Istri Pengkhianat - Bab 59 Penderitaan Marena
Hari senin, Oktavia dan Ronald berjalan keluar dari Kantor Catatan Sipil yang baru mulai bekerja. Tak butuh waktu lama, mereka berdua telah keluar membawa sertifikat perceraian di tangan mereka masing-masing.
Dia menatap Ronald dengan lekat serta memegang sertifikat cerainya dengan erat, lalu Oktavia berkata dengan lembut, “Jaga kesehatan.” lalu dia berbalik badan dan pergi. Pada saat dia berbalik badan, saat itulah air matanya menetes membasahi pipinya.
Menatapi Oktavia yang hendak pergi dari hadapannya, bibir Ronald pun mulai bergetar dan berusaha membuka mulutnya, dengan suara lantang dia memanggil, “Istriku.” setelah memanggilnya dan melihat dia tak menoleh, air mata Ronald juga tak bisa dibendung lagi, dia menangis meratapi kepergian Oktavia.
……
Pada saat ini, Irwandi yang sedang duduk di ruangannya, dia merasa sangat canggung. Dirinya sedang dipelototi oleh Cikka dan menatapnya dengan seksama, lalu mendengarkan celotehan yang tak kunjung berhenti dari mulutnya, “Saudaraku, kamu sakit apa, kenapa beberapa hari ini tidak bertemu, kamu jadi begitu kurus? Matamu cekung, bahkan raut wajahmu juga tampak kusam.”
“Hehe.” Irwandi tertawa ringan : “Tiba-tiba terserang demam, bukan masalah besar, suntik beberapa kali saja sudah sembuh.”
“Apa sudah benaran sembuh? Perlukah kita untuk pergi ke dokter lagi?” ujar Cikka cemas. Sebenarnya, dalam hatinya dia ingin bertanya lagi : kenapa dari tatapan matamu, seperti ada kesedihan? Tapi, dia tak berani menanyakannya, dia takut menyakiti Irwandi.
“Terima kasih, aku sudah sembuh, tak perlu lagi ke dokter.” ucap Irwandi sambil tersenyum, lalu, “Sana kamu kembali bekerja, aku juga ada kerjaan yang harus diselesaikan.”
“Oh, kalau begitu aku pergi dulu.” Cikka dengan patuh menyetujuinya, pada saat dia berbalik badan dan hendak pergi, dia kembali menoleh dengan senyum anehnya : “Saudaraku, jika kamu memerlukan bantuanku, jangan sungkan-sungkan ya. Contohnya seperti, menemanimu makan atau berkaroke dan lain-lain.”
“Haha, iya.” jawab Irwandi sambil tertawa. Setelah melihat Cikka kembali ke ruangannya, dia pun mulai fokus bekerja. Tapi, Irwandi merasa, Cikka sepertinya bisa melihat apa yang sudah terjadi dengan dirinya, kalau tidak, tidak mungkin secara kebetulan dia begitu patuh meninggalkannya dan berubah seolah-olah ingin menghiburnya.
Saat Irwandi mengurus kerjaannya, Yoyo sedang berada di bawah gedung Perusahaan Asia Top, dia menelepon Welly dan menyuruhnya turun, dia memintanya untuk menemani dirinya pergi ke kantor polisi. Tapi, Yoyo hanya melihat Welly masuk dari kejauhan.
Setelah masuk ke kantor polisi, dia pun menjelaskan kepada polisi, bahwa dia sendiri yang salah mengingat tentang uang yang dia simpan di rumah. Dia baru mengingatnya, saat itu dia memang sudah menarik uang sebesar 20 juta rupiah yang hendak dipakai olehnya untuk berbelanja, tapi setelah itu, karena malamnya dia hendak mengundang makan, dia kembali mengeluarkan uang sebesar 16 juta. Dan sekarang, istri dari Sojun Lu ini sudah mengembalikan uangnya padanya.
Dan alasan kenapa Welly bersedia merubah pikiran, ini semua karena Yoyo Liu. Setelah Yoyo mendengarkan dan mengetahui, bahwa Welly bisa mengurangi uang tunai yang ada, dan dia juga bisa membayar kompensasinya kembali, maka, kesalahan Sojun akan menjadi lebih ringan.
Setelah mengetahui dengan jelas, Yoyo kembali lagi mencari Welly, dan membuat kesepakatan dengan Welly, bahwa dia akan menemani Welly dalam jangka waktu 3 bulan. Setelah menyepakati persyaratan ini, Yoyo Liu saat itu juga di dorong ke tempat tidur oleh Welly, lalu menerjangnya dengan ganas.
Pagi ini, Marena yang juga masuk kerja hari ini, dihujani beberapa pertanyaan dari rekan kerjanya yang mencemaskannya.
Kenapa raut wajahmu begitu kusam?
Apa kamu sakit?
Atau mengejeknya, Irwandimu sungguh hebat, dia bisa membuat kamu tampak kelelahan. Kamu harus lebih waspada.
Mengenai perhatian dan lelucon konyol yang dilontarkan oleh rekan-rekannya, Marena enggan menjawabnya, dia segera berjalan masuk ke ruangannya. Dulu, ketika dia masuk bekerja, dia segera menyibukkan dirinya dengan urusan kantor. Dan sekarang, dia malah duduk melamun di ruangannya.
Hari itu, dia sudah bergegas untuk pindah dari rumah itu, dan malamnya dia hanya terduduk di atas ranjang, dia tak hanya merasa menyesal, melainkan sangat menyesal. Dia memeluk foto pernikahannya di dalam dekapannya, dia merindukan suaminya, sangat merindukannya.
Dulu, saat dia keluar dinas atau suaminya yang keluar dinas, dia tidak pernah merindukannya. Tapi sekarang, saat dia sudah kehilangan Irwandi untuk selamanya, dia baru menyadari, Irwandi benar-benar telah memasuki lubuk hatinya, membuat dia merasa sangat pahit, sangat menyakitkan hingga ke uluh hati, air mata kesedihannya membasahi wajahnya.
Dan dalam beberapa hari ini, Marena hanya bersembunyi di dalam ruangannya, tak henti-hentinya dirinya melihat sertifikat perceraian yang ada di sana, semakin dia melihatnya, hatinya semakin sakit. Dia akhirnya mengerti, dirinya benar-benar sangat mencintai Irwandi. Lalu kenapa dia bertindak seperti ini kepada Irwandi? Karena cinta dari Irwandi membuat dia lupa diri. Karena cintanya, membuat dia menjadi sombong dan kuat, dia lalu berusaha membangun citra seorang wanita di depan suaminya.
Sekarang, Marena juga sudah berpikir dengan jernih, juga karena dia selama ini selalu sombong dan kuat terhadap Irwandi, tapi sebenarnya, dia tak pernah berhenti menikmati cinta yang diberikan oleh Irwandi. Dan masalah Sojun, dia hanyalah sekedar makanan pembuka saja.
Dia bertemu dengan Sojun pada tahun ini saat acara perjamuan sekolah menengah. Marena sungguh menyiapkan siasat untuk membalas dendam atas campakkan dari Sojun tahun itu. akhirnya, dia melakukannya, demi membuat Sojun kembali jatuh cinta padanya, diam-diam Marena sudah melakukan banyak hal.
Pada akhirnya, entah sejak kapan, pada saat Sojun meminta maaf, saat Sojun mengungkapkan kata-kata manisnya, Marena akhirnya tidak membalaskan dendamnya, malah jatuh cinta padanya.
Apakah dirinya telah jatuh cinta pada Sojun saat tenggelam dalam penderitaan ini? Dia menggelengkan kepalanya dengan pasti. Dia tidak mencintainya. Ini hanya keangkuhan yang ada di dalam lubuk hatinya, dia senang mendengarkan kata-kata manisnya, dia senang saat dia menolak untuk bertemu dan Sojun Lu akan memohon untuknya.
Lelaki yang dia cintai tetap Irwandi!
Jadi, dia melakukan semua yang mungkin bisa untuk menyembunyikan ini dari suaminya. Jadi selama ini, dia merasa beruntung Irwandi tampak memaafkan dirinya. Tapi, saat semua sudah tak bisa lagi disembunyikan, semua telah terlambat dan tak bisa diperbaiki lagi.
Saat Marena sedang mengintrospeksi dirinya di atas ranjang, kenangan manis nan indah saat dia dan Irwandi tak henti-hentinya muncul di benaknya. Air mata membasahi wajahnya, beberapa kali dia ingin mengambil ponselnya dan ingin menelepon Irwandi, ingin memberitahunya bahwa dirinya merindukannya, dirinya sangat mencintainya, ingin kembali bersama dengannya. Tapi, dia yang baru saja bercerai ini, tak mempunyai keberanian ini.
Marena yang sedang menderita memikirkan hal ini, dia bahkan turun dari tempat tidurnya dan berjalan hingga depan rumahnya, dia melihat jendela yang sudah gelap di sana. Dia memberanikan dirinya untuk masuk ke dalam rumahnya, tapi, suaminya tidak berada di sana.
Akhirnya dalam beberapa malam ini, Marena selalu ke rumah tak berpenghuni ini setiap malam. Dan pada saat sabtu malam, pada saat dia kembali lagi, dia melihat sosok suaminya dari gerbang perumahan.
