Istri Pengkhianat - Bab 27 Yang terpenting adalah Kamu.

Hari ini setelah menerima panggilan telefon dari ayah mertua, Irwandi baru sadar, seharusnya istrinya mengatakan kepada ayah mertuanya bahwa dia telah kembali dari pelatihan, kalau tidak ayah mertuanya tidak akan tahu dia sudah pulang, dan masih mengira dia sedang pelatihan di luar kota.

Adapun alasan mengapa istrinya mengatakan kepada ayah mertua dan lainnya, kemungkinan ingin berbaikan dengan dirinya, tetapi malu untuk mengatakannya, jadi melakukan seperti itu. Namun, istri tidak menjelaskan dengan jelas masalah durex, membuktikan bahwa dirinya tidak selingkuh, apakah hubungan antara suami istri dapat membaik!

Manusia perlu merenung, sering merenung baru terus membuat kemajuan.

Selama beberapa waktu ini, Irwandi terus merenung, mengapa istrinya bisa selingkuh, menurutnya, istrinya tidak ada alasan untuk selingkuh. Pertama-tama, dia sangat mencintai istrinya dengan tulus, ini juga adalah fakta yang diketahui semua orang.

Kedua, pernikahan mereka sekarang, dalam hal ekonomi tidak ada kekurangan. Gaji bulanannya lebih dari 40 juta, kartu gajinya diletakkan dirumah dan istrinya juga mengetahui kata sandinya. Lalu istrinya sendiri memiliki penghasilan lebih dari 20 juta, dan penghasilan istrinya dipakai sendiri, kemudian kredit rumah juga dirinya yang bayar.

Selain itu, jika istrinya tidak mencintai dirinya, Irwandi sedikit tidak percaya, karena jika bukan karena bersikeras istrinya, mereka juga tidak akan menikah. Atau seperti dugaannya, seiring berjalannya waktu, cinta istri terhadapnya juga berlalu.

Apakah, ada kemungkinan dirinya sudah terlalu mencintai istrinya, sehingga istrinya merasa sudah tidak peduli, atau tidak menantang lagi. Sebaliknya ingin merasakan perasaan yang lain. Namun, sangat mungkin seperti ini.

Selama beberapa waktu ini, ketika pekerjaan lebih santai, Irwandi yang dalam hatinya kesal dan sakit, demi memahami semua ini, sering melihat beberapa forum percintaan di internet, didalamnya juga ada banyak kasus seperti ini. Para netizen menilai itu sebagai : “Wanita high Maintenance” alias wanita menuntut tinggi kepada pasangannya.

Namun, semua yang diatas hanyalah analisis pribadi Irwandi.

Sekarang istrinya ingin berbincang dengan dirinya, dia lebih ingin berbincang dengan istrinya, ingin mengetahui, mengapa istinya bisa selingkuh, lalu pasangan selingkuhnya adalah siapa, jika akan mati juga harus mati dengan jelas, bukankah seperti itu.

Dalam perjalanan pulang, pandangan sepasang suami istri melihat ke bagian depan mobil, pulang ke perumahan tanpa berkata apapun di seperjalanan. Ditempat parkir bawah tanah perumahan, setelah Irwandi turun dari mobil dan mengunci mobil, dia secara tidak sadar melirik monitor diatas matanya, Marena yang berdiri disamping pada saat ini, berjalan kemari lalu mengulurkan tangan dan meraih lengannya, kemudian berjalan maju dengan pandangan melihat kedepan.

Irwandi yang tiba-tiba dipegang, sedikit tertegun, melihat kesamping istri yang raut wajahnya sedikit memerah, juga tidak melepaskannya, menemani istrinya berjalan pulang ke rumah. Namun, didalam hatinya terbangkit gelombang.

Istrinya akan segera mengaku perselingkuhan padanya, tetapi juga tidak perlu memegang lengannya kan, apakah istrinya sudah menyesali perselingkuhannya. Apakah istrinya tidak ingin bercerai dengannya, tetapi apa yang harus dilakukan dirinya.

Tanpa menunggu Irwandi berpikir jernih, lift sudah tiba. Setelah membuka pintu dan masuk rumah, Marena duduk di sofa ruang tamu, dan meletakkan tas diatas meja, lalu menatap Irwandi, memberi isyarat dengan mata terhadap sofa yang didepannya.

“Sebentar.” Irwandi berkata, lalu pergi ke dapur, memasak seteko air dan membuat secangkir teh, dia tahu bahwa istrinya tidak minum teh, jadi menuangkan segelas air mendidih, kemudian menaruhnya diatas meja ruang tamu, kemudian duduk di depan istrinya, lalu melihat istrinya dan tidak berbicara.

Dilihat oleh pandangan baik suaminya, hati Marena tiba-tiba terbangkit amarah, lalu menjadi sedih. “Irwandi, apa maksudmu! Apakah harus seperti ini”

Dulunya, suaminya yang inisiatif untuk duduk disebelahnya, meskipun dirinya sedang marah, dan menyuruh suaminya pergi, dia tetap tidak bersedia, tetapi hari ini dia malah benar-benar duduk didepannya.

“Hehe.” Irwandi tertawa sebentar, “Bukankah kamu mengatakan akan berbincang.”

“Apakah ini adalah percakapan antara suami istri?” Mata Marena menyipit lalu mengeluh, “Kamu anggap aku sebagai apa, apakah menganggapku sebagai orang negosiasi bisnis. Tidak boleh, kamu harus duduk disebelahku.”

“Duduk disana juga sama.” Kata Irwandi, kemudian sedikit mendorong gelas air mendidih kearah istrinya, “Minum air dulu.”

“Tidak.” Marena mengangkat alisnya, lalu berkata dengan manja, “Kamu harus duduk kemari, kalau tidak, tidak ada yang perlu dibicarakan.”

Untuk mengetahui masalah tentang perselingkuhan istrinya, Irwandi tersenyum tak berdaya sebentar lalu duduk kesana.

Melihat suaminya duduk kemari, didalam hati Marena merasa puas, tubuh sedikit menyamping melihat suaminya, lalu bertanya, “Semalam kamu jam berapa pulang, mengapa pulang begitu larut?”

Irwandi tertegun sejenak, bagaimana bisa dirinya yang ditanya terlebih dahulu, tetapi tetap menjawabnya, “Semalam karena ada perjamuan makan departemen, kemudian pergi bernyanyi, seharusnya jam 1 lebih tiba di rumah.”

“Oh.” Marena mengangguk, lalu berkata dengan tidak senang, “Perjamuan makan sudah berakhir, seharusnya kamu pulang, untuk apa pergi bernyanyi lagi.”

Dulunya, ketika suaminya acara makan departemen atau perjamuan lainnya akan membawa dirinya, tetapi kemudian dirinya merasa bosan jadi tidak ikut pergi lagi. Selama dirinya tidak ikut, suaminya biasanya akan pulang setelah makan, sangat jarang ada acara setelah makan, bahkan jika ada acara setelah makan, juga akan menelefon untuk memberitahu dirinya.

“Hehe.” Irwandi tertawa, lalu mengangkat cangkir teh dan menyesapnya. Apakah ini masih perlu dijelaskan, mengapa dirinya tidak pulang, apakah kamu sendiri tidak jelas.

Ruang tamu menjadi hening, mereka berdua tidak berbicara untuk sementara waktu. Setelah beberapa saat, Irwandi meletakkan cangkir teh lalu bertanya: “Apakah masih ada yang ingin kamu tanyakan?”

Melihat istrinya mencemberutkan mulut, lalu memelototinya dengan marah. Eskpresi istrinya sama seperti biasanya ketika marah dan manja. Irwandi yang tertekan, tidak bisa menahan kepahitan disuaranya, berkata: “Jika kamu tidak ada pertanyaan lagi, maka aku akan bertanya padamu.” Terjeda sesaat, lalu bertanya dengan sedikit sedih: “Bisakah jelaskan padaku, mengapa didalam tas mu ada Durex”

Ekspresi Marena teragu sejenak, tetapi didalam hatinya senang dan juga sedikit merasa bersalah, tujuannya tercapai, sekarang suaminya sudah bertanya, hasilnya akan jauh lebih baik daripada dia tiba-tiba menjelaskannya.

Marena memikirkannya sebentar, lalu berkata: “Masalah ini, pada akhirnya aku sudah mengetahui dengan jelas. Namun, sebelum aku menjelaskan, kamu harus berjanji padaku bahwa tidak menyebar keluar.”

Mendengar perkataan ini, Irwandi terbengong, istrinya ingin menjaga reputasi! Tetapi, apakah dia tidak tahu bahwa reputasi didapatkan oleh diri sendiri, bukan diberikan oleh orang lain. Namun tetap mengangguk dengan sedih, “Katakanlah.”

Pada saat ini, Marena juga memperhatikan kesedihan suaminya, didalam hatinya sedikit sedih, nada bicaranya menjadi lembut, berkata: “Suamiku, waktu itu aku berbohong.”

