Istri Pengkhianat - Bab 67 Menyadarkannya
Irwandi datang ke perusahaan pada pagi hari, Dia datang ke departemen administrasi dengan senyum di wajahnya, "Direktur Brusto maaf mengganggumu, Tidak ada pengawas yang cocok di departemen perencanaan, Bisakah kamu mengatur seseorang untuk menjadi pengawas di departemen perencanaan."
Ketika melihat Irwandi, Direktur Brusto tersenyum kemudian berdiri dan menyetujuinya begitu saja, “Baik, ketika waktu nya tiba aku akan menyuruh orang bagian departemen keuangan pergi, Beberapa dana dan bisnis di Departemen Perencanaan sekarang memiliki perbedaan di Departemen Administrasi dan Departemen Keuangan.” berhenti sejenak, kemudian berkata : “Kebetulan kamu datang, tadi pagi direktur Miguel membuat pengaturan, ada sesuatu yang mau dirundingkan denganmu, aku baru saja bersiap-siap mau menghubungimu.”
Irwandi tertegun sejenak, “Baik, aku akan segera melapor kepada Direktur Miguel.”
Mengobrol beberapa hal dengan Direktur Brusto lagi, Irwandi tiba di depan ruangan kantor Direktur Miguel dan mengetuk pintu dengan pelan, Mendengar Direktur Miguel yang sedang bekerja berkata "Silahkan masuk", kemudian dia berjalan masuk ke dalam sambil tersenyum dan Berdiri di depan meja.
Setelah Direktur Miguel menyelesaikan pekerjaannya, dia mendongak dan melihat Irwandi, kemudian menunjuk ke kursi di depan mejanya. "Duduk." Melihat Irwandi berterima kasih dan duduk, Direktur Miguel tersenyum dan bertanya kepadanya tentang penyerahan pekerjaannya saat ini, bagaimana perjalanannya. Irwandi memberikan laporan yang lebih rinci satu per satu.
Setelah membahas beberapa pekerjaan, Direktur Miguel tiba-tiba bertanya, "Irwandi, dengar-dengar kemarin istrimu datang"
Irwandi tiba-tiba berkata “Hm” dengan pelan.
Melihat kegetiran di wajah Irwandi, Direktur Miguel melemparkan sebatang rokok kepadanya dan berkata, "Bisakah memberi tahuku alasannya?"
Irwandi menyalakan sebatang rokok sambil menghisapnya dan merenung, kemudian menceritakan tentang perselingkuhan istrinya, dan juga menjelaskan hubungannya dengan Cikka.
Setelah mendengarkan penjelasan menyakitkan Irwandi, Direktur Miguel berdiri, dia menyeduh secangkir teh dan menaruhnya di hadapan Irwandi, Ketika Irwandi hendak bangun dan berterima kasih padanya, Miguel mengulurkan tangannya dan memegang bahunya dan menyuruhnya kembali ke tempat duduknya, lalu menghela nafas dan berkata, "Irwandi, apakah kamu tahu aku dan pamanmu adalah teman seperguruan?"melihat Irwandi menatapnya dengan terkejut, dia tersenyum dan berkata: "Sepertinya kamu tidak tahu. "
Kemudian Direktur Miguel terus tersenyum dan berkata: "Hubunganku dengan pamanmu sewaktu kuliah dulu sangatlah baik, Ketika kamu datang ke kota brigil, pamanmu langsung meneleponku, Kemudian aku lebih memperhatikan kamu, lalu aku menyadari bahwa kamu memang lebih berbakat.
Direktur Miguel melihat wajah Irwandi sedikit frustrasi, berkata sambil tersenyum: "Aku di beri tahu oleh paman mu, serta melalui pengamatan ku bahwa harga dirimu lebih kuat, tetapi mengenai naik jabatan, jangan kecewa, karena kemampuan kamu memang lebih Kuat. Selain itu, kamu harus bahagia karena orang yang kamu sayangi selalu peduli padamu. "
Kata-kata ini terdengar seperti ledakan guntur di telinga Irwandi. Ternyata selama ini dirinya sangat bodoh, menghadapi perhatian dari orang yang dicintai, selalu berpikir bahwa harga dirinya akan terluka. Sekarang baru menyadari bahwa ini bukan harga diri, tetapi, pengecut dan rendah diri. Karena tidak berani menghadapinya, berpikir Sejak SMA, karena sifatnya menolak kepedulian orang, sehingga melukai orang-orang yang benar-benar peduli padanya.
Irwandi dengan mata masam berdiri dan membungkuk dalam-dalam kepada Direktur Miguel, berkata: "Terima kasih, terima kasih Direktur Miguel telah menyadarkan aku. Ternyata selama bertahun-tahun ini, aku menolak kasih sayang hanya karena kepengecutan dan kerendahan diriku, di saat yang sama juga menyakiti orang yang benar-benar peduli padaku. "
Haha. Direktur Miguel tertawa, “Bagus kalau sekarang mengerti. Duduklah.”
Irwandi tidak duduk, Dengan tulus berkata: "Direktur Miguel, bibi dan pamanku tidak tahu tentang perceraianku, untuk sementara kuharap jangan beri tahu mereka dulu. Pertama aku takut mereka khawatir, dan yang lain aku juga ingin menjelaskan langsung kepada mereka."
Direktur Miguel sedikit terkejut, melihat Irwandi dengan pandangan yang dalam, "Kamu ini, bagaimana aku harus mengatakannya padamu, masalah yang begitu besar, kamu tidak membahasnya dengan mereka." Kemudian dia berpikir itu karena Marena berselingkuh, Direktur Miguel memahaminya dan berkata, "Baiklah, aku akan membiarkan dirimu yang menjelaskannya kepada mereka."
Keduanya berbicara tentang hal lain lagi, Tepat ketika Irwandi mengira masalah sudah beres dan saat dia ingin berpamitan, Miguel tiba-tiba tersenyum dan berkata, "Aku masih memiliki identitas yang lain, aku adalah paman Cikka."
“Ha?” Irwandi kehilangan kata-kata sambil menatap Direktur Miguel, dan mengerti, Begitu rupanya. Mengenai Cikka selalu bisa mendapatkan informasi yang relevan pada waktu yang tepat sebelumnya, akhirnya dia tiba-tiba tersadar.
“Sangat terkejut kan.” Direktur tersenyum, “Cikka gadis ini, aku melihatnya tumbuh. Sangat imut dan cerdas. Sejak kecil juga sangat perhatian dengan ku, beberapa hal tidak ingin diungkapkan kepada orang tuanya, tetapi dia bersedia mengatakannya padaku. Jadi aku tahu dia memiliki rasa cinta terhadapmu. "
Melihat Irwandi hendak berbicara, Direktur melambaikan tangannya dan melanjutkan berkata: "Sejujurnya, aku sudah berbicara dengannya mengenai masalah ini, dengan jelas menyatakan penolakanku. Kemudian, aku juga memperhatikan kamu dalam hal ini menanganinya dengan sangat baik. Juga tidak membicarakannya lagi.
Tetapi sekarang kamu sudah cerai, aku juga tidak akan menolak lagi, bagaimanapun kamu juga sangat luar biasa. Semalam, Orangtuanya melihat Cikka pulang dengan mengenakan jas pria, mereka sangat terkejut sampai-sampai menanyakan dirinya sepanjang malam, mereka juga meneleponku untuk memahami situasimu. "
"Direktur, terima kasih!" Irwandi berkata dengan hati-hati. "Tadi malam, setelah penyerahan, aku, Clive Sha dan Cikka makan malam bersama. Setelah makan malam, aku mengobrol dengan cikka cukup lama, Pada saat itu karena sudah terlalu malam, suhu udara di luar ruangan relatif rendah, jadi aku mengenakan mantel padanya.
Cikka sangat baik dan juga sangat cantik, terutama empatinya membuat orang merasa sangat hangat. Aku selalu menganggapnya sebagai adik perempuan yang lincah dan imut. Selain itu, berbicara tentang kondisi ku, kupikir aku tidak pantas mendapatkannya. "
Ketika dia keluar dari ruangan kantor Direktur, Irwandi mencari sebuah tempat terpencil dan menelepon pamannya, mengucapkan terima kasih atas perhatiannya yang diam-diam diberikan untuknya dan juga meminta maaf atas sifatnya. Pamannya tersenyum senang dan kemudian menutup telepon.
Marena yang saat ini memikirkan Oktavia, dia ingin meminta bantuannya untuk membujuk Irwandi, akhirnya dia menghubungi Oktavia, mengetahui bahwa Oktavia tidak punya kelas di sore hari, dia langsung membuat janji untuk makan siang dan mengobrol.
Setelah meminta cuti, Marena langsung mengendarai mobilnya menuju sekolah Oktavia, kemudian bersama-sama membeli beberapa lauk siap saji lalu mendatangi rumah Oktavia, setelah memasuki rumahnya, Marena merasa ada sesuatu yang salah, tetapi dia tidak dapat mengungkapkan di mana salahnya, Tanpa sadar bertanya: "Oktavia, bagaimana dengan beberapa hari ini?"
"Oh. Aku sudah bercerai," kata Oktavia dengan tenang, tidak melihat keterkejutan dari Marena, dia memasuki dapur dan mengeluarkan peralatan makan dan meletakkannya di atas meja makan. Tersenyum dan berkata: "Mau minum red wine tidak?"
Si tumpul Marena hanya bergumam, lalu cepat-cepat bertanya: "Mengapa? kapan bercerai?"
“Dia berselingkuh.” Oktavia berkata dengan tenang, “Baru selesai menyelesaikan prosedur beberapa hari yang lalu. sudah, tidak perlu bahas lagi, kita makan saja.” Kemudian, Oktavia membuka botol anggur merah dan menuangkan setengah gelas untuk Marena.
Setelah mengobrol beberapa kalimat, mereka menghabiskan anggur di gelas, Marena berkata dengan getir: "Aku juga sudah bercerai."
Ovtavia terus menuangkan anggur merah untuk Marena dan dirinya sendiri, dan bertanya dengan acuh tak acuh: "Oh, iya kah."
Melihat penampilan acuh tak acuh Oktavia, Marena bertanya dengan marah dan aneh: "Kenapa kamu tidak terkejut, juga tidak tanya mengapa?"
Oktavia membawa gelas anggur dan memandang Marena dengan tenang. "Marena, aku sudah membujukmu beberapa kali sebelumnya, Bersikap baik sedikit pada Irwandi, kalian harus memiliki seorang anak."
"Apakah aku tidak baik pada Irwandi!" Marena berkata dengan marah, "Aku hanya ingin punya anak setelah beberapa tahun, bukannya tidak ingin mempunyai anak, Selain itu, aku sudah mengatakan pada Irwandi aku ingin seorang anak sebelum cerai, tetapi dia tidak bersedia. Bagaimana bisa menyalahkan aku. "
“Hehe.” Oktavia tertawa sinis. “Kamu baik pada Irwandi! Mengatakan hal ini Apakah kamu sendiri percaya? Apakah kamu terlihat wanita yang seperti seorang istri?” Dia berhenti sejenak dan berkata, “Tidak usah bahas soal ini lagi, karena sudah bercerai, dibahas juga tidak ada artinya lagi.
Marena menghabiskan anggur dalam satu kali teguk dan berkata dengan suara tercekat: "Aku datang ke sini hari ini untuk memintamu membujuk Irwandi, aku ingin rujuk dengannya. Aku masih mencintainya."
“Kalau begitu kamu pergi menemuinya sendiri. Begini lebih baik daripada bujukan ku.”
"Aku sudah mencarinya beberapa kali." Marena berkata dengan sedih, "Sudah memohon dengan suara lembut. Tetapi dia tetap tidak setuju."
Oktavia menimbangnya dan bertanya, "Apa benar karena kamu selingkuh, makanya kalian bercerai."
“Aku tidak berselingkuh.” Marena berkata dengan sedih, “Dia salah paham padaku.”
Mendengar Marena berkata demikian, Oktavia tidak berbicara, Sebaliknya mereka makan dan minum dalam keheningan. Marena cemas, "Kenapa, kau bahkan tidak percaya padaku"
Setelah minum segelas anggur, Oktavia memandang Marena, "Marena, kita sudah menjadi sahabat selama bertahun-tahun. Saling mengerti satu sama lain. Kalau begitu aku bertanya padamu, apa yang kamu lakukan di kota hainan? Dapatkah kamu memberitahuku alasan sebenarnya?"
"Aku. Aku." Kata Marena gugup dengan canggung dan malu.
“Sulit dikatakan kan.” Oktavia berkata dengan acuh tak acuh, “Ketika kamu berada di kota Hainan, saat kamu tidak menjawab panggilan telepon dariku dan Irwandi, juga tidak membalas WeChat, terlebih di saat kamu tidak berbagi ke momen teman, aku jadi sedikit ragu. Setelah kamu kembali, aku sudah pernah mengingatkanmu lewat telepon, lalu kamu! Sekarang sudah menyesal. "
“Bukan seperti itu.” Marena meneteskan air mata, menangis dan menceritakan semua tentang Sojun.
Oktavia mengerutkan kening, dan bertanya, "Itu di saat aku tidak menghadiri reuni dengan teman sekelas karena suatu urusan, Kamu bertemu dengan Sojun lagi?"
"Hm."Marena mengangguk dengan sedih.
“Marena, bagaimana aku harus mengatakannya padamu!” Oktavia juga sangat sedih. “Aku sudah katakan padamu sewaktu masih sekolah saat itu, Sojun tidak dapat diandalkan, kamu tidak mendengarku. Sekarang malah berpikir ingin membalasnya.”terhenti, Oktavia menatap Marena, "Kulihat bukan balas dendam, tetapi kamu masih memiliki perasaan dengannya."
“Tidak, Bukan begitu.” Marena menatap dan berteriak ketakutan
"Hehe."Oktavia mencibir. "Marena, jika kamu tidak memiliki perasaan, apakah kamu akan takut sekarang. Mungkin, pada awalnya kamu ingin membalas Sojun, tetapi kemudian, kamu terpancing oleh kata-kata manisnya, betul tidak!"
Wajah Marena memucat tersipu malu dan kepalanya menunduk, matanya tertuju pada gelas anggur merah. Lalu dia menatap Oktavia dan memekik, "Tapi, aku benar-benar tidak berselingkuh, tidak melakukan kesalahan pada Irwandi."
“Sampai sekarang, kamu masih berpikir kamu tidak melakukan kesalahan terhadap Irwandi!” Oktavia sangat terkejut.“Kamu tahu, betapa khawatirnya Irwandi ketika kamu berada di kota Hainan, Pernahkah kamu memikirkannya, ketika kamu bersenang-senang dengan Sojun di kota Hainan, saat itu, Irwandi sangat menderita dan sedih.
Pernahkah kamu berpikir, ketika kamu dan Sojun pergi ke kota Hainan, kamu sudah mengkhianati Irwandi dengan sadar. Bahkan jika sekarang kamu tidak melakukan hubungan intim dalam perselingkuhan, tetapi kamu berpacaran dengan Sojun, hubungan intim hanyalah masalah cepat atau lambat. "
Setelah mendengarkan ini, mata Marena membola.
Novel Terkait
Doctor Stranger
Kevin Wong1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaPredestined
CarlyMenaklukkan Suami CEO
Red MapleCinta Seorang CEO Arogan
MedellineYou're My Savior
Shella NaviIstri Pengkhianat×
- Bab 1 Siapa Laki Laki ini
- Bab 2 Memudarnya Cinta
- Bab 3 Kebohongan Istri
- Bab 4 Salah Kaprah
- Bab 5 Rumah Yang Rapi Dan Bersih
- Bab 6 Menghubungi Sahabat Istri
- Bab 7 Istri Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 8 Marena Berada di Hainan
- Bab 9 Menguak Kebohongan Istri
- Bab 10 Makan Dan Memergoki Perselingkuhan
- Bab 11 Pernikahan Yang Terlihat Bahagia
- Bab 12 Cerita Oktavia
- Bab 13 Marena Pulang
- Bab 14 Melihat Durex Lagi
- Bab 15 Pertama Kalinya Suami Istri Bertengkar
- Bab 16 Kesalahan Dalam Berdalih
- Bab 17 Tidak Beruntung Menjadi Suaminya
- Bab 18 Memeriksa CCTV Komplek Perumahan
- Bab 19 Kebingungan Marena
- Bab 20 Teringat Padanya
- Bab 21 Dari Bangga Berubah Menjadi Kecewa
- Bab 22 Meminta Bantuan Sahabat
- Bab 23 Sahabat pun Memandang Rendah Dirinya
- Bab 24 Tidak Bisa Kembali Lagi Ke Masa Lalu
- Bab 25 Sojun yang Datang Mencari
- Bab 26 Ayah Mertua dan Ibu Mertua
- Bab 27 Yang terpenting adalah Kamu.
- Bab 28 Kembali ke dulunya.
- Bab 29 Ujian Pernikahan
- Bab 30 Mengintimidasi Sang Istri
- Bab 31 Memutuskan Mencari Detektif
- Bab 32 Bersedia Membantu
- Bab 33 Menutupi
- Bab 34 Mencari Perusahaan Detektif
- Bab 35 Negosiasi
- Bab 36 Balas Dendam Atau Cinta Yang Tidak Jelas
- Bab 37 Kesadisan Istri
- Bab 38 Sombong Yang Palsu
- Bab 39 Permintaan Dari Panggilan Tidak Dikenal
- Bab 40 Menceritakan Keseluruhan Cerita
- Bab 41 Donita yang Tidak Bisa Tahan Lagi
- Bab 42 Apakah Masih Mencintainya?
- Bab 43 Dendam Welly Dan Sojun Lu
- Bab 44 Masuk ke Dalam Jebakan
- Bab 45 Solusi Sojun Lu
- Bab 46 Istri yang Meninggalkan Rumah pada Tengah Malam
- Bab 47 Marena Berada Di Kamar Hotel
- Bab 48 Kembali Memberi Kesempatan
- Bab 49 Welly Ingin Memakan Masakan Yoyo
- Bab 50 Welly Memenangkan Yoyo
- Bab 51 Menghadapi Selingkuhan Istri
- Bab 52 Bersiap-Siap Pulang untuk menjelaskan
- Bab 53 Irwandi Memutuskan Balas Dendam
- Bab 54 Welly Melaporkan Ke Polisi Lagi
- Bab 55 Sojun Lu Ditangkap
- Bab 56 Cerai
- Bab 57 Rumah Kosong Dan Sunyi
- Bab 58 Oktavia Bercerai
- Bab 59 Penderitaan Marena
- Bab 60 Sendiri Orang Terakhir Yang Mengetahui Kebenaran
- Bab 61 Diinterogasi oleh Ayah dan Ibu Mertua
- Bab 62 Balas Dendam Yoyo
- Bsb 63 Irwandi Naik Jabatan
- Bab 64 Marena ingin rujuk kembali
- Bab 65 Marena Datang Ke Perusahaan Untuk Mencari Irwandi
- Bab 66 Penolakan Irwandi
- Bab 67 Menyadarkannya
- Bab 68 Percakapan Antara Irwandi dan Marena
- Bab 69 Undangan Makan dari Oktavia
- Bab 70 Ayo Kita Pulang (End)