Di bawah sinar lampu, dia bisa melihat dengan jelas sosok suaminya yang sudah kurus itu. Marena hampir saja tak kuasa menahan ingin segera menghampirinya, tapi, dia tak memiliki keberanian setelah dia melihat sekelompok orang di pinggir jalan itu, dia hanya bisa mengikuti Irwandi dari belakang, melihatnya sedang melamun di pinggir jalan, melihat dia berjalan sendiri, dan melihatnya memasuki sebuah bar.
Marena juga ikut masuk ke bar, dia mencari sebuah tempat duduk yang sedikit jauh dengan Irwandi, tapi juga bisa mengawasinya dari kejauhan. Saat berada di dalam bar, dia sangat senang ketika melihat Irwandi menolak beberapa wanita yang mencoba menggodanya. Tapi dia sangat sakit hati, ketika melihat Irwandi minum.
Dan sepanjang malam ini, Marena terus mengawasi Irwandi secara diam-diam dari belakang, sampai akhirnya melihat Irwandi berjalan sendiri masuk ke rumahnya.
Di minggu malam, Marena kembali pergi ke rumahnya, dia melihat lampu rumahnya telah menyala dengan terang, dia pun mencoba memberanikan dirinya, lalu ragu-ragu dalam waktu yang lama, hingga lampu itu padam, dan pulang dengan kecewa.
Saat kembali ke rumah sewaannya, Marena memikirkan banyak cara untuk kembali lagi ke pelukan Irwandi. Tapi, caranya semua tidak baik. Dia kembali teringat dengan Donita, Donita mempunyai pengalaman dalam bercerai, setidaknya tidak malu untuk belajar dengannya.
Saat ini, Marena yang sedang bersedih mulai menelepon Donita.
Tapi pada saat ini, Donita juga tengah sibuk dengan air mata dan kesedihannya.
Dua hari belakangan ini, Donita telah berupaya dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan persetujuan dari Whesky, yang akhirnya bisa membuat dia kembali untuk menemani putrinya. Dan sebelum telepon itu berdering, dan setelah dia menidurkan putrinya, Donita yang sedang mengenakan baju tidurnya memberanikan diri membuka pintu kamar suaminya, dia mengeluarkan segala kelembutannya untuk menggoda Whesky.
Whesky yang masih memiliki rasa dengan Donita, dia tak kuasa menahan godaan dari tubuh Donita yang masih muda dan kuat ini, apalagi, dia juga menginginkannya, tapi, ketika dia berbaring di atas tubuh Donita sambil memejamkan matanya, sebuah bayangan istrinya dengan pezina melintas di benaknya, pada saat ini juga, dia segera memutarkan tubuhnya dan mengerang.
Whesky tiba-tiba lemas, dia menatap Donita dengan tatapan penuh kesal dan sakit hati, lalu perlahan turun dari tubuhnya.
Merasakan perubahan keras pada tubuh suaminya dan tiba-tiba menjadi lemas ini, bahkan dia juga telah turun dari tubuhnya, Donita akhirnya sadar, dan melihat kepedihan dan kepahitan yang ada di suaminya. Dia juga sangat sedih dan sakit hati, air matanya mengalir, bibirnya tak henti-hentinya mengeluarkan perkataan maaf, tangannya tak henti-hentinya menyentuh suaminya.
Tapi, ini semua tak berguna, suaminya telah melemas. Donita menangis dengan tragis, dia beranjak dari tempat tidur dan berlutut di hadapan sang suami, dia menyelipkan rambut panjangnya di belakang telinganya, lalu melingkarkan tangannya di pinggang suaminya dan mengulum milik suaminya yang sudah lemas.
Dan pada saat ini, ponselnya berdering, bagaimana mungkin Donita bisa pergi mengangkatnya, sejujurnya, ini merupakan sebuah telepon yang datang bukan pada waktunya, yang hanya merusak suasana.
Deringan ponsel ini juga menyadarkan Whesky, dia melihat sosok istrinya yang dulu begitu anggun dan baik hati, kini bisa melakukan hal seperti ini untuknya, dia sangat terkejut, sejak kapan istrinya bisa melakukan hal ini, apa jangan-jangan, dia sering melakukan hal ini pada pezinanya?
Whesky mendorongnya dan perlahan bangkit dari duduknya, lalu berkata dengan dingin : “Pergilah.” Selesai berbicara, dia segera menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut dan membungkus dengan rapat.
Dia menelepon dua kali berturut-turut pada Donita, dan tak seorang pun mengangkatnya. Marena meletakkan ponselnya dengan tak berdaya, dia kembali meringkuk di atas tempat tidurnya, dan meratapi kamar yang begitu hampa ini.
