Istri Pengkhianat - Bab 58 Oktavia Bercerai
Entah sudah berapa lama dirinya berbaring, Irwandi mulai membukakan matanya dan beranjak dari tempat tidurnya, dia berjalan ke ruang tamu dan membawa kopernya masuk ke kamar, ia mulai Menyusun-nyusun pakaiannya di lemari yang sudah kosong ini, kemudian mengganti pakaian kotornya, lalu memasak sedikit bubur, dan pergi dari rumah.
Setelah selesai merapikan rambutnya, dia membeli selimut baru dan beberapa keperluan lainnya di supermarket. Kemudian setelah pulang ke rumah, dia membersihkan rumahnya dengan bersungguh-sungguh, mengganti selimut yang ada di kamarnya, dan menyantap bubur yang dimasaknya, setelah itu dia keluar rumah lagi.
Dia tidak ingin berdiam diri di rumah yang begitu kosong itu. Malam di awal musim dingin ini datang lebih cepat, jalanan mulai diterangi lampu-lampu jalan, sangat ramai. Bahkan di setiap sudut, terlihat para ibu-ibu sedang menari, dan juga terdapat beberapa muda-mudi yang menari dengan energik.
Dia berdiri untuk menyaksikan kemeriahan yang ada, tapi, tetap saja terasa sepi dan hampa di hatinya, Irwandi pun berbalik dan berjalan ke arah bar. Cahaya lampu remang-remang serta musik yang begitu membangkitkan gairah orang-orang untuk berjoget liar di lantai dansa. Menghadapi semua ini, Irwandi yang sedang kesepian ini mulai mencari sebuah tempat di sudut, dan duduk di sana.
Di luar jalanan bar ini, terlihat seseorang tengah mengenakan topi dan kacamata, dia adalah Ronald. Dia menunduk dan berjalan dengan cepat ke arah depan, hingga di tengah jalan, dia pun berhenti lalu melihat sekelilingnya, kemudian dengan langkah cepat memasuki Hotel International Brigil.
Sejak Oktavia mengusulkan untuk bercerai dengannya, Ronald yang memetik pelajaran dari pengalaman menyakitkannya mulai mengajak Lina sang kekasih untuk putus. Hingga saat ini, dia tak lagi berhubungan dengan Lina, dia juga telah bertekad untuk memutuskan hubungan dengannya.
Tapi hari ini, karena hari ulang tahun dari sang kekasih, Lina dengan penuh sakit hati mengusulkan untuk bertemu untuk terakhir kalinya dengan Ronald. Karena Lina memohon dengan sangat, akhirnya Ronald pun tak kuasa menolaknya dan berbohong kepada sang istri, bahkan dia tidak berani mengemudi mobilnya, dan berjalan ke lokasi yang ditentukan oleh kekasihnya.
Setelah selesai mengurus kamar dan masuk ke dalamnya, dia pun mengeluarkan kado ulang tahun dari sakunya dan meletakkannya di atas meja, lalu mengirim nomor kamar ke Lina. Kekasihnya Lina sedang berdiam diri di sebuah gubuk kecil yang tak jauh dari hotel, setelah menerima pesan dari Ronald, dia pun menulis ulang pesan tersebut sambil menggertakkan giginya dan mengirimkannya dengan nomor lain, lalu kembali duduk sebentar dan barulah berjalan memasuki hotel.
Oktavia yang sedang berada di rumah, tertegun melihat sebuah pesan yang ada di ponselnya, tertulis Ronald dan kekasihnya sedang berada di kamar 606 Hotel International Brigil. Siapa dan apa tujuan orang ini mengirimkan pesan seperti ini?
Setelah bujukan Irwandi hari itu, hati Oktavia merasa sedikit lega dan bersiap untuk memberikan suaminya satu kesempatan lagi. Ronald juga belakangan ini berperilaku dengan baik, jam kerja dan juga kinerjanya juga sangat normal, Okktavia juga beberapa kali menghubungi mata-mata sewaannya dan mereka juga mengatakan tidak menemukan keanehan yang ada pada Ronald.
Tapi, apakah suaminya begitu keras kepala? Oktavia segera menghubungi mata-matanya dan mereka mengkonfirmasi bahwa Ronald memang memasuki Hotel International Brigil. Dalam luapan amarahnya yang tak tertahankan, dia segera memesan taksi untuk mengantarkan anaknya ke rumah orang tuanya, lalu menuju ke hotel tersebut.
Waktu telah berjalan 40 menit lebih, Ronald dan Lina pun juga telah menyelesaikan ‘kegiatan’ mereka, Ronald yang sedari tadi ingin beranjak pergi, selalu dicegat oleh Lina yang tak ingin melepaskan dirinya, dia terus menempel pada Ronald dan tak ingin dia beranjak dari ranjang. Tak henti-hentinya dia memohon Ronald untuk menemaninya sebentar dan sebentar lagi, dan di waktu yang bersamaan, dia juga terus merangsang kepekaan tubuh Ronald.
Merasakan rangsangan dari sentuhan dan juga melihat ekspresi menggoda dari Lina, Ronald kembali bereaksi menerkam Lina dengan buas dan memuaskannya. Dengan penuh semangat Ronald melakukan aksinya, dia berpikir, lagi pula setelah ini dia juga tidak akan menemui wanita ini lagi, dan ini adalah yang terakhir kalinya dari yang terakhir. Sambil berpikir demikian, Ronald yang baru saja membalikkan badannya dan baru saja memasukan miliknya ke milik Lina, tiba-tiba mendengar bel kamar berbunyi.
Siapa lagi yang tiba-tiba mengejutkan Ronald? Sebuah keanehan di tengah kepuasan ini melintas di mata Lina, lalu dia pun memeluk Ronald dengan erat, dan terus mendesah dengan keras, “Suamiku, jangan hiraukan, ayo… lebih cepat lagi…”
Oktavia yang sedang berdiri di depan pintu, api kemarahan mulai memuncak setelah mendengar suara desahan itu, lalu menggedor pintu dengan kuat, dan berteriak : “Ronald, buka pintunya!”
Dalam sekejap, raut wajah Ronald berubah, tubuhnya kaku dan seketika lemas, lalu segera turun dengan panik dari tubuh Lina, dia pun mondar-mandir panik di dalam kamar, tapi tak menemukan tempat untuk bersembunyi di sana. Lina diam-diam tersenyum sinis, lalu berkata : “Cepat ke kamar mandi.”
Setelah mendengarkan perkataan Lina, dia segera mengambil pakaiannya dan tak lupa celana dalamnya bergegas lari ke kamar mandi, setelah menunggu dia menutup pintu kamar mandi dengan sangat pelan, Lina pun dengan santai menggulung badannya dengan selimut dan berjalan ke belakang pintu, lalu membukakan pintu untuk Oktavia, dengan mengulurkan kepalanya serta bertanya dengan lembut : “Siapa kamu, ada apa?”
Melihat raut wajah wanita ini yang sedang merona dan menawan ini, Oktavia tidak menggubrisnya, dia mengulurkan tangannya dan mendorong pintu itu dengan sekuat tenaganya, lalu berjalan masuk ke dalam kamar.
Melihat Oktavia seperti ini, Lina segera menutup pintunya dan mengikutinya dari belakang, lalu dengan kasar berkata : “Kamu ini kenapa, tolong keluar dari sini, kalau tidak aku akan lapor polisi.”
Oktavia sama sekali tidak menghiraukan celotehan dari Lina di belakangnya, dia melirik sekeliling kamar yang tidak begitu besar ini, lalu membuka lemari pakaian, tapi tak menemukan keberadaan Ronald, tapi dia tak sengaja mendapati sepatu kulit di samping tempat tidur, itu milik Ronald!
Dia berjalan ke depan kamar mandi, lalu mendorong pintu itu dengan tangannya, tapi pintu itu dalam keadaan terkunci, dia berkata : “Ronald, aku tahu kamu ada di dalam, keluar sekarang juga!”
Ronald yang sedang bersembunyi di sana sedang bergegas memakai bajunya dengan pelan, tapi gerakannya tiba-tiba terhenti setelah mendengar suara dari sang istri. Kali ini Lina pun maju, dia menarik Oktavia keluar sambil berkata : “Kamu ini wanita apa-apaan? Di dalam itu suamiku, jika kamu seperti ini terus, aku sungguh akan lapor polisi.”
Oktavia menyangkal tangannya yang dipegang oleh Lina, lalu menatap Lina dengan lekat, dan menyipitkan matanya, lalu berkata : “Apa kamu tidak tahu siapa aku? Sudahlah, tak usah lagi berpura-pura.” Oktavia terdiam sejenak, lalu berkata sepatah demi sepatah : “Kamu pikir aku tidak tahu siapa yang mengirimkan pesan itu padaku, itu adalah kamu!”
Setelah ditatap oleh Oktavia, Lina merasakan sekujur tubuhnya sedikit bergetar, apalagi setelah mendengar Oktavia berkata demikian, Lina terkejut lalu memundurkan langkahnya dan berkata dengan panik : “Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan!”
“Kamu memang sangat hebat dalam berpura-pura, tapi kamu sekarang telah tertangkap basah olehku, dan kamu takut, kan.” Oktavia menatap Lina dengan tajam dan berkata, “Orang yang paling menginginkan aku dan Ronald bercerai adalah kamu, karena setelah bercerai, kamu mungkin mempunyai kesempatan untuk menjadi Nyonya Ronald yang baru. Tapi, kamu tenang saja, aku tidak akan memukulmu, aku juga tidak akan memarahimu, sebaliknya, aku akan membantumu.”
Setelah terdiam sejenak, nada bicara Oktavia mulai mereda, dia kembali melanjutkan : “Karena, aku mengerti kamu. Sebagai seorang wanita, kamu berhubungan dengan Ronald secara sembunyi-sembunyi, dan bahkan selalu merasa tidak tenang, lalu kamu buru-buru ingin mempunyai kejelasan, aku juga mengerti akan hal ini.
Aku berharap setelah kamu mendapatkan posisi dalam hubunganmu, kamu tidak bersikap kasar padanya, cintai dan sayangilah dia dengan baik. Secara umum, Ronald orangnya sangat baik, karena kamu sudah bisa menjadi Nyonya Ronald, aku harap kamu tak lagi melakukan kesalahan di masa yang akan datang.”
Lina tersipu malu dan menunduk. Ronald yang sedang berada di kamar mandi, dia mulai panik setelah mendengar perkataan ini, air matanya mulai menggenang di pelupuk matanya, dan juga sedikit kesal dengan Lina. Dia pun membuka pintu kamar mandi dan bergegas berlari keluar.
Melihat sang suami yang hanya mengenakan dalamannya, meskipun dia telah mempersiapkan dirinya, tapi hatinya tetap saja merasa tertusuk pisau tajam. Matanya mulai memerah, lalu tersenyum getir, “Akhirnya kamu keluar, kalau begitu aku pulang dulu.” sambil berkata, dia pun berjalan ke arah pintu kamar.
Ronald ingin mengulurkan tangannya untuk menariknya, tapi dia tak berani, dia pun hanya mengikuti istrinya dari belakang, dan pada saat dia merasakan tertiup angin dari luar, barulah dia tersadar bahwa dirinya hanya mengenakan pakaian dalam saja. Segera dia bergegas memakai pakaiannya dan berlari keluar untuk mengejar Oktavia.
Melihat Ronald yang berlari keluar tanpa meliriknya dengan sekilas, Lina pun terduduk di atas ranjang dan mengeluarkan sebuah senyuman sinis. Bagaimanapun harapannya sudah di depan mata, bukan? Meskipun Oktavia telah mengatakan bahwa dirinya lah yang mengirimkan pesan itu. Dia percaya, dia mampu membuat Ronald untuk memaafkan dirinya.
Setelah keluar dari hotel, dia sudah tak menemukan lagi bayangan istrinya, dia menelepon istrinya terus-terusan, tapi istrinya tak kunjung mengangkatnya. Ronald yang malu tapi juga cemas, segera dia memberhentikan sebuah taksi dan pulang ke rumahnya.
Tiba di rumah, dia melihat lampu telah menyala dengan terang di lantai bawah, hatinya seketika merasa jauh lebih tenang.
Dia pun merokok beberapa batang rokok, lalu berjalan dengan hati-hati memasuki rumahnya. Kemudian, dia mendapati istrinya yang sedang duduk di sofa ruang tamu, dengan ekspresi tenang dan air mata yang mengalir. Rasa bersalah dan menyalahkan dirinya terus bermunculan di benaknya, dan seketika dia tak mampu berbicara.
Oktavia yang melihat Ronald telah kembali, dengan segan menyapanya : “Kamu sudah pulang, sini duduk sebentar.” sambil berkata dia menunjuk sofa yang ada di depannya, melihat Ronald dengan patuhnya duduk di depannya, dia kembali berkata : “Tolong tanda tangani surat ini, hari senin nanti aku akan mengurusnya.” sambil berkata, dia pun meletakkan surat cerai di atas meja, lalu mendorongnya hingga ke hadapan Ronald.
“Istriku, aku…”
Mendengar Ronald hendak berbicara, Oktavia segera menyelanya : “Kamu tak usah banyak bicara lagi. Waktu itu, aku meminta cerai padamu, dan hari keduanya, kamu duduk di depan pintu kamar, dan juga meminta Irwandi untuk membujukku. Aku sudah memberimu kesempatan.
Aku jujur saja padamu, akhirnya aku menyewa mata-mata untuk mengawasimu, selama kamu bisa berubah dan mengingat identitasmu sebagai Ayah dari Kendo, aku bisa memaafkanmu. Tapi, dengan apa yang kamu perbuat sekarang, bagaimana aku bisa memaafkanmu! Jika, kita berdua bertukar posisi, aku lagi-lagi berbuat kesalahan, apa kamu bisa memaafkan aku!”
Kata-kata ini membuat hati Ronald tersentak. Benar juga, dirinya tak mungkin bisa memaafkan, selain itu, mungkin dia akan bertengkar hebat dengannya, dan pergi melampiaskan dengan para pezina di luar sana. Dan sekarang dirinya masih tak tahu malu, untuk menyuruh istrinya memaafkan dia! Tapi dalam hatinya dia masih merasa enggan dan tak rela untuk bercerai dengan sang istri.
Terdiam di dalam kamar.
Setelah beberapa saat kemudian, Oktavia dengan tenang berkata : “Tanda tanganlah, aku tidak ingin bertengkar hingga menjadi omongan orang-orang.”
Ronald tak berdaya, dengan tangan gemetar dia pun menandatangani surat cerai tersebut.
Novel Terkait
Rahasia Istriku
MahardikaBaby, You are so cute
Callie WangCinta Yang Terlarang
MinnieCinta Dan Rahasia
JesslynAnak Sultan Super
Tristan XuYour Ignorance
YayaIstri Pengkhianat×
- Bab 1 Siapa Laki Laki ini
- Bab 2 Memudarnya Cinta
- Bab 3 Kebohongan Istri
- Bab 4 Salah Kaprah
- Bab 5 Rumah Yang Rapi Dan Bersih
- Bab 6 Menghubungi Sahabat Istri
- Bab 7 Istri Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 8 Marena Berada di Hainan
- Bab 9 Menguak Kebohongan Istri
- Bab 10 Makan Dan Memergoki Perselingkuhan
- Bab 11 Pernikahan Yang Terlihat Bahagia
- Bab 12 Cerita Oktavia
- Bab 13 Marena Pulang
- Bab 14 Melihat Durex Lagi
- Bab 15 Pertama Kalinya Suami Istri Bertengkar
- Bab 16 Kesalahan Dalam Berdalih
- Bab 17 Tidak Beruntung Menjadi Suaminya
- Bab 18 Memeriksa CCTV Komplek Perumahan
- Bab 19 Kebingungan Marena
- Bab 20 Teringat Padanya
- Bab 21 Dari Bangga Berubah Menjadi Kecewa
- Bab 22 Meminta Bantuan Sahabat
- Bab 23 Sahabat pun Memandang Rendah Dirinya
- Bab 24 Tidak Bisa Kembali Lagi Ke Masa Lalu
- Bab 25 Sojun yang Datang Mencari
- Bab 26 Ayah Mertua dan Ibu Mertua
- Bab 27 Yang terpenting adalah Kamu.
- Bab 28 Kembali ke dulunya.
- Bab 29 Ujian Pernikahan
- Bab 30 Mengintimidasi Sang Istri
- Bab 31 Memutuskan Mencari Detektif
- Bab 32 Bersedia Membantu
- Bab 33 Menutupi
- Bab 34 Mencari Perusahaan Detektif
- Bab 35 Negosiasi
- Bab 36 Balas Dendam Atau Cinta Yang Tidak Jelas
- Bab 37 Kesadisan Istri
- Bab 38 Sombong Yang Palsu
- Bab 39 Permintaan Dari Panggilan Tidak Dikenal
- Bab 40 Menceritakan Keseluruhan Cerita
- Bab 41 Donita yang Tidak Bisa Tahan Lagi
- Bab 42 Apakah Masih Mencintainya?
- Bab 43 Dendam Welly Dan Sojun Lu
- Bab 44 Masuk ke Dalam Jebakan
- Bab 45 Solusi Sojun Lu
- Bab 46 Istri yang Meninggalkan Rumah pada Tengah Malam
- Bab 47 Marena Berada Di Kamar Hotel
- Bab 48 Kembali Memberi Kesempatan
- Bab 49 Welly Ingin Memakan Masakan Yoyo
- Bab 50 Welly Memenangkan Yoyo
- Bab 51 Menghadapi Selingkuhan Istri
- Bab 52 Bersiap-Siap Pulang untuk menjelaskan
- Bab 53 Irwandi Memutuskan Balas Dendam
- Bab 54 Welly Melaporkan Ke Polisi Lagi
- Bab 55 Sojun Lu Ditangkap
- Bab 56 Cerai
- Bab 57 Rumah Kosong Dan Sunyi
- Bab 58 Oktavia Bercerai
- Bab 59 Penderitaan Marena
- Bab 60 Sendiri Orang Terakhir Yang Mengetahui Kebenaran
- Bab 61 Diinterogasi oleh Ayah dan Ibu Mertua
- Bab 62 Balas Dendam Yoyo
- Bsb 63 Irwandi Naik Jabatan
- Bab 64 Marena ingin rujuk kembali
- Bab 65 Marena Datang Ke Perusahaan Untuk Mencari Irwandi
- Bab 66 Penolakan Irwandi
- Bab 67 Menyadarkannya
- Bab 68 Percakapan Antara Irwandi dan Marena
- Bab 69 Undangan Makan dari Oktavia
- Bab 70 Ayo Kita Pulang (End)