Istri Pengkhianat - Bab 42 Apakah Masih Mencintainya?
Setelah keluar dari kamar, Whesky duduk di ruang tamu untuk sebentar, melihat Donita tidak keluar, dia pergi ke pintu kamar untuk melihatnya lagi, dia melihat Donita sedang berbaring di tempat tidur dan berbisik dengan putrinya, itu membuat putrinya tertawa bahagia, Whesky yang merasa tidak berdaya diam-diam berjalan pergi, dia pergi ke balkon dengan membawa rokok.
Whesky menyalakan sebatang rokok dan menatap ke lampu di luar dengan tenang. Jujur saja, dia sedikit terkejut ketika dia melihat Donita malam ini. Dia tampak kurusan, dan jauh lebih kurus dari sebelumnya, dia berdiri di sana dengan panik dan takut, dia terlihat sangat lemah.
Apakah dia ini masih dia yang dulunya sopan, dia bahkan memakai pakaian rumah keluar, dia juga memakai sandal (tidak ada sandal wanita di rumah), rambutnya juga tidak diikat dan acak-acakan, matanya memerah, dan ada bekas air mata di wajahnya.
Whesky menduga, mungkin Donita datang setelah bertengkar dengan selingkuhannya. Tangannya yang memegang rokok gemetaran tanpa terkendali, jika tahu akan ada kejadian seperti hari ini, mengapa dia masih melakukan itu waktu itu? Kebijaksanaan istrinya dulu, melintas di depan matanya lagi.
Di malam musim gugur, itu sedikit dingin, angin sepoi-sepoi menerpa wajah Whesky, itu membawa rasa dingin. Itu juga membangunkan Whesky yang sedang melamun, dia merasa wajahnya dingin, dia mengulurkan tangan dan menyentuh wajahnya secara tidak sadar, lalu dia baru menyadari entah sejak kapan dia meneteskan air mata.
Dia kembali ke dalam rumah, menutup pintu balkon, pergi ke toilet dan mencuci muka, dia menebak bahwa putrinya sudah tertidur. Whesky berjalan dengan ringan ke pintu kamar tidur, dan melihat ke dalam, lampu di atas tempat tidur kamar masih menyala, putrinya dan Donita yang di atas tempat tidur sudah tertidur.
Dia berjalan perlahan berjalan ke samping tempat tidur, menundukkan kepala dan menatap putrinya yang sedang tidur, dia tersenyum, kepalanya diletakkan erat di lengan Donita, Donita juga memeluk putrinya dengan erat, wajahnya yang kuyu terlihat tenang dan stabil, kegelisahan tadi sudah menghilang.
Dia berdiri di samping tempat tidur, menundukkan kepala dan menatap wanita yang membuat perasaan cinta dan bencinya bercampur aduk, tidak tahu berapa lama kemudian, Whesky mengulurkan tangan dan menepuk-nepuk Donita dengan lembut, dia memanggilnya dengan suara rendah: "Bangun, bangun."
Donita yang dibangunkan olehnya membuka matanya yang masih mengantuk, dia melihat suaminya yang di sisi tempat tidur, ia terkejut dan tanpa sadar memeluk putrinya lebih erat, Sonya yang masih tertidur sedikit bergerak, Donita terkejut dan melonggarkan tangannya lagi.
Melihat Donita sudah bangun, Whesky menunjuk ke arah luar kamar dengan matanya, dan pada saat yang sama, dia menunjuk ke luar dengan tangannya, dia berbalik dan berjalan keluar dari kamar tidur. Donita melihat bagian belakang suaminya, dia tahu bahwa suaminya ingin dia pergi.
Tetapi, Donita enggan. Namun, dia juga tahu bahwa bahkan jika dia tidak ingin pergi, dia sekarang harus keluar dan berbicara dengan suaminya. Dia perlahan-lahan meletakkan putrinya dan membaringkannya di tempat tidur dengan ringan, lalu dia membantu putrinya menyelipkan sisi sudut selimut, dia mencium wajah putrinya dengan lembut, memperhatikannya sebentar, lalu bangkit dan bersiap pergi, dia mendongak untuk melihat ke dinding, tempat di mana foto pernikahan digantung dulu, sekarang sudah kosong.
Rasa sedih dan rasa sakit segera muncul, Donita merasa ingin menangis, dan air matanya tidak bisa tertahankan, dia menutupi mulutnya dengan tangannya dan berjalan dengan berjinjit ke luar kamar, kakinya tidak sengaja menendang sesuatu, dia melihat ke bawah, itu adalah tasnya sendiri, dia mengambilnya dan membawanya di tangannya, dia berjalan keluar dari kamar sambil dengan lembut menutup pintu kamar.
Ketika dia datang ke ruang tamu, dia melihat suaminya berdiri di sana dengan membelakangi kamar tidur, Donita menundukkan kepalanya, tangannya terkulai ke bawah dan diletakkan di depannya, dia memegang tali tas dengan erat, kemudian menghentikan langkah kakinya dengan cemas dan gugup, dia juga hanya berdiri di sana.
Setelah beberapa saat, Whesky berkata dengan marah: "Kenapa kamu masih tidak pergi, kelak kamu jangan datang lagi."
Donita yang berdiri di sana berkata dengan gugup: "Jika aku pergi, bagaimana jika Sonya tidak melihatku ketika dia bangun!"
"Itu urusanku, tidak ada hubungannya denganmu!" Whesky berbalik dengan marah dan menatap Donita, suaranya sedikit naik dan dia berkata: "Sekarang silakan kamu tinggalkan rumahku."
Donita menatap suaminya dengan mata memerah dan berkata dengan memohon: "Suamiku, aku mohon padamu." Donita yang saat ini baru melihat Whesky dengan jelas, dia merasa hatinya semakin sakit. Suaminya terlihat lebih kurus, piyamanya yang dulu sudah tampak longgar, wajahnya juga terlihat kuyu, meskipun dia memakai kacamata, namun lingkaran hitam di matanya masih terlihat.
Dia benar-benar ingin maju dan memeluk suaminya, dia