Raut wajah Marena yang terlihat sangat buruk ini, tengah duduk dengan murung di dalam ruangannya. Di dalam pikirannya, dia bertanya-tanya, apa yang sedang Donita lakukan sehingga tidak mengangkat teleponnya? Dia harus bagaimana, agar bisa kembali dengan Irwandi dan kembali pada kehidupan dulu, di mana dia dan Irwandi melewati hari-hari dengan manis dan bahagia.
Novel Terkait
Cinta Yang Tak Biasa
WennieHei Gadis jangan Lari
SandrakoTakdir Raja Perang
Brama aditioSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraIstri Pengkhianat×
- Bab 1 Siapa Laki Laki ini
- Bab 2 Memudarnya Cinta
- Bab 3 Kebohongan Istri
- Bab 4 Salah Kaprah
- Bab 5 Rumah Yang Rapi Dan Bersih
- Bab 6 Menghubungi Sahabat Istri
- Bab 7 Istri Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 8 Marena Berada di Hainan
- Bab 9 Menguak Kebohongan Istri
- Bab 10 Makan Dan Memergoki Perselingkuhan
- Bab 11 Pernikahan Yang Terlihat Bahagia
- Bab 12 Cerita Oktavia
- Bab 13 Marena Pulang
- Bab 14 Melihat Durex Lagi
- Bab 15 Pertama Kalinya Suami Istri Bertengkar
- Bab 16 Kesalahan Dalam Berdalih
- Bab 17 Tidak Beruntung Menjadi Suaminya
- Bab 18 Memeriksa CCTV Komplek Perumahan
- Bab 19 Kebingungan Marena
- Bab 20 Teringat Padanya
- Bab 21 Dari Bangga Berubah Menjadi Kecewa
- Bab 22 Meminta Bantuan Sahabat
- Bab 23 Sahabat pun Memandang Rendah Dirinya
- Bab 24 Tidak Bisa Kembali Lagi Ke Masa Lalu
- Bab 25 Sojun yang Datang Mencari
- Bab 26 Ayah Mertua dan Ibu Mertua
- Bab 27 Yang terpenting adalah Kamu.
- Bab 28 Kembali ke dulunya.
- Bab 29 Ujian Pernikahan
- Bab 30 Mengintimidasi Sang Istri
- Bab 31 Memutuskan Mencari Detektif
- Bab 32 Bersedia Membantu
- Bab 33 Menutupi
- Bab 34 Mencari Perusahaan Detektif
- Bab 35 Negosiasi
- Bab 36 Balas Dendam Atau Cinta Yang Tidak Jelas
- Bab 37 Kesadisan Istri
- Bab 38 Sombong Yang Palsu
- Bab 39 Permintaan Dari Panggilan Tidak Dikenal
- Bab 40 Menceritakan Keseluruhan Cerita
- Bab 41 Donita yang Tidak Bisa Tahan Lagi
- Bab 42 Apakah Masih Mencintainya?
- Bab 43 Dendam Welly Dan Sojun Lu
- Bab 44 Masuk ke Dalam Jebakan
- Bab 45 Solusi Sojun Lu
- Bab 46 Istri yang Meninggalkan Rumah pada Tengah Malam
- Bab 47 Marena Berada Di Kamar Hotel
- Bab 48 Kembali Memberi Kesempatan
- Bab 49 Welly Ingin Memakan Masakan Yoyo
- Bab 50 Welly Memenangkan Yoyo
- Bab 51 Menghadapi Selingkuhan Istri
- Bab 52 Bersiap-Siap Pulang untuk menjelaskan
- Bab 53 Irwandi Memutuskan Balas Dendam
- Bab 54 Welly Melaporkan Ke Polisi Lagi
- Bab 55 Sojun Lu Ditangkap
- Bab 56 Cerai
- Bab 57 Rumah Kosong Dan Sunyi
- Bab 58 Oktavia Bercerai
- Bab 59 Penderitaan Marena
- Bab 60 Sendiri Orang Terakhir Yang Mengetahui Kebenaran
- Bab 61 Diinterogasi oleh Ayah dan Ibu Mertua
- Bab 62 Balas Dendam Yoyo
- Bsb 63 Irwandi Naik Jabatan
- Bab 64 Marena ingin rujuk kembali
- Bab 65 Marena Datang Ke Perusahaan Untuk Mencari Irwandi
- Bab 66 Penolakan Irwandi
- Bab 67 Menyadarkannya
- Bab 68 Percakapan Antara Irwandi dan Marena
- Bab 69 Undangan Makan dari Oktavia
- Bab 70 Ayo Kita Pulang (End)