Istri Pengkhianat - Bab 54 Welly Melaporkan Ke Polisi Lagi
Waktu kembali ke satu jam sebelumnya, ketika Irwandi dan Donita mengobrol di kedai teh. Welly jatuh ke tanah, dan melihat pria yang sedang melarikan diri dengan cepat.
Baru saja ketika dia pulang ke area perumahannya, ada seorang pria keluar dari kegelapan, mengayunkan tongkat kayu yang ada di tangannya, dan memukulkannya ke tanah, bahkan memukulkannya beberapa kali berturut-turut dengan keras, kemudian mengambil kesempatan untuk meraup ponsel yang ada di sakunya dan melarikan diri.
Melihat bayangan belakang pria yang melarikan diri itu, tidak tahu bagaimana Welly melihatnya, dia terlihat seperti Sojun Lu. Memikirkan perampokan di rumahnya semalam, Welly sedikit mengerti. Kemungkinan besar ini adalah perbuatan Sojun Lu, kalau tidak, bagaimana mungkin dia merebut ponselnya tadi.
Dia bangun dengan perlahan-lahan, Welly mempertimbangkan dan menganalisis dengan hati-hati. Sekarang, suaminya Marena sudah menemukannnya, dan juga memperingatkannya untuk tidak menyebarkan foto itu di suatu hari nanti. Pada saat ini, memikirkan tatapan dinginnya Irwandi pada saat itu, Welly sedikit merinding. Bagaimana mungkin menggunakan foto untuk melakukan sesuatu.
Tapi untungnya, fotonya sudah berada di tangan Yoyo, dan dia sendiri berada di bawah foto pernikahan Sojun Lu, tidur dengan Yoyo yang montok dan menawan beberapa kali di ranjangnya Sojun Lu. Ini juga bisa dianggap dia telah membalaskan setengah dendamnya.
Sekarang, jika memang benar ini adalah perbuatan Sojun Lu, itu akan bagus sekali. Juga tidak perlu mengkhawatirkannya untuk mengusirnya dari perusahaan. Karena tuduhan kejahatan pencurian dan perampokan tidak sepele, dan itu akan dihukum.
Bahkan jika Sojun Lu mengatakan karena dia sendiri yang memotretnya secara diam-diam, ini juga bukanlah masalah yang besar. Dan bisa menjelaskannya sendiri, karena penasaran dan memotretnya diam-diam. Foto yang dipotret secara diam-diam bukanlah sebuah foto porno, dan dia sendiri juga tidak menyebarkannya, bahkan tidak menggunakan foto itu untuk melakukan hal yang melanggar hukum. Mengenai ancaman terhadap Marena, setelah dipikirkan, pada saat itu Marena tidak akan berbicara, begitu juga dengan Irwandi. Dan pada saat itu, paling hanya akan diberi pelajaran kemudian didenda.
Di bawah perbandingan keduanya, kemudian Welly berjalan dengan sempoyongan dan melaporkan ke kantor polisi, pada saat bersamaan, dia juga mengatakan kecurigaannya terhadap Sojun Lu.
Yang merebut ponselku adalah Sojun Lu. Hari ini di pusat komputer, dia meminta seorang master untuk membuka kunci komputernya Welly, dan membuka penyimpanan cloud di dalam komputer, kemudian menghapus semua foto yang ada di dalamnya. Setelah memformat kompternya, dia menjual kompternya dengan harga yang relatif rendah.
Setelah melakukan semua ini, yang tersisa hanyalah foto yang ada di ponselnya Welly. Karena itu, dia memukul dan mencuri ponselnya Welly.
Setelah selesai, Sojun Lu mengendarai mobilnya ke tempat yang jauh, datang ke sebuah danau di taman, setelah melihat di sekeliling tidak ada orang, dia melemparkan ponsel itu jauh ke tengah danau. Dia menghela napas panjang, menyalakan sebatang rokok, mengendarai mobilnya dan memutarkan musik, kemudian pergi meninggalkan taman itu.
