Istri Pengkhianat - Bab 36 Balas Dendam Atau Cinta Yang Tidak Jelas

Kesehatan Marena pasti sangat baik, tetapi dia yang duduk di ruangan Zeverly, kini suasana hatinya sangat kacau.

Saat dia masuk ke dalam ruangan, dia melihat Sojun Lu yang duduk di dalam, setelah menyuruhnya membuka kata sandi ponsel, dia langsung mengambil ponselnya. Di dalam pandangan Sojun Lu yang meragukan, setelah melihat wechat dan album di ponsel, Marena tidak menemukan foto dirinya yang sedang berjabat tangan dengan Sojun Lu saat memasuki Cape Guest House .

Setelah mendengar penjelasan dari Sojun Lu. Pria yang bernama Welly ini adalah rekan kerjanya, sekarang tidak mau uang, dia hanya mengharuskan agar Sojun Lu tidak berpartisipasi dalam persaingan posisi perusahaan kali ini. Marena merasakan sangat aneh, walaupun alasan ini bisa diterima, tetapi sepertinya ada yang aneh.

Marena lanjut bertanya: “Apa ada masalah atau perselisihan antara kamu dengan Welly , atau apa kamu pernah menyinggung Welly?”

Mendengar pertanyaan ini, Sojun Lu yang menundukkan kepalanya melihat menu, sebuah kepanikan melintas di matanya, dia terdiam sebentar berkata: “Masalah apa yang ada antara kami, biasanya kami juga hampir tidak pernah berinteraksi.”dia mengatakan sambil memberikan menu kepada Marena.

Marena yang mengambil menu makanan tidak memperhatikan kepanikan yang terlintas di mata Sojun Lu, dia memesan beberapa masakan dengan asal, kemudian mengembalikan menu makanan kepada Sojun Lu. Saat Sojun Lu menekan bel untuk memanggil pelayan, dia memberikan menu makanan kepada pelayan yang datang dan khusus memesan bir anggur merah.

Marena yang mendengar perkataan ini langsung menolak, “Tidak perlu bir anggur merah lagi, makan sesuka hati saja sudah cukup.”

Sojun Lu setelah berpikir sebentar langsung berkata kepada pelayan, “Kalau begitu tidak mau bir anggur merah lagi, hidangkan sesuai pesanan saja, dan usahakan lebih cepat disajikan.”

Kemudian mereka melanjutkan topik pembicaraan foto dan lanjut menganalisis. Sampai saat masakannya naik, mereka baru berhenti membahasnya.

Marena dengan tidak fokus makan sebentar, sambil dengan ekspresi sedang berpikir, dia meletakkan sumpit dan berkata dengan suara yang rendah, “Kalau begitu, besok kamu harus cari tahu foto apa yang dimiliki oleh Welly dan dari mana dia mendapatkan foto itu,” berhenti sebentar lalu berkata: “Dan juga, beberapa hari ini jangan menghubungiku lagi.”

“Bagaimana bisa.” Sojun Lu langsung mengulurkan tangan memegang tangan Marena yang diletakkan di atas meja dan melihatnya dengan tatapan yang dalam, “Kamu melarang aku menghubungimu, jadi bagaimana jika aku sudah rindu padamu?”

Marena menarik kembali tangannya tetapi tidak berhasil ditarik, dia melihat Sojun Lu berkata: “Ke depannya kita jangan saling berhubungan lagi. Kamu punya keluargamu sendiri, aku juga punya suamiku sendiri. Aku tidak ingin suamiku salah paham.”

“Marena.” Sojun Lu memanggilnya dengan penuh perasaan, dia berdiri sambil menggenggam tangan Marena, berjalan ke sisinya lalu memeluknya dengan erat, sambil berkata dengan tegas: “Kalau begitu aku akan cerai kemudian menikahimu.”

Marena yang dipeluk langsung melawan dengan kuat.

Dia melawan sambil berteriak: “Jangan seperti ini, lepaskan tanganku.”

“Tidak, aku tidak akan melepaskanmu.” Sojun Lu memeluk Marena, dia dengan penuh menyesal berkata: “Saat SMA karena tidak paham dan tidak dewasa, aku sudah melepasmu sekali, kali ini tidak peduli bagaimanapun aku tidak akan melepaskanmu.”

Mendengar perkataan ini, Marena melawan semakin kuat, “Kamu masih berani mengatakan dulu. Saat itu bukankah kamu jatuh cinta dengan wanita lain, kemudian meninggalkanku tanpa memedulikan apapun, tidak peduli bagaimanapun aku memohon, bukankah kamu tetap tidak mau balik kepadaku!” setelah mengatakannya, dia dengan kuat berhasil terlepas, dia berdiri di samping dan menjauhinya sambil menatap Sojun Lu dengan sadis.

“Marena.” Sojun Lu memanggil dengan sedih, “Maafkan aku, saat itu aku tidak paham dan bodoh. Sekarang aku sangat menyesal.”dia mengatakan sambil perlahan berjalan ke sisi Marena.

Sojun Lu berjalan sambil berkata: “Sejak 2 tahun lalu bertemu denganmu di acara reuni SMA, aku baru benar-benar mengerti jika aku mencintaimu, tetap kamu yang kucintai.

“Jangan mendekat.” Marena berteriak dengan kuat, melihat Sojun Lu menghentikan langkah kakinya, berkata: “Kita ini tidak mungkin akan bersama lagi. Ke depannya juga jangan menghubungiku lagi.” Marena mengatakannya sambil menarik pintu ruangan dan berjalan keluar.

Sojun Lu terdiam sebentar, dia berencana untuk pergi mengejarnya, dia melihat tas yang ditinggalkan Marena, dia langsung mengambil tas dan berlari mengejarnya, sampai pinggiran tempat parkir baru terkejar Marena, berteriak: “Marena, tasmu.”

Kini Marena baru menyadari jika dia tidak mengambil tasnya, dia berhenti dan mengulurkan tangan, “Berikan tas padaku.”

Sojun Lu memberikan tasnya, melihat Marena mengambil tasnya, dia langsung menarik tangannya, lalu menariknya ke dalam pelukan Marena, dia memeluk dengan erat dan menundukkan kepala untuk menciumnya.

Marena terkejut karena dipeluk oleh Sojun Lu, saat dia berencana untuk melawan, bibirnya langsung tercium, setelah melawan dengan kuat di dalam kepanikan, tubuh Marena langsung menjadi lemas, tangannya juga tanpa sadar merangkul leher Sojun Lu.

Beberapa saat kemudian, Marena sudah sadar kembali, dia dengan wajah yang kemerahan mendorong Sojun Lu, kemudian dengan panik berlari ke depan mobil, membuka pintu mobil lalu masuk, dengan cepat menghidupkan mobil, lalu pergi.

Semua ini telah dipotret oleh detektif pribadi.

Suasana hati Marena yang kacau menyetir mobil hingga sangat jauh, setelah dari kaca spion dia melihat tidak ada mobil yang mengikuti dari belakang, dia baru perlahan memberhentikan mobilnya di pinggiran, kemudian memejamkan mata bersandar di kursi mobil, beberapa menit kemudian, Marena mengambil ponsel yang berada di dalam tas, dia melihat beberapa pesan wechat yang kirim dari Sojun Lu, setelah membaca satu persatu, dia membalas pesan wechat Sojun Lu, ke depannya kita jangan berhubungan lagi dan jangan bertemu lagi.

Setelah mengirim pesan wechat, Marena dilema sebentar, kemudian menghapus semua telepon dan wechat yang berhubungan dengan Sojun Lu. Setelah meletakkan ponsel, terdapat aliran air mata di wajahnya, lalu mengoceh:

Sojun Lu, apa kamu tidak tahu jika ini adalah pembalasan dariku! Sejak bertemu denganmu di acara reuni SMA, melihat tatapanmu padaku langsung membuatku berencana untuk membalas karena kamu meninggalkanku, sekarang giliran aku meninggalkanmu, membiarkanmu merasakan rasa ditinggal.

Tapi apakah sudah berhasil membalasnya? Hati Marena juga tidak berani mengakuinya, dia lebih tidak berani intropeksi. Karena dalam proses pembalasan ini, dia awalnya dari kebencian terhadap Sojun Lu, perlahan berubah menjadi senang bersama dengannya; awalnya dari kebencian terhadap Sojun Lu, perlahan berubah menjadi rasa cinta yang tidak jelas terhadapnya.

Sepanjang proses ini, Marena juga tidak berani meyakinkan dengan pasti apakah Sojun Lu benar-benar jatuh cinta dengannya lagi. Tapi hati Marena tahu sepertinya dirinya sudah tergoda. Dia senang dalam permainan balas dendam ini!

Kini Marena melihat foto membuatnya panik dan menyesal, dia ingin menghentikan hubungan ini. Bersandar di kursi mobil, otaknya tidak berhenti teringat kesedihan Donita di bar, teringat kesedihan dan penyesalan Donita saat mengatakannya. Marena menciutkan tubuhnya di kursi mobil karena kedinginan, air mata di matanya mengalir kembali.

Sojun Liu melihat pesan wechat yang dikirimkan oleh Marena, dia menarik bibirnya dengan menghina, kemudian menggelengkan kepala, jika bukan karena melihat kamu lebih cantik dan seksi dari dulu, ingin tidur denganmu dan ingin mendengar suara mengerangmu lagi, apa aku bisa menghabiskan energi untukmu! Lagi pula aku juga sudah kehilangan persaingan untuk posisi kerja. Sekarang apa bisa dihentikan sesukamu! Kamu tetap menganggap dirimu paling benar dan tetap polos seperti dulu!

Kini Irwandi dan Oktavia sudah selesai minum 2 botol bir anggur merah, walaupun kebanyakan bir anggur merah diminum oleh Irwandi, tetapi karena mood Oktavia sedang buruk, jadi dia berebut untuk minum, sehingga juga minum dengan banyak.

Keluar dari pintu restoran, Irwandi menopang Oktavia yang berjalan dengan tidak seimbang, “Aku antar kamu pulang.”dia bersiap-siap untuk melambaikan tangan memesan taksi.

“Aku tidak mau pulang.” wajah Oktavia yang kemerahan, kakinya memiring lalu menarik tangan Irwandi yang sedang melambai, “Aku mau menyanyi.”

“Baiklah.” Irwandi menyetujuinya dengan senyuman pahit. Malam ini dia gagal dalam membujuk, setiap kali pembicaraannya mengarah ke topik ini, Oktavia yang cerdas langsung melototinya. Kebetulan sampai di tempat karaoke, dia membiarkan Oktavia menyanyi untuk melampiaskannya, kemudian melihat apa ada kesempatan untuk membujuk.

Tiba di ruangan karaoke, Oktavia langsung memesan beberapa botol bir dan buah-buahan, saat pelayan mau berjalan pergi, Irwandi langsung memanggilnya, dia diam-diam memesan 2 porsi ronde. Dia dengan Oktavia belum makan malam, jika tidak makan sedikit ronde dan langsung minum bir, Oktavia pasti akan langsung mabuk pingsan dan melukai lambungnya.

Oktavia mengangkat bir, menaikkan kepalanya untuk minum, setelah melihat Irwandi sudah menekan lagunya, dia mengambil mikrofon untuk bernyanyi, ini adalah lagu ‘Korsel Kuda’ dari Faye Qong. Setelah selesai menyanyi, kebetulan pelayan mengantarkan ronde ke dalam.

Irwandi menyuruh pelayan meletakkannya di meja kecil, melihat pelayan berjalan keluar, Irwandi langsung mengambil botol bir dari Oktavia, dia membawakan ronde, “Makan sedikit, lalu minum bir dan nyanyi.”

Oktavia menggelengkan kepala, “Tidak ingin makan.”

“Jika tidak mau makan, maka jangan minum bir.” Irwandi mengambil semangkuk ronde dengan tertawa, kemudian sendiri mulai makan.

Melihat tatapan Oktavia mau menolak dan mengamuk, tetapi melihat senyuman Irwandi dan tatapannya yang keras, dia mengambil semangkuk, kemudian dengan tidak senang menghabiskan ronde itu, setelah selesai lanjut mengambil botol bir, menurunkan kepalanya menghabiskan bir di dalam botol.

Lalu lanjut bernyanyi mengikuti lagu di layar. Oktavia suka menyanyikan lagi Faye Wong, Irwandi tahu karena dulu saat Irwandi menemani mereka bernyanyi, Oktavia harus menyanyikan lagu Faye Wong.

Oktavia lanjut menyanyi mengikuti lagu di layar, dia terus minum bir, setelah menghabiskannya, dia mengulurkan tangannya kepada Irwandi. Lalu Irwandi yang duduk di samping, kini juga langsung memberikan dia botol bir. Suara Oktavia perlahan mengecil seiring bernyanyi, kadang-kadang tersedak.

Kini layar kebetulan memutarkan lagu ‘To Our Youth’, Oktavia bernyanyi: sudah gila, sudah lelah, sudah sakit, komedi dalam alam manusia;

Tertawa, memanggil dan pergi, masa muda yang tidak biasa, air mata di matanya mengalir. Dia meletakkan mikrofon dan mengambil tasnya berkata: “Irwandi, kamu nyanyi juga ya, aku ke kamar mandi sebentar.”

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu