Istri Pengkhianat - Bab 33 Menutupi
Seorang wanita selingkuh atau tidak, tergantung dari pria; pria selingkuh atau tidak, tergantung dari apakah ada kesempatan atau tidak.
Irwandi yang telah keluar dari Fragrance Pavilion, memikirkan kata populer ini di Internet. Bolak-balik menganalisa kalimat ini, hasil akhir dari analisisanya adalah semua ini tidak benar.
Misalnya dirinya sebagai contoh, apakah dirinya tidak baik pada istri sendiri, dirinya yang begitu memanjakan istri, apakah masih kurang baik, hingga istrinya selingkuh. Apakah semua wanita yang menikah akan selingkuh.
Dia yang sebagai contoh, sejauh yang dia tahu, apakah Whesky tidak baik pada Donita, apakah tidak cinta! Bukankah Donita tetap juga selingkuh!
Ronald ada kesempatan, makanya selingkuh. Terus dirinya? Kesempatan di dirinya juga tidak sedikit. Tidak usah bahas yang lain, banyak customer yang mengundang dirinya pergi ke tempat pemandian, club, di dalam sana ada banyak wanita yang sangat cantik dan seksi, tapi bukankah dirinya juga bisa mengendalikan diri untuk tidak selingkuh!
Tampaknya, selingkuh atau tidak, tidak terletak pada suami atau istri, dan tidak terletak pada ada kesempatan atau tidak, ini semua alasan, yang terpenting dari diri sendiri, apakah memiliki rasa tanggung jawab dan moralitas. Secara umum, itu terletak pada kegigihan diri sendiri.
Gigih! Iya dirinya sekarang sedang gigih. Mata Irwandi sedikit kuyuh, tidak tahu dirinya bisa bertahan berapa lama, mengingat siang hari, masalah dia mencari detektif swasta di kantor.
Ada banyak iklan detektif swasta di internet. Irwandi secara khusus mendaftarkan diri ke perusahaan detektif baru, mencoba menghubungi salah satu perusahaan, pihak lawan sangat antusias, mendengar persyaratan darinya dan tidak mengatakan masalah biaya, sebaliknya dia merekomendasikan seorang pergacara perceraian, mengatakan bagaimana mengurusi proses perceraian dan sebagainya. Hal ini membuat Irwandi merasa sangat kesal, seolah sudah memastikan istrinya selingkuh.
Ini membuatnya tidak menyukai perusahaan detektif swasta ini, pada saat yang sama juga tidak mempercayainya. Ketika sedang mencari yang kedua, seseorang datang ke kantornya, membuat hal ini tertunda. Irwandi berdiri diam dan menyalakan sebatang rokok, berpikir besok siang akan mencoba mencari satu lagi.
Dia berjalan dua langkah ke depan, hp-nya berdering, dia mengeluarkan hp melihat itu telepon dari bibinya, wajah Irwandi memancarkan senyuman, dengan tenang dan lembut berteriak: “Bibi, bagaimana kabarmu dengan paman.”
“Kamu masih bisa memikirkan kesehatanku ya.”bibi bertanya dengan aneh di hp, “Lihat dirimu, sudah berapa lama tidak menelepon.”
“Heheh.”Irwandi tersenyum dengan ramah, “Bibi, akhir-akhir ini aku sangat sibuk, baru kembali dari training, tolong maafkan aku.”tidak menunggu bibinya menjawab, dia terus berkata: “Bibi, kenapa malam-malam telepon kemari, apakah ada masalah.”
“Tidak ada masalah tidak bisa meneleponmu. Apakah kamu tidak meneleponku, aku sudah tidak boleh meneleponmu ya.”
“Bi kamu jangan menakutiku, kamu tahu aku penakut.”Irwandi segera membujuk, “Aku sangat ingin setiap hari bisa mendengar suara bibi.”
“Kamu masih tahu takut.”nada bicara bibi sedikit lega, “Kamu hanya tahu membujukku, tidak tahu datang melihatku.”Setelah itu bibi berkata dengan sedikit sedih: “Sekarang, kamu jarang menelepon, ada masalah apa juga jarang bercerita padaku.”
Hehe. Irwandi tersenyum dengan ramah dan berkata: “Bibi, keadaanku sekarang sangat baik. Jangan khawatirkan aku.”
“Bagaimana aku tidak mengkhawatirkanmu.”bibi mengeluh, berkata: “Sekarang aku akan mengambil cuti tahunanku, bersiap-siap ke sana, melihat bagaimana keadaanmu.”
Aa! Irwandi berteriak kaget hampir mengatakan keadaan pernikahannya sekarang, bagaimana bisa membiarkan bibinya datang, dia sibuk berkata: “Bibi, sekarang sudah bulan Oktober akhir, masalah di perusahaan lebih banyak, aku sangat sibuk. Dan, beberapa bulan lagi sudah tahun baru, tiba waktunya aku akan pulang melihatmu, ok.”
“Kamu.”Bibi baru bersiap-siap mengeluh. Irwandi sudah menyela, berkata: “Bibi, dua hari yang lalu aku baru mengobrol dengan adik, melihat keponakanku sangat imut, kebetulan kamu menggunakan cuti tahunan kali ini, pergilah melihat adik sepupu. Pada saat yang sama sekalian tinggal beberapa hari, agar adik sepupu lebih santai.”
“Tidak ingin aku pergi, dan jangan gunakan keponakanmu sebagai alasan.”Bibi berkata dengan sedih, “Berbicara tentang anak, apa yang kalian pikirkan. Apakah tidak menginginkan anak, kamu ingin membuat keluarga Zhang tidak memiliki keturunan! Kali ini aku pergi, untuk mendesak Marena untuk segera hamil.”
Mendengar kata-kata ini, kepala Irwandi tiba-tiba membesar, sekarang dirinya tidak tahu pernikahannya nanti akan seperti apa, ditambah bibi ingin mendesak Marena hamil, bukankah ini akan semakin kacau. Lagipula, Marena belum tentu akan mendengarkan bibi.
Irwandi membujuk: “Bibi, sekarang aku sangat sibuk di perusahaan. Masalah anak, aku dan Marena sedang mempertimbangkannya. Kamu tidak usah khawatir, kami pasti akan memiliki anak, tiba saatnya pasti melahirkan anak lucu untuk Keluarga zhang, pada saat itu akan merepotkan bibi untuk datang menjaga anak.”
“Aduh, kamu ini.”Bibi menghela nafas berulang kali.
Irwandi tersenyum dengan cepat dan berjanji: “Bibi, kamu tenang saja sekarang aku baik-baik saja, beberapa bulan lagi sudah tahun baru, saat itu, aku ada waktu pergi melihatmu. Saat itu tiba, kamu harus memasak ikan asam manis untukku, sekarang mengingat masakanikan asam manis bibi, membuatku ngiler”
Setelah Irwandi membujuk di telepon, akhirnya bibi membatalkan niatnya. Setelah mengakhiri panggilan, wajah Irwandi menjadi sedih, dia perlahan-lahan berjalan pergi.
Sinta adalah bibi Irwandi yang bekerja di kota Bruenos, sebagai pimpinan. Pamannya, Fernando adalah wakil sekretaris pemerintah kota Bruenos, pekerjaannya lebih sibuk. Mungkin karena pekerjaannya, dia tidak banyak bicara di rumah, dan juga jarang berbicara dengan Irwandi. Sebelum Irwandi datang ke kota Brigil, paman dan bibi Irwandi memintanya pergi ke kota Bruenos. Irwandi tidak setuju karena Marena.
Adik sepupu Irwandi baru kembali dari luar negeri, tapi tidak pulang ke Bruenos. Melainkan ke kota Miguel mencari pekerjaan, dan berkeluarga di Miguel. Sekarang hanya menyisakan paman dan bibi di Bruenos.
Sinta sangat menyayangi Irwandi. Orang tua Irwandi meninggal ketika dia masih SMP, saat itu bibi meminta Irwandi tinggal di rumahnya. Namun, setelah SMA, Irwandi bersikeras ingin tinggal di sekolah, karena dia merasa bibi kasihan padanya, membuat harga dirinya tersakiti. Namun, Irwandi dengan tulus menghormati dan mencintai bibinya dan memperlakukannya sebagai ibunya.
Ketika Irwandi jatuh cinta pada Marena, Sinta tidak setuju, terutama ketika dia mendengar Irwandi akan pergi ke kota Brigil. Karena Irwandi bersikeras, bibi hanya menyetujuinya dengan terpaksa.
Namun, setiap kali Sinta datang, melihat Irwandi di rumah, dia sangat tidak senang. Terutama tahun lalu, melihat Marena sombong tidak perhatian pada Irwandi, Sinta yang marah, meninggalkan kota Brigil dengan marah.
Mengingat setiap kali bibi menelepon, selalu mengungkit masalah anak. Irwandi melemparkan puntung rokok ke tempat sampah di pinggir jalan, memikirkan kejadian dua hari lalu, ketika mencari informasi di internet, adik sepupunya melihat dia ada di sana, dan mengirim pesan obrolan. Keduanya mengobrol sebentar dan melihat foto anak adik sepupunya, mengatakan dirinya tidak iri itu palsu, tidak tahu kapan dirinya bisa memiliki anak.
Irwandi menyeringai, sekarang pernikahannya dalam masalah, masih membahas anak apa! Dia melihat jam, sudah tidak awal lagi, dia berhenti, berdiri di pinggir jalan, siap melambaikan tangannya. Tiba-tiba, dia melebarkan matanya, menatap jalan, melihat lampu merah di depannya, mobil merah modern istrinya sedang berhenti menunggu lampu merah.
Irwandi menyipitkan matanya lagi, dan itu memang mobil istrinya, dia mengeluarkan hp ingin menelepon istrinya, tapi setelah dipikir-pikir, dia menyimpannya kembali. Mobil tidak bisa putar balik di sini, istrinya harus putar balik di depan, untuk menjemputnya, ini sedikit merepotkan.
Ini memang mobil Marena, dan dia sedang menyetir, namun Sojun duduk di samping pengemudi.
Setelah keluar dari Fragrance Paviliun, Marena ke kasir membayar tagihan, awalnya bersiap-siap menyetir mobil pulang ke rumah, tidak disangka Sojun mengatakan dirinya tidak rela, memaksa masuk ke mobil, memintanya mengantar pulang.
Setelah berhenti sebentar di tempat parkir, Marena yang tidak berdaya, hanya bisa menyetujui Sojun, namun, seperti yang dibicarakan sebelumnya, sesampai di pinggir jalan, Sojun harus turun, lalu Marena pulang ke rumah.
Ketika Irwandi sampai ke rumah, bersiap-siap ke kamar mandi, dia melihat pintu kamar mandi tertutup, mendengar ada suara mandi di dalam, dia meninggalkan ruang tamu, menyeduh teh, duduk di Sofa menonton televisi.
Setelah menonton sebentar, ketika melihat Marena selesai mandi, Irwandi tersenyum dan berkata: “Istriku, malam ini kamu makan apa, ada makan enak tidak.”
“Kamu tidak masak, aku bisa makan apa.”jawab Marena mengeluh sambil menyeka rambutnya dengan handuk, “Hanya makan fast food. Lalu pulang sibuk sampai sekarang.”Marena juga tidak tahu mengapa, melihat tatapan jujur suaminya, tanpa sadar ingin menjelaskan sesuatu. Ini sesuatu yang tidak dia rasakan sebelumnya.
Sebelum kembali ke rumah, Irwandi sengaja berjalan ke garasi, melihat mobil modern merah istrinya, terparkir di sana, dia menyentuh kap mobil dengan tangannya, kapnya masih panas, seharusnya baru berhenti tidak lama. Setelah pulang ke rumah, dia memang tidak berencana bertanya kepada istri mengapa baru pulang mandi.
Namun, mendengar kebohongan istrinya, membuat hati Irwandi sedih, dia menyesap teh, meletakkan gelas teh dan berkata, “Kalau begitu besok malam aku akan pulang membuat makan malam.”
“Ehn.”jawab Marena, berbalik ke kamar, “Kamu juga mandi lebih awal.”Marena yang sekarang merasa sangat bersalah dan tidak ingin menatap mata jujur suaminya.
Melihat istrinya memasuki kamar, mata Irwandi menjadi gelap. Jelas-jelas istrinya baru sampai di rumah, kenapa harus berbohong. Dan tanpa ditanya oleh dirinya. Kalau teman biasa, tidak perlu berbohong. Ini artinya istrinya malam ini berkencan dengan selingkuhan.
Dan, sangat memungkinkan istrinya berhubungan badan dengan selingkuhannya, kalau tidak mengapa begitu pulang langsung bergegas mandi, dan ketika bertemu dirinya hanya asal menanyakan beberapa kalimat, memberikan penjelasan menutupi kebohongan sendiri, itu semua karena takut ditanya terus.
Irwandi memegang cangkir itu erat-erat, besok harus segera mencari detektif. Lalu dia berpikir, besok adalah tanggal pergi ke rumah sakit, mengambil hasil pemeriksaan. Setelah hasilnya keluar, dirinya sudah bisa tenang.
Semuanya hanya perlu menunggu besok!
Novel Terkait
Love In Sunset
ElinaEternal Love
Regina WangCinta Yang Berpaling
NajokurataIstri Yang Sombong
JessicaHidden Son-in-Law
Andy LeeMi Amor
TakashiIstri kontrakku
RasudinIstri Pengkhianat×
- Bab 1 Siapa Laki Laki ini
- Bab 2 Memudarnya Cinta
- Bab 3 Kebohongan Istri
- Bab 4 Salah Kaprah
- Bab 5 Rumah Yang Rapi Dan Bersih
- Bab 6 Menghubungi Sahabat Istri
- Bab 7 Istri Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 8 Marena Berada di Hainan
- Bab 9 Menguak Kebohongan Istri
- Bab 10 Makan Dan Memergoki Perselingkuhan
- Bab 11 Pernikahan Yang Terlihat Bahagia
- Bab 12 Cerita Oktavia
- Bab 13 Marena Pulang
- Bab 14 Melihat Durex Lagi
- Bab 15 Pertama Kalinya Suami Istri Bertengkar
- Bab 16 Kesalahan Dalam Berdalih
- Bab 17 Tidak Beruntung Menjadi Suaminya
- Bab 18 Memeriksa CCTV Komplek Perumahan
- Bab 19 Kebingungan Marena
- Bab 20 Teringat Padanya
- Bab 21 Dari Bangga Berubah Menjadi Kecewa
- Bab 22 Meminta Bantuan Sahabat
- Bab 23 Sahabat pun Memandang Rendah Dirinya
- Bab 24 Tidak Bisa Kembali Lagi Ke Masa Lalu
- Bab 25 Sojun yang Datang Mencari
- Bab 26 Ayah Mertua dan Ibu Mertua
- Bab 27 Yang terpenting adalah Kamu.
- Bab 28 Kembali ke dulunya.
- Bab 29 Ujian Pernikahan
- Bab 30 Mengintimidasi Sang Istri
- Bab 31 Memutuskan Mencari Detektif
- Bab 32 Bersedia Membantu
- Bab 33 Menutupi
- Bab 34 Mencari Perusahaan Detektif
- Bab 35 Negosiasi
- Bab 36 Balas Dendam Atau Cinta Yang Tidak Jelas
- Bab 37 Kesadisan Istri
- Bab 38 Sombong Yang Palsu
- Bab 39 Permintaan Dari Panggilan Tidak Dikenal
- Bab 40 Menceritakan Keseluruhan Cerita
- Bab 41 Donita yang Tidak Bisa Tahan Lagi
- Bab 42 Apakah Masih Mencintainya?
- Bab 43 Dendam Welly Dan Sojun Lu
- Bab 44 Masuk ke Dalam Jebakan
- Bab 45 Solusi Sojun Lu
- Bab 46 Istri yang Meninggalkan Rumah pada Tengah Malam
- Bab 47 Marena Berada Di Kamar Hotel
- Bab 48 Kembali Memberi Kesempatan
- Bab 49 Welly Ingin Memakan Masakan Yoyo
- Bab 50 Welly Memenangkan Yoyo
- Bab 51 Menghadapi Selingkuhan Istri
- Bab 52 Bersiap-Siap Pulang untuk menjelaskan
- Bab 53 Irwandi Memutuskan Balas Dendam
- Bab 54 Welly Melaporkan Ke Polisi Lagi
- Bab 55 Sojun Lu Ditangkap
- Bab 56 Cerai
- Bab 57 Rumah Kosong Dan Sunyi
- Bab 58 Oktavia Bercerai
- Bab 59 Penderitaan Marena
- Bab 60 Sendiri Orang Terakhir Yang Mengetahui Kebenaran
- Bab 61 Diinterogasi oleh Ayah dan Ibu Mertua
- Bab 62 Balas Dendam Yoyo
- Bsb 63 Irwandi Naik Jabatan
- Bab 64 Marena ingin rujuk kembali
- Bab 65 Marena Datang Ke Perusahaan Untuk Mencari Irwandi
- Bab 66 Penolakan Irwandi
- Bab 67 Menyadarkannya
- Bab 68 Percakapan Antara Irwandi dan Marena
- Bab 69 Undangan Makan dari Oktavia
- Bab 70 Ayo Kita Pulang (End)