Sojun Lu yang merasa seluruh badannya sangat rileks, pada saat ini dia merasa sangat lapar, mencari restoran cepat saji, dan mengisi perutnya dengan kenyang, kemudian pulang dengan santai. Sesampai di area perumahan, setelah memberhentikan mobilnya, dia berpikir, seharusnya memberitahu Marena tentang hal ini.
Bukan hanya bisa menunjukkan kemampuannya, tetapi juga bisa mengatakan rindu kepadanya di dalam telepon. Mungkin Marena yang bersemangat akan segera menemuinya! Kemudian jika ada kesempatan, mungkin akan mendapatkan hal yang baik!
Sojun Lu yang duduk di dalam mobil, memikirkan gairahnya dan juga tidak terburu-buru pulang. Menyalakan sebatang rokok, setelah mempertimbangkannya sejenak, bagaimana untuk membuat masalah ini menjadi lebih berbahaya dan rumit, sehingga membuat Marena bersemangat dan berterimakasih kepadanya.
Setelah selesai memikirkannya, Sojun Lu melakukan beberapa panggilan berturut-turut kepada Marena, tapi dia tidak mengangkatnya. Dia sedikit tercengang, apakah suaminya Marena ada di sisinya, dia mengirimkan sebuah pesan ke Marena, setelah menunggu beberapa saat, dia masih juga belum menerima panggilan atau balasan dari Marena.
Mungkin malam ini Marena memang sedang dalam keadaan tidak bebas, kalau tidak, bagaimana mungkin dia tidak menanyakan hal sebesar ini, lagi pula besok masih ada kesempatan. Memikirkan hal ini, Sojun Lu turun dari mobil dan pulang ke rumahnya.
Setelah masuk ke dalam rumah, Sojun Lu melihat istrinya yang tampak bersinar duduk di sofa, dia tertegun dan kemudian sambil tersenyum dia berkata : “Istriku, apakah hari ini kamu melakukan perawatan masker wajah?”
“Kemarilah.” Yoyo menatap Sojun Lu tanpa ekspresi, menunjuk meja teh dan berkata : “Kamu lihatlah apakah kamu bisa melakukannya atau tidak, jika bisa, tanda tangani ini.”
“Apa-apaan.” Sojun Lu sambil membawa kunci di tangannya, dia tersenyum dan berjalan ke samping meja teh, melihat beberapa lembar kertas di atas, pada saat dia membungkuk dan hendak mengambil kertas itu, dia terkejut, kemudian dia berdiri dan menatap istrinya sambil berkata : “Istriku, apa maksudmu?”
“Maksudnya ada di atas kertas ini.” Yoyo mengisyaratkan dengan matanya ke arah kertas yang ada di atas meja teh, berkata : “Aku akan menceraikanmu.”
“Kenapa?” Sojun Lu menjadi emosional, “Aku tidak setuju.”
“Kenapa? kamu sendiri tahu jelas.” Suara Yoyo sangat sedih dan berkata : “Sekarang bukan masalah kamu setuju atau tidak, tapi aku yang memberitahumu. Jika kamu tidak setuju, maka kita akan bertemu di pengadilan.”
“Pengadilan juga tidak akan menghakimi kita untuk bercerai.” Sojun Lu duduk di sofa dengan emosional, meraih tangannya Yoyo, dan berkata dengan sedih : “Yoyo, apakah kamu sudah tidak mencintaiku lagi?”
“Apakah masih ada cinta di antara kita!” Yoyo yang tersakiti menarik tangannya dengan keras dan berkata : “Beberapa tahun ini, aku tidak perlu mengatakan lagi apa yang telah kamu lakukan. Dan sekarang kamu masih mengatakan cinta dengan tidak tahu malu!”
Sambil mengatakan itu, Yoyo mengeluarkan ponselnya, membuka sebuah foto dan menunjukkan kepada Sojun Lu, kemudian berkata : “Jika kamu tidak setuju, maka lebih baik kita bertemu di pengadilan.” Setelah selesai berbicara, dia berdiri dan kembali ke kamarnya, mengunci pintunya dengan rapat. Kemudian berbaring di atas kasur dan menangis terisak.
Sojun Lu yang mengikuti Yoyo di belakang, tidak bisa membuka pintu kamarnya, dan berteriak beberapa kali di balik pintu, tetapi masih tidak mendapatkan respon dari istrinya. Setelah kembali ke sofa, dia menatap surat perceraian yang ada di atas meja teh, dan duduk di sana dengan keadaan tercengang.
Di kedai teh, setelah memikirkannya dengan lama, Irwandi membuat keputusan. Dia berdiri dan meninggalkan kedai teh, dan berjalan ke depan dengan perlahan. Tapi dia bukan pulang ke rumahnya, melainkan ke hotel yang dia tinggali pada waktu itu, dia membuka kamar dan tinggal di sana.
Irwandi yang berdiri di jendala hotel, menatap pintu utama di area perumahan. Di dalam area perumahan adalah rumahnya, rumah yang dulunya sangat harmonis, dan yang pernah sangat dia cintai. Tapi, sekarang dia tidak ingin pulang.
Tidak ingin melihat wajah munafik istrinya, dan juga tidak ingin mendengarkan kebohongan istrinya lagi. Dia takut dia tidak bisa menahan diri dan terjadi pertikaian dengan istrinya, dan menyalahkan istrinya. Dalam beberapa tahun ini, meskipun dia tidak menginginkan pembalasan kasih sayang yang dia berikan kepada istrinya, tetapi istrinya juga tidak harus mempermalukannya seperti ini!
Suaminya masih belum pulang, dan juga tidak mengangkat teleponnya. Pada saat ini, Marena yang duduk di sofa ruang tamu, mengeluarkan ponselnya dengan gelisah, dan tidak ada panggilan atau pesan dari suaminya, ada panggilan dan pesan dari Sojun Lu, tetapi dia tidak mempunyai suasana hati untuk melihatnya.
Di benaknya penuh dengan pikiran : Apa yang terjadi dengan suamiku, ke mana suamiku pergi.
Marena yang sangat gelisah, membuat spekulasi yang memungkinkan. Apakah terjadi sesuatu terhadap suaminya,tapi suaminya sangat cerdas dan berhati-hati, tidak akan terjadi apa-apa kepadanya.
Apakah Welly tidak berhasil melakukannya semalam,hari ini Marena yang panik dengan suaminya, dia menelepon Welly.
Welly baru saja pulang tak lama dari kantor polisi, sedikit terkejut melihat telepon dari Marena. Namun dia mengangkatnya. Begitu panggilannya terhubung, langsung terdengar Marena yang bertanya dengan cemas : “Welly, apakah hari ini kamu menemui suamiku?”
Kenapa Marena bertanya seperti ini kepadanya, bukankah suaminya baru saja meninggalkannya, sekarang seharusnya ada pertikaian atau berkelahi dengannya. Setelah Welly berpikir sejenak dan ragu-ragu, dia bertanya: “Apa yang terjadi?”
“Apakah kamu menemui suamiku hari ini?” Marena benar-benar sangat gelisah.
“Tidak ada.” Welly menjawab dengan terus terang. Namun, di dalam hatinya berkata, suamimu yang datang menemuiku. Sejauh ini, kenapa suaminya masih belum memiliki pertikaian dengannya.
Karena suaminya tidak menemui Welly, Marena dengan cepat menutup teleponnya. Dan menebak apakah suaminya pergi menemui Donita, tetapi dia menelepon Donita berturut-turut dan teleponnya tidak aktif.
Marena yang terlalu khawatir, ingin keluar mencarinya, tetapi tidak tahu harus pergi ke mana.
Novel Terkait
Precious Moment
Louise LeeMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniNikah Tanpa Cinta
Laura WangCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinKisah Si Dewa Perang
Daron JayCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoBaby, You are so cute
Callie WangHidden Son-in-Law
Andy LeeIstri Pengkhianat×
- Bab 1 Siapa Laki Laki ini
- Bab 2 Memudarnya Cinta
- Bab 3 Kebohongan Istri
- Bab 4 Salah Kaprah
- Bab 5 Rumah Yang Rapi Dan Bersih
- Bab 6 Menghubungi Sahabat Istri
- Bab 7 Istri Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 8 Marena Berada di Hainan
- Bab 9 Menguak Kebohongan Istri
- Bab 10 Makan Dan Memergoki Perselingkuhan
- Bab 11 Pernikahan Yang Terlihat Bahagia
- Bab 12 Cerita Oktavia
- Bab 13 Marena Pulang
- Bab 14 Melihat Durex Lagi
- Bab 15 Pertama Kalinya Suami Istri Bertengkar
- Bab 16 Kesalahan Dalam Berdalih
- Bab 17 Tidak Beruntung Menjadi Suaminya
- Bab 18 Memeriksa CCTV Komplek Perumahan
- Bab 19 Kebingungan Marena
- Bab 20 Teringat Padanya
- Bab 21 Dari Bangga Berubah Menjadi Kecewa
- Bab 22 Meminta Bantuan Sahabat
- Bab 23 Sahabat pun Memandang Rendah Dirinya
- Bab 24 Tidak Bisa Kembali Lagi Ke Masa Lalu
- Bab 25 Sojun yang Datang Mencari
- Bab 26 Ayah Mertua dan Ibu Mertua
- Bab 27 Yang terpenting adalah Kamu.
- Bab 28 Kembali ke dulunya.
- Bab 29 Ujian Pernikahan
- Bab 30 Mengintimidasi Sang Istri
- Bab 31 Memutuskan Mencari Detektif
- Bab 32 Bersedia Membantu
- Bab 33 Menutupi
- Bab 34 Mencari Perusahaan Detektif
- Bab 35 Negosiasi
- Bab 36 Balas Dendam Atau Cinta Yang Tidak Jelas
- Bab 37 Kesadisan Istri
- Bab 38 Sombong Yang Palsu
- Bab 39 Permintaan Dari Panggilan Tidak Dikenal
- Bab 40 Menceritakan Keseluruhan Cerita
- Bab 41 Donita yang Tidak Bisa Tahan Lagi
- Bab 42 Apakah Masih Mencintainya?
- Bab 43 Dendam Welly Dan Sojun Lu
- Bab 44 Masuk ke Dalam Jebakan
- Bab 45 Solusi Sojun Lu
- Bab 46 Istri yang Meninggalkan Rumah pada Tengah Malam
- Bab 47 Marena Berada Di Kamar Hotel
- Bab 48 Kembali Memberi Kesempatan
- Bab 49 Welly Ingin Memakan Masakan Yoyo
- Bab 50 Welly Memenangkan Yoyo
- Bab 51 Menghadapi Selingkuhan Istri
- Bab 52 Bersiap-Siap Pulang untuk menjelaskan
- Bab 53 Irwandi Memutuskan Balas Dendam
- Bab 54 Welly Melaporkan Ke Polisi Lagi
- Bab 55 Sojun Lu Ditangkap
- Bab 56 Cerai
- Bab 57 Rumah Kosong Dan Sunyi
- Bab 58 Oktavia Bercerai
- Bab 59 Penderitaan Marena
- Bab 60 Sendiri Orang Terakhir Yang Mengetahui Kebenaran
- Bab 61 Diinterogasi oleh Ayah dan Ibu Mertua
- Bab 62 Balas Dendam Yoyo
- Bsb 63 Irwandi Naik Jabatan
- Bab 64 Marena ingin rujuk kembali
- Bab 65 Marena Datang Ke Perusahaan Untuk Mencari Irwandi
- Bab 66 Penolakan Irwandi
- Bab 67 Menyadarkannya
- Bab 68 Percakapan Antara Irwandi dan Marena
- Bab 69 Undangan Makan dari Oktavia
- Bab 70 Ayo Kita Pulang (End)