Istri Pengkhianat - Bab 41 Donita yang Tidak Bisa Tahan Lagi

Mendengar pertanyaan Donita yang seperti itu, wajah Marena memerah karena merasa malu, dan dia lebih malu untuk menghadapinya. Namun, dia masih tidak boleh pergi, jika Donita tidak setuju untuk membantunya, dengan kata lain, tidak membantunya menjadi kambing hitam, jika suaminya tahu kelak, bahkan jika pernikahannya tidak rusak, itu juga akan menyebabkan keretakan yang sangat dalam.

Melihat Marena yang menundukkan kepalanya, Donita berkata dengan acuh tak acuh: "Marena, apakah kamu tahu kondisi keluargaku sebelum dan setelah aku melakukan perselingkuhan?"

Marena mendongak dan menatap Donita dengan bingung, dia berkata: "Bukankah tidak jauh beda?"

"Hehe. Tidak jauh beda?" Donita mencibir, "Sebelum aku melakukan perselingkuhan aku sangat percaya diri, dan sudah seharusnya memperlakukan Whesky dengan baik. Dan setelah melakukan perselingkuhan, aku merasa tidak tenang dan bersalah, aku memperlakuakn Whesky lebih baik karena merasa bersalah.

Sedangkan kamu? Di dengar dari apa yang kamu katakan, kamu mengatakan itu sudah hampir 2 tahun lamanya, tadi aku memikirkannya sejenak, dulu ketika kita melakukan pesta keluarga, kamu masih bisa dianggap bersikap lembut pada Irwandi. Tetapi dalam satu dua tahun terakhir ini, yang kami lihat adalah kesombongan dan kemanjaanmu terhadap Irwandi. Sebelumnya, aku pikir itu karena Irwandi terlalu memanjakanmu. Sekarang sepertinya.

Marena, Marena, kamu benar-benar membuatku tidak berani percaya, pada saat yang sama kamu juga membuatku kagum, apakah ketika waktu itu kamu melakukan hal-hal itu, kamu tidak merasa menyesal dan bersalah! Sebaliknya, kamu malah memperlakukan Irwandi yang menyayangimu dengan sombong dan arogan. "

Marena yang dikatai hingga merasa sangat malu, mengangkat wajahnya yang memerah dan berkata dengan marah: "Aku tidak sama denganmu, aku benar-benar tidak berselingkuh."

Hehe. Donita mencibir dan berkata: "Tidak sama denganku. Marena, kamu tidak perlu memainkan kesombongan dan keangkuhanmu di depanku, kamu jangan memperlakukanku sebagai selingkuhanmu atau Irwandi. Aku tidak akan tertipu olehmu. Selain itu, ada perbedaan apa di antara kita, oh, ya, perbedaannya adalah setelah aku berselingkuh aku tidak berani pergi keluar dengan selungkuhanku, apalagi membawanya ke rumahku, tetapi kamu berani, aku merasa bersalah kepada suamiku setelah aku melakukan perselingkuhan, dan kamu tidak demikian."

Mendengar Donita berkata dengan begitu tidak pandang bulu, Marena terkejut, dia menatap Donita dengan tercengang, dan dia bertanya dengan linglung: "Kenapa, kenapa kamu begitu tidak mempercayaiku, selain itu, kenapa kamu memperlakukanku seperti ini?"

Haha. Donita tersenyum mengejek, namun kemudian air matanya mengalir, dia berkata sambil menatap Marena: "Aku tidak mempercayaimu? Jika dikatakan, apakah kamu sendiri percaya! Aku memperlakukanmu seperti ini, apakah hal-hal ini bukan perbuatanmu?

Selain itu, sejak kamu tahu bahwa aku berselingkuh dan sudah bercerai, apakah kamu pernah benar-benar menghiburku, menasihatiku atau membantuku? Jangan katakan ini dulu, karena jika aku membantumu itu karena aku sahabatmu, dan jika aku tidak membantumu itu adalah kewajibanku. Namun, kamu menggunakan masalahku untuk menutupi perbuatanmu.

Membantu sahabat itu tidak masalah, tetapi kamu melukiskanku sebagai wanita yang murahan dan tak tahu malu. Dan hal-hal ini juga dilakukan olehmu. Jika kita mengubah posisi kita, aku memiliki permintaan seperti itu padamu, bagaimana kamu akan memperlakukanku? "

"Aku benar-benar tidak berselingkuh, dan aku juga tahu aku tidak boleh berbuat seperti itu." Marena juga meneteskan air mata dan dia menjelaskannya dan berkata, "Pada saat itu, aku berpikir tentang bagaimana menjelaskannya kepada Irwandi, aku tidak terlalu banyak memikirkan yang lainnya, sungguh, Donita, tolong percayalah kepadaku, selama beberapa tahun ini, kamu tahu orang seperti apa aku. Meskipun aku tidak begitu baik, tetapi aku tidak pernah memiliki niat untuk melukai orang lain. Aku juga terpaksa dan tidak berdaya. "

Setelah mengatakan itu, Marena menutupi wajahnya dan menangis dengan kepala tertunduk. Donita yang menangis juga ikutan terisak-isak. Mereka berdua menangis untuk sesaat. Donita berkata dengan terisak: "Jika, bukan karena aku tahu kepribadianmu, dan juga orang yang sudah bersahabat denganmu begitu lama, setelah kamu selesai mengatakan permasalahannya, maka aku sudah akan mengusirmu."

Setelah terdiam sejenak, Donita terus terisak sambil berkata: "Pada waktu itu, jika aku meminta kalian untuk membantuku menutupi perselingkuhanku, itu sangat sederhana, asalkan kalian dapat membuktikan bahwa aku ada di sana, itu sudah tidak masalah. Whesky juga tidak akan mengetahuinya dan mencurigaiku.

Namun, aku tidak melakukan itu, karena aku harus menanggung rasa bersalah dan penyesalan setiap hari, aku di siksa hingga tidak tahan. Pada saat yang sama, aku tidak ingin kalian terluka karena aku. "

Mendengar perkataan ini, Marena memeluk Donita, dan menangis keras, dia terisak-isak, "Aku benar-benar tidak berani membiarkan Irwandi tahu, apalagi bercerai dengan Irwandi."

"Apakah kamu pikir aku ingin bercerai dengan Whesky Wen, dan aku tidak mencintainya! Selain itu, aku dan Whesky memiliki seorang anak." Donita berkata sambil terisak, "Apakah kamu tahu, berapa banyak rambutku rontok setiap harinya? Ketika aku menyisir rambut setiap pagi, sisirku akan dipenuhi dengan rambut. Sekarang aku menyesal hingga aku tidak bisa tidur hampir sepanjang malam." Kemudian, Donita memeluk Marena dan menangis dengan keras untuk melampiaskan emosinya.

Air mata bisa menghilangkan kesedihan dan bisa meredakan rasa sakit untuk sementara waktu.

Marena menangis sejenak, ekspresinya perlahan-lahan menjadi tenang, dan dia menghibur Donita yang masih menangis. Di bawah penghiburan Marena, tangisan Donita juga berangsur-angsur menjadi kecil, dan ia tampak lebih sadar.

Mereka berdua juga tidak memiliki mood untuk terus berbicara lagi, mereka berdua hanya terdiam, dan memikirkan masalah mereka sendiri, ruangan itu menjadi sunyi. Setelah beberapa saat, Donita menyeka wajahnya dengan tangannya, membuka mata merahnya, dan bergumam di mulutnya, "Tidak, aku akan pulang untuk mengunjungi mereka, pulang untuk mengunjungi mereka, jika aku masih tidak menemui mereka maka aku akan gila." Setelah mengatakan itu dia mengambil tasnya dan bergegas berjalan keluar.

Marena tercengang, dia juga meraih tasnya dan mengejarnya, dia mengganti sepatunya di pintu, setelah keluar, dia sudah tidak bisa melihat sosok Donita lagi. Dia berlari ke gerbang perumahan juga tidak melihat Donita. Marena yang merasa khawatir, masuk kembali ke perumahan, duduk di mobil, dan memutar telepon Donita beberapa kali berturut-turut, tetapi tidak ada yang menjawab. Setelah berpikir sejenak, dia menyalakan mobil dan keluar dari perumahan dengan cepat.

Donita, yang sudah berlari hingga gerbang perumahan, melambaikan tangan dan menghentikan sebuah taksi, saat sopir masih terlihat terkejut, dia masuk dengan cepat dan berkata dengan terburu-buru: "Pak, tolong antarkan aku ke perumahan Savoury Garden."

Setelah mendengar perkataan Donita, sopir perlahan-lahan menjalankan mobil, dia melirik Donita melalui kaca spion di dalam mobil, dan bertanya: "Nona, apakah kamu baik-baik saja, jika ada masalah, kamu bisa menghubungi polisi . "

Donita yang menatap ke depan, dia merasa tersentuh ketika dia mendengar perkataan sopir yang sedikit mengkhawatirkannya, dan dia berkata dengan penuh syukur: "Tidak apa-apa, terima kasih." Pada saat yang sama, dia juga baru sadar, ia keluar terlalu terburu-buru dan tidak mengganti pakaiannya, sehingga membuat sopir salah paham.

Bagaimanapun, di dunia ini, orang-orang baik merupakan mayoritas, dan orang-orang baik inilah yang memberikan kebaikan dan kehangatan, memberikan kebahagiaan dan sentuhan.

Ketika tiba di Savoury Garden, ketika Donita turun dari mobil dan membayar ongkosnya, dia sekali lagi berterima kasih kepada sopir yang baik hati, di lantai bawah lantai perumahan, dia mendongak dan melihat cahaya lampu, dia meragu-ragu sejenak, dia berjalan ke koridor dengan tidak tenang dan terburu-buru, dia naik ke lift, dan pada saat yang sama dia mengeluarkan kunci dari tasnya.

Ketika dia tiba di depan pintu, tangannya yang memegang kunci sedikit gemetaran dan kaku, dia takut suaminya telah mengganti kunci pintu rumah, dia takut ketika suaminya melihatnya, dia akan mengusirnya tanpa belas kasihan, dia takut ketika putrinya melihatnya, dia akan mengatainya tidak tahu malu, murahan, tidak mengenalinya, dll.

Perlahan-lahan ia memasukkan kunci dan kuncinya masuk, Donita sedikit lega, entah kenapa dia merasa sedikit senang, suaminya ternyata tidak mengubah kuncinya, itu memberinya harapan. Ia membuka pintu dengan ringan dan berjalan masuk dengan berhati-hati.

Lampu di ruang tamu masih menyala, namun tidak ada orang, melihat lampu di kamar tidur masih menyala, Donita berjalan mendekat dengan hati-hati, di depan pintu kamar tidur dia diam-diam melirik ke dalam, dia melihat suaminya, Whesky sedang duduk di sisi tempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu, dia berbicara dengan lembut dengan putrinya, Sonya, yang berusia tiga tahun.

"Sayang, cerita malam ini sudah selesai, apakah kamu sudah seharusnya memejamkan mata dan tidur?"

"Ayah, kapan ibu pulang, aku merindukan ibu." Ujar Sonya dengan kasihan.

Meskipun perkataan ini, putrinya akan menanyakannya berkali-kali setiap hari, tetapi Whesky masih menjelaskannya dengan lembut sambil menatap putrinya: "Ibu pergi keluar dan butuh waktu lama baru bisa pulang." Dia berhenti sejenak kemudian lanjut berkata: "Jadi, kamu harus cepat-cepat tumbuh dewasa, ketika kamu sudah dewasa nanti kamu akan bisa bertemu dengan ibu. Pada saat itu biarkan ibumu melihat Sonya yang tumbuh cantik. Apakah ibu akan terkejut? Sonya, pada saat itu apakah kamu akan merasa bahagia?"

Air matanya langsung mengalir keluar dalam sekejap, dan Donita tidak bisa menahan diri lagi untuk bergegas masuk, dia membuang tas di tangannya, dia membuka kedua tangannya dan berlari ke arah putrinya: "Sonya, sayang, ibu sudah pulang, ibu sudah pulang."

Mendengar ini, Whesky menoleh untuk melihat Donita, wajahnya tiba-tiba berubah, dia langsung berdiri, dan ingin membuka mulutnya untuk menyuruh Donita pergi. Pada saat ini, Sonya sudah merangkak dari tempat tidur dan turun, dia berteriak bahagia: "Bu." Dia membuka tangannya dan memeluk Donita. Melihat ini, Whesky hanya membuka mulutnya, wajahnya terlihat kesal, namun dia tidak berbicara.

Donita datang ke depan putrinya, dia berjongkok dan memeluknya erat-erat, dia menempelkan wajahnya di wajah putrinya, dan bergumam: "Sayang, sayang, ibu sudah pulang."

Sonya yang merasa senang dan berada dalam pelukan Donita menciumnya dan bertanya dengan terkejut: "Bu, mengapa ibu menangis?"

"Ibu terlalu bahagia karena ibu bisa bertemu dengan Sonya dan ayah."

"Huh, ayah berbohong, ayah mengatakan bahwa ibu masih lama baru bisa pulang." Sonya mengeluh dengan mencemberutkan mulut kecilnya.

"Ayah tidak berbohong, ayah adalah ayah yang paling baik, bagaimana dia bisa berbohong kepada Sonya?" Donita menempelkan wajahnya di wajah putrinya, dia menghiburnya dengan lembut dan berkata: "Itu karena Ibu kembali lebih awal."

"Bawa Sonya naik ke tempat tidur." Ujar Whesky dengan kaku, "Kamu tidak merasa dingin, apakah kamu pikir Sonya juga tidak merasa dingin?"

"Ayah, aku tidak merasa dingin." Ujar Sonya, "Ayah tidak boleh galak pada ibu."

"Sonya, yang ayah katakan benar. Kalau tidak, jika kamu masuk angin, kamu masih perlu pergi ke rumah sakit untuk di suntik." Setelah mengatakannya, Donita menggendong putrinya ke tempat tidur.

Sonya memeluk leher Donita dengan erat, "Aku tidak ingin pergi ke rumah sakit, tetapi aku juga tidak ingin ibu pergi, aku ingin ibu menemaniku tidur."

Mendengar ini, Whesky melangkah maju dan menatap putrinya dengan lembut, dia berkata sambil tersenyum: "Ayah akan menemanimu tidur, ayah masih akan menceritakan kisah baru padamu."

Donita melirik suaminya dengan sedih, dia membuka mulutnya namun tidak mengatakan apa-apa.

"Tidak, aku ingin ibu menemaniku tidur." Ujar Sonya dengan tidak senang, "Aku sudah lama tidak tidur dengan ibu."

"Tidak bisa, sayang, ibu nanti masih harus pergi." Whesky memaksakan diri untuk tersenyum, ketika putrinya tidak memperhatikannya, dia memelototi Donita, lalu menatap putrinya lagi, dia berkata sambil tersenyum lembut: "Sayang, jika kamu tidak percaya, kamu tanyakan saja kepada ibu, apakah itu benar atau tidak?"

"Aku tidak mau, aku ingin ibu menemaniku tidur." Sonya tidak menaatinya, terdengar sedikit suara tangisan dalam suaranya.

Dia melihat penampilan putrinya yang menyedihkan, lalu melihat ekspresi panik Donita lagi. Bagaimanapun, Whesky merasa tidak tega, dia tidak ingin putrinya melihat orang tuanya berdebat, apalagi menghancurkan hatinya yang murni dan indah. Dia diam-diam menghela napas, mengucapkan selamat malam pada putrinya dengan lembut, lalu berjalan keluar dari kamar.

Melihat suaminya sudah berjalan keluar dari kamar, Donita yang merasa sedih naik ke atas tempat tidur dengan sedikit gembira. Dia berbaring dengan putrinya, dan berbisik pada putrinya dengan lembut. Perlahan-lahan ia membujuk putrinya hingga tertidur. Tidur di tempat tidur ini, Donita merasa sangat tenang, dan ia juga tertidur.

Marena yang cemas mengemudikan mobil keluar dari perumahan, dia berkeliling di beberapa jalan di luar perumahan, dia bolak-balik dan melihat ke sekeliling dengan teliti, dia tidak melihat Donita. Dia menelpon Donita, namun tidak ada yang menjawab telepon.

Pada akhirnya, Marena mengendarai mobil ke Savoury Garden. Dia memarkir mobil, duduk di dalam mobil dan ragu-ragu untuk sementara waktu, kemudian dia naik ke lantai atas dan pergi ke depan pintu rumah Whesky, dia memiringkan kepalanya dan mencoba mendengar di pintu, tidak ada suara di dalam, lalu dia menekan bel pintu.

Novel Terkait

My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu