Istri Pengkhianat - Bab 65 Marena Datang Ke Perusahaan Untuk Mencari Irwandi
Kembali ke rumah sewa, Marena jatuh di atas tempat tidur dan menggigit selimut sambil terisak. Dia tidak menduga, bahwa dirinya memohon dengan amat sangat kepada Irwandi untuk rujuk kembali. Tapi Irwandi tidak setuju.
Setelah menangis, Marena meringkuk di tempat tidur dan tatapan matanya mengarah ke depan dengan tatapan kosong. Adegan Donita memohon kepada Whesky saat malam itu muncul di benaknya. Pada saat ini, dia sangat menyadari suasana hati dan rasa sakit Donita pada saat itu.
Jika benar-benar tidak ada cinta untuk Irwandi, dia tidak akan pergi untuk memohon rujuk kembali, apalagi menangis sedih seperti ini. Namun, tidak ada jika. Sayangnya, sampai sekarang Marena tidak tahu bagaimana harus mengakuinya. Selalu berpikir bahwa dirinya benar-benar tidak berbohong, semua kebohongan, tetapi juga untuk Irwandi, untuk keluarga ini. Tidak ada kesalahan, dan tidak tahu bagaimana harus meminta maaf kepada Irwandi.
Tetapi bahkan jika dirinya meminta maaf, semuanya sudah terlambat!
Kepikiran dengan Donita, tatapan mata Marena tiba-tiba sedikit berbinar. Seperti orang yang tenggelam, yang menggenggam jerami.
Tidak tahu bagaimana Donita sekarang. Bisakah mendapatkan solusi darinya. Namun, jika dia tidak ada solusi, tapi semua teman-teman yang ingin rujuk kembali setelah perceraian, jika dikumpulkan, mungkin mereka bisa mencari jalan keluar. Lagipula, satu orang terhitung pendek, dua orang terhitung panjang.
Jadi Marena menelpon Donita. Setelah telepon berdering beberapa saat, telepon ke Donita terhubung: “Halo, Marena, ini sudah malam, kenapa kamu menelponku?”
Mendengar suara Donita yang keluar dari ponselnya, Marena baru menyadari, bahwa hari sudah malam. Dengan segera mengatakan maaf: “Donita, kamu sudah tidur ya, maaf mengganggumu. Apakah kamu di rumah.”
“Ada masalah apa?” Donita tertegun.
“Aku ingin berbicara denganmu.” Dengan sedih Marena berkata.
“Mungkin sekarang waktunya tidak pas.” Donita menolak: “Sekarang, aku berada di rumah lamaku.”
“Ahhh.” Marena terkejut: “Kamu pulang ke rumah lama, kamu rujuk kembali dengan Whesky.”
“Aku pulang ke rumah lama, tapi aku tidak rujuk.” Donita berkata: “Sekarang sudah malam, mari kita bicara nanti lagi.”
Pada saat ini, Donita juga sangat sakit hati dan sedih, sejak malam itu, setelah dia berhasil merayu Whesky mantan suaminya, tanpa diduga, akhirnya Whesky melemah. Malam itu, tidak peduli seberapa keras Marena berusaha, dia sama sekali tidak berhasil.
Dalam beberapa hari berikutnya, Donita berusaha setiap malam untuk mengembalikan Whesky ke masa kejayaannya. Baru mulai masih bagus, selama Whesky berada di tubuhnya, dia akan menjadi lemah. Ketika ditanya mengapa, Whesky memberitahunya dengan pahit, kepikiran dengan kekasihnya juga memukulnya saat berada di atas tubunya, dan dia mengeluh di bawah badan kekasihnya. Jadi Whesky merasa sakit hati dan tidak tertarik lagi.
Melihat mata Whesky yang marah, Donita malu pada dirinya sendiri. Namun, dia enggan meninggalkan Whesky. Setelah berkonsultasi dengan psikiater, Whesky tidak membaik. Setiap malam, Donita sedih dan merasa bersalah karena masalah ini.
Sekarang, Marena menelponnya. Bagaimana mungkin Donita punya waktu untuk peduli dengannya. Terlebih lagi, Donita, yang cerdas, kepikiran dengan penjelasan yang dibuat dirinya untuk mencari Irwandi, dan samar-samar mencurigai bahwa Irwandi mungkin memiliki masalah besar dengan Marena. Untuk saat ini, bahkan lebih mustahil untuk bertemu Marena.
Dengan tidak berdaya Marena menutup telepon. Pertama, dia sangat kehilangan akal, namun, dia dengan cepat menyadari bahwa Donita telah berselingkuh, dia bisa pulang ke rumah lagi. Maka dirinya tidak berselingkuh, bukankah ada kemungkinan yang lebih besar, gagasan ini memberi harapan besar bagi Marena. Tatapn matanya penuh harapan.
Bersiap untuk keesokan harinya, pergi ke perusahaan Irwandi dan bicara baik-baik dengannya. Di perusahaan Irwandi, dia tidak bisa mengusir dirinya.
Keesokan paginya, setelah Irwandi datang ke perusahaan, dia mengubur dirinya dalam persiapan untuk penyerahan pekerjaan. Peraturan dalam dokumen, bahwa kali ini serah terima personel yang pekerjaannya diganti harus diselesaikan dalam waktu satu minggu. Dan dirinya harus melakukan serah terima di departemen penyerahan, dan juga pergi ke departemen perencanaan untuk melakukan serah terima, dan waktunya lebih ketat.
Sibuk sepanjang pagi, dan akhirnya pekerjaan yang ingin diserahkan semuanya sudah dipersiapkan. Setelah makan siang di kantin, kembali ke kantor dan melihat kesekeliling. Menghela nafas, setelah serah terima, akhirnya meninggalkan kantor tempatnya bekerja selama lebih dari dua tahun.
Kemudian, Irwandi melepas mantelnya dan membersihkan kantor. Mengemas barang-barang pribadinya di dalam kotak dan meletakkannya di sudut kantor Bersiap untuk menunggu sampai rencana penyerahan pekerajaan selesai, dan baru membawa kotaknya pergi.
Melihat kesekeliling lagi dan merasa cukup puas. Mempersilahkan Chikka untuk datang ke kantor, melambaikan tangannya, wajahnya tersenyum dan berkata: “Setelah serah terima sudah selesai, ini adalah tempatmu. Lihat apakah ini sudah bersih.”
Chikka tersipu dan berkata: “Kakak, jangan terlalu buru-bur. Aku ingin kamu tinggal dua hari lagi.”
“Haha. Peraturan serah terima yang ditentukan dalam dokumen ini relatif ketat.” Irwandi menjelaskan sambil tersenyum, lalu menunjuk ke kotak di sudut kantor dan berkata: “barang-barang pribadiku diletakkan di sini untuk sementara, aku akan memindahkan semuanya ketika serah terima selesai.”
“Hehe. Aku berharap kamu tidak pindah.” Chikka berkata dengan lembut: “Aku ingin kamu sering –sering datang untuk melihat-lihat.”
Melihat penampilan Chikka yang centil dan lembut, hati Irwandi tiba-tiba bergetar dan segera mengalihkan pandangannya ke tempat lain: “Pindah pasti pindah, tidak bekerja di gedung yang sama, pasti juga bisa sering bertemu.”
“Kakak.” Mendengar Irwandi berkata begitu, Chikka merasa sedikit sedih, dan berkata dengan lembut.
“Haha.” Irwandi terkekeh: “Aku akan pergi meminta Direktur Clive untuk menandatangani. Kamu tunggu di sini sebentar.”
Melihat punggung Irwandi dengan panik, awalnya hanya mengerutkan bibirnya, kemudian tatapan di mata Chikka menjadi sedih, dia berkata dengan lembut, dan kemudian “Terisak” lagi, lalu dia tersenyum.
Irwandi yang baru saja keluar dari kantor, tertegun dan melihat Marena berdiri di dekat dinding di luar pintu. Chikka melihat Irwandi, menghentikan langkahnya dan dengan tersenyum menghampiriya: “Kakak, ada apa?” ketika baru selesai berbicara, dia juga melihat Marena dengan wajah masam, dia dengan segera berkata sambil tersenyum: “Iparku, mengapa kamu datang kesini?”
“Jika aku tidak datang, aku tidak akan tahu bahwa kamu memiliki hubungan yang begitu baik dengan Irwandi!” Marena berkata sambil mencibir.
“Marena, apa yang kamu bicarakan!” Irwandi marah.
Chikka meraih tangan Marena dan berkata: “Iparku, buruan masuk.” Sambil berbicara dia menarik Marena masuk ke dalam kantor, memintanya untuk duduk di sofa, berbalik badan dan membuat secangkir teh, lalu meletakkannya di atas meja, dan berkata: “Iparku, apakah ada masalah datang kemari, kamu sudah lama tidak datang kemari.”
Melihat Chikka ke kantor Irwandi, penampilannya sangat akrab. Hati Marena menjadi lebih sedih, matanya memerah, dia menatap Irwandi dan berkata: “Bukankah kamu, karena dia, tidak mau rujuk denganku?”
“Sekarang kita sudah bercerai, tidak perlu rujuk lagi.” Irwandi berkata dengan marah: “Apa lagi, masalah ini tidak ada hubungannya dengan dia, tolong kamu jangan bikin kekacauan di sini.”
“Aku sudah dari tadi datang kemari.” Air mata Marena turun: “Aku melihat dengan mataku sendiri dan mendengarnya dengan telingaku sendiri. Dan masih mau berbohong padaku di sini.”
Chikka yang sedang duduk, mendengar pembicaraan di antara mereka berdua, lupa untuk menjelaskan, dengan terkejut mulutnya terbuka, menatap bolak-balik pada Irwandi dan Marena. Ternyata mereka sudah bercerai. Tetapi dalam hati tiba-tiba muncul, tidak mengherankan bahwa Irwandi sangat kurus beberapa hari kemarin, dan ada kesedihan di dalam matanya. Dan Marena sama sekali tidak ada post apa-apa lagi.
“Jangan berpikir, orang berpikiran seperti kamu.” Irwandi Marah, dan berkata lagi: “Sekarang tolong kamu pergi dan jangan pernah datang lagi. Tolong kamu ingat, kita sudah bercerai.”
“Kamu ingin aku segera pergi.” Marena seperti tidak bisa mempercayainya, dia terisak dan berkata: “Kamu mengusirku pergi hanya karena untuknya.”
Irwandi sangat marah dengan Marena sehingga dia menunjuk ke pintu kantor dan berkata: “Marena, tolong pergi sekarang. Atau aku akan memanggil satpam.”
Marena menangis, dia menatap Irwandi dengan mata yang penuh dengan air mata dan berlari keluar dengan menutup mulutnya. Chikka, yang menyadari, segera mengejarnya. Pada saat yang sama, dia juga memperhatikan ke kantor lain, beberapa rekan mengulurkan kepala untuk melihatnya, ketika mereka melihatnya, mereka dengan cepat menurunkan kepala mereka kembali.
Melihat situasi ini, Chikka sedikit ragu-ragu dan melambat. Setelah dia keluar dari perusahaan, Marena sudah menghilang. Ketika kembali ke kantor, melihat Irwandi sedang duduk, merokok dengan sedih. Chikka tidak bertanya apa-apa, dan hanya duduk diam di sofa.
Setelah beberapa menit, suasana hati Irwandi menjadi tenang dan tersenyum pahit: “Maaf.”
“Kakak, ada apa, tidak perlu minta maaf.” Chikka tersenyum bahagia, dan berkata dengan ragu-ragu: “Apakah kamu ingin aku menjelaskannya kepada iparku?”
“Tidak perlu.” Irwandi berkata dengan santai. Berhenti sejekan, dan berkata lagi: “Kamu tunggu sebentar di sini. Aku akan meminta Direktur Clive untuk menandatanganinya.”
Karena persiapan Irwandi sudah teliti, jadi penyerahannya dengan Chikka sangat lancar. Clive, yang sudah menandatangani, dengan hangat memegang tangan Irwandi: “Sudah waktunya untuk pulang kerja sekarang, malam nanti, aku akan mentraktirmu, mari kita bertiga duduk bersama.”
“Awalnya seharusnya perayaan untuk kalian itu dilakukan hari ini atau besok malam, tapi aku tahu bahwa waktu penyerahannya relatif ketat, ketika direktur Jasmine menyelesaikan serah terima di departemen perencanaan, aku mengatur departemenku untuk merayakan promosi Irwandi dan Chikka.”
Baru saja ingin pergi. Dengan senyum di wajahnya, Irwandi berkata dengan lembut: “Baiklah, tapi lebih baik, nanti malam aku saja yang mentraktirmu. Terima kasih, Direktur Clive, karena sudah menjagaku setiap saat, pada saat yang sama, ingin merayakan promosi Chikka.”
Chikka, yang sedang berdiri, menatap Irwandi dengan sedikit terkejut, awalnya dia pikir Irwandi akan menolak, tetapi dia tidak menduga bahwa dia setuju, dan mengatakan bahwa dirinya akan mentraktirnya.
Namun, Chikka segera berkata sambil tersenyum: “Seharusnya aku yang mentraktir. Terima kasih atas pelatihan dan perhatian kalian berdua. Dan aku tahu satu tempat dengan lingkungan yang baik dan rasa makanan yang enak, aku akan segera memesan kursi di sana.”
“Haha.” Clive tertawa: “Chikka, kamu pesan dulu, aku akan kembali ke kantor dan mengambil tas.”
Dan pada saat ini, Marena, yang keluar dari perusahaan Irwandi dengan menutup mulut, sudah duduk di dalam mobil dan berbaring di setir sambil menangis.
Novel Terkait
My Charming Wife
Diana AndrikaInventing A Millionaire
EdisonAsisten Bos Cantik
Boris DreySomeday Unexpected Love
AlexanderPria Misteriusku
LylyYour Ignorance
YayaIstri Pengkhianat×
- Bab 1 Siapa Laki Laki ini
- Bab 2 Memudarnya Cinta
- Bab 3 Kebohongan Istri
- Bab 4 Salah Kaprah
- Bab 5 Rumah Yang Rapi Dan Bersih
- Bab 6 Menghubungi Sahabat Istri
- Bab 7 Istri Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 8 Marena Berada di Hainan
- Bab 9 Menguak Kebohongan Istri
- Bab 10 Makan Dan Memergoki Perselingkuhan
- Bab 11 Pernikahan Yang Terlihat Bahagia
- Bab 12 Cerita Oktavia
- Bab 13 Marena Pulang
- Bab 14 Melihat Durex Lagi
- Bab 15 Pertama Kalinya Suami Istri Bertengkar
- Bab 16 Kesalahan Dalam Berdalih
- Bab 17 Tidak Beruntung Menjadi Suaminya
- Bab 18 Memeriksa CCTV Komplek Perumahan
- Bab 19 Kebingungan Marena
- Bab 20 Teringat Padanya
- Bab 21 Dari Bangga Berubah Menjadi Kecewa
- Bab 22 Meminta Bantuan Sahabat
- Bab 23 Sahabat pun Memandang Rendah Dirinya
- Bab 24 Tidak Bisa Kembali Lagi Ke Masa Lalu
- Bab 25 Sojun yang Datang Mencari
- Bab 26 Ayah Mertua dan Ibu Mertua
- Bab 27 Yang terpenting adalah Kamu.
- Bab 28 Kembali ke dulunya.
- Bab 29 Ujian Pernikahan
- Bab 30 Mengintimidasi Sang Istri
- Bab 31 Memutuskan Mencari Detektif
- Bab 32 Bersedia Membantu
- Bab 33 Menutupi
- Bab 34 Mencari Perusahaan Detektif
- Bab 35 Negosiasi
- Bab 36 Balas Dendam Atau Cinta Yang Tidak Jelas
- Bab 37 Kesadisan Istri
- Bab 38 Sombong Yang Palsu
- Bab 39 Permintaan Dari Panggilan Tidak Dikenal
- Bab 40 Menceritakan Keseluruhan Cerita
- Bab 41 Donita yang Tidak Bisa Tahan Lagi
- Bab 42 Apakah Masih Mencintainya?
- Bab 43 Dendam Welly Dan Sojun Lu
- Bab 44 Masuk ke Dalam Jebakan
- Bab 45 Solusi Sojun Lu
- Bab 46 Istri yang Meninggalkan Rumah pada Tengah Malam
- Bab 47 Marena Berada Di Kamar Hotel
- Bab 48 Kembali Memberi Kesempatan
- Bab 49 Welly Ingin Memakan Masakan Yoyo
- Bab 50 Welly Memenangkan Yoyo
- Bab 51 Menghadapi Selingkuhan Istri
- Bab 52 Bersiap-Siap Pulang untuk menjelaskan
- Bab 53 Irwandi Memutuskan Balas Dendam
- Bab 54 Welly Melaporkan Ke Polisi Lagi
- Bab 55 Sojun Lu Ditangkap
- Bab 56 Cerai
- Bab 57 Rumah Kosong Dan Sunyi
- Bab 58 Oktavia Bercerai
- Bab 59 Penderitaan Marena
- Bab 60 Sendiri Orang Terakhir Yang Mengetahui Kebenaran
- Bab 61 Diinterogasi oleh Ayah dan Ibu Mertua
- Bab 62 Balas Dendam Yoyo
- Bsb 63 Irwandi Naik Jabatan
- Bab 64 Marena ingin rujuk kembali
- Bab 65 Marena Datang Ke Perusahaan Untuk Mencari Irwandi
- Bab 66 Penolakan Irwandi
- Bab 67 Menyadarkannya
- Bab 68 Percakapan Antara Irwandi dan Marena
- Bab 69 Undangan Makan dari Oktavia
- Bab 70 Ayo Kita Pulang (End)