Melihat raut wajah suaminya tiba-tiba berubah, ada sedikit kesakitan dan kesedihan. Hati Marena juga sedih dan bersalah, namun hatinya masih juga ada beruntung, untungnya dia sudah memikirkan cara menghadapi, dengan tergesa-gesa menjelaskan: “Waktu itu aku pergi ke Kota Hainan bukanlah pergi dinas, tetapi menemani Donita untuk merilekskan hatinya.”

Ini adalah topik yang lain, mengejutkan Irwandi, “Mengapa jadi menemani Donita untuk merilekskan hati.”

“Oleh karena itu, menyuruhmu berjanji untuk tidak menyebar keluar.” Marena memalingkan matanya dengan manja kepada suaminya, kemudian lanjut berkata, “Donita sudah bercerai, dia sangat menderita, juga tidak ingin membiarkan orang lain mengetahuinya. Jadi, aku menemaninya ke Kota Hainan untuk merilekskan hati.”

“Kalau begitu, bagaimana dengan masalah Durex” Irwandi bertanya dengan tergesa-gesa, didalam hatinya juga sedikit terbangkit harapan. Karena istrinya menemani sahabat keluar, maka seharusnya tidak ada masalah.

Pria mana yang berharap istri sendiri selingkuh! Terlebih lagi adalah istri yang sangat dicintainya.

Melihat eskpresi menantikan dengan cemas suaminya. Sepertinya suami dulunya sudah kembali, Marena yang didalam hati ada sedikit perasaan manis, tertawa bahagia, lalu menatap suaminya dengan penuh perasaan, berkata:

“Jadi malam itu, kamu bertanya padaku mengapa didalam tas ada Durex, pada waktu itu aku tidak tahu apapun, juga tidak tahu bagaimana menjawabmu. Tetapi keesokan harinya, aku bertanya kepada Donita, dia juga mengakui bahwa dia yang meletakkannya didalam tasku, ingin bercanda dengan kita. Aku juga sudah mengatainya.”

“Lelucon ini sudah sedikit kelewatan.” Irwandi berkata dengan tidak senang. Didalam hatinya ada keraguan, jika seperti yang dikatakan istrinya, karena Donita sendiri sudah bercerai, apakah tidak tahu bahwa lelucon seperti ini tidak boleh sembarangan, itu dapat menghancurkan rumah tangga.

Selain itu, Donita adalah seorang istri dan ibu yang baik, bagaimana bisa membuat lelucon seperti ini, dan juga apa yang perlu dirahasiakan tentang bercerai, ada banyak pasangan yang bercerai sekarang, juga tidak pernah berjumpa siapapun yang harus merahasiakannya.

“Iyakan!” Marena juga berkata dengan tidak senang, “Ketika aku bertanya padanya, penjelasannya adalah ingin melihat apakah hubungan suami istri kita benar atau tidak, tingkat kepercayaan tinggi atau tidak.”

Irwandi yang memiliki keraguan didalam hatinya berkata “Oh.” Apakah, ketika wanita sudah bercerai, menjadi tidak percaya dengan pernikahan lagi.

“Suamiku, apakah kamu masih ada hal yang perlu ditanyakan?” Setelah selesai berkata, Marena melihat wajah suaminya yang melepaskan beban dan mulai bahagia, dia diam-diam bernafas lega, memiringkan tubuhnya lalu berbaring dipelukan suaminya, lalu berkata dengan manja, “Lain kali tidak boleh berpikir sembarangan terhadapku lagi, harus lebih baik lagi terhadapku.”

Menundukkan kepala melihat istrinya, Irwandi tertawa sebentar lalu bertanya: “Istriku, ketika aku pergi ke pelatihan, apakah ada orang yang datang ke rumah?”

Mendengar perkataan ini, hati Marena terkejut, matanya tampak panik, sedikit melirik suaminya, lalu dengan cepat menempelkan wajahnya ke dada suaminya. Apakah suami sudah tahu bahwa ada yang datang kerumah, bagaimana dia bisa mengetahuinya.

“Mengapa kamu tidak bicara?”

Mendengar pertanyaan suaminya lagi, Marena yakin suaminya tahu bahwa ada yang datang kerumah. Berpikir sebentar lalu bertanya sambil tersenyum, “Suamiku, bagaimana kamu tahu?”

“Katakanlah terlebih dahulu, ketika aku pergi pelatihan, apakah ada yang datang ke rumah.” Irwandi menatap istrinya lalu bertanya. Sayangnya, karena wajah istrinya menempel didadanya, jadi dia tidak dapat melihat mata istrinya.

“Ada yang datang.” Otak Marena berpikir dengan cepat, memikirkan bagaimana menjelaskan kepada suaminya. Namun, dia dengan cepat teringat Donita, juga hanya Donita yang cocok, dan juga dapat menghubungkan masalah didepan dan belakang.

“Siapa.” Irwandi mengangkat bahu istrinya, lalu menatap mata istrinya dan bertanya.

“Tentu saja adalah Donita.” Marena menatap suaminya, lalu berkata secara alami.

Melihat mata istrinya yang tenang, hati Irwandi sangat bernafas lega, tampaknya dirinya salah paham terhadap istrinya, tetapi bagaimana bisa ada Durex yang sudah terpakai dirumah? Jadi dia lanjut bertanya: “Mengapa Donita bisa datang? Apa dia melakukan sesuatu?”

“Hhu.” Marena menghela nafas, lalu meletakkan kepalanya dipelukan suaminya lagi, kemudian berkata dengan sedih, “Bukankah aku tahu bahwa dia bercerai, jadi ingin membujuknya, menyuruhnya datang bertamu ke rumah, kemudian menemaninya minum bir, juga pada waktu itu aku berjanji menemaninya pergi ke Kota Hainan untuk merilekskan hati.”

“Kalau begitu, mengapa dirumah ada Durex yang sudah terpakai?” Irwandi tiba-tiba bertanya.

“Bagaimana kamu mengetahuinya.” Hati Marena yang panik lalu bertanya dengan bingung. Apakah, suami sudah melihatnya, tidak benar, seharusnya ketika pulang, melihat rumah yang belum dibereskan, makanya ada masalah dibelakang tentang melihat tasnya. Marena yang sudah mengerti, duduk tegak lalu menatap Irwandi dengan wajah dingin, “Apakah kamu pulang lebih awal?”

“Katakanlah padaku, mengapa ada Durex yang sudah terpakai didalam rumah?” Irwandi bersikeras bertanya.

Air mata Marena mengalir turun, suara tangisannya sangat sedih, “Kamu tidak percaya padaku, kamu pulang lebih awal dan melihatnya, tetapi tidak bertanya padaku, jika kamu langsung bertanya padaku bukankah sudah jelas, kamu memang tidak percaya padaku.”

Melihat istrinya yang biasa selalu kuat, sedang menangis sedih, kemungkinan benar-benar salah paham terhadap istrinya. Irwandi dengan terburu-buru menjelaskan: “Aku memang pulang lebih awal, tetapi, kamu juga tidak mengatakannya didalam telefon, jika aku bertanya, apakah kamu akan menjelaskannya padaku!”

“Kamu tidak bertanya, bagaimana bisa tahu aku tidak akan menjelaskannya.” Marena berdebat dengan bersikeras. Tetapi, didalam hatinya juga mengerti, yang dikatakan suaminya adalah kenyataan. Jika waktu itu dia bertanya, dia tidak akan menjelaskannya, karena tidak bisa dijelaskan dengan jelas.

Marena yang menangis, tidak peduli dengan air mata diwajahnya, lanjut berkata: “Waktu itu, aku menemani Donita, minum bir terlalu banyak. Keesokan paginya, aku langsung pergi bekerja. Ketika malam pulang dan beres-beres, juga menemukan Durex dalam tong sampah dirumah, jadi aku bertanya kepada Donita, dia sedikit menghindar, aku juga mengerti dan tidak bertanya lebih banyak lagi.

“Dia, bagaimana bisa melakukan hal itu dirumahku?” Irwandi sangat terkejut dan marah.

“Bagaimana aku tahu.” Marena menjawab dengan marah.

“Lalu, kenapa sekarang kamu bisa memberitahuku?” Ternyata itu digunakan oleh Donita. Irwandi yang sudah mengerti, masih sedikit tidak bisa menahan untuk mengeluh dan bertanya dengan sedikit curiga.

Air mata Marena mengalir lebih deras lagi, ekspresinya juga sangat membenci, menatap suaminya dengan dalam, “Kamu memperlakukanku seperti ini setiap hari, bagaimana aku bisa menahannya. Juga membuatku mengerti, hal-hal lain dan orang lain tidak penting, yang terpenting adalah keluarga kita, yang terpenting adalah kamu!”

Perkataan istri menyentuh hati Irwandi, ternyata pernikahan ini sangat penting didalam hati istrinya, dirinya juga sangat penting didalam hati istrinya. Sebelumnya, dia yang telah salah paham terhadap istrinya.

Dalam hati Irwandi terbangkitkan kehangatan yang mendalam, kebahagian dan kegembiraan dulunya kembali lagi ke hati. lalu dengan cepat bangkit dan memeluk istrinya kembali ke pelukannya, menyeka air mata diwajah istrinya, kemudian meminta maaf dengan lembut, “Istriku, maafkan aku.”

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu