah pintu perumahannya.

Novel Terkait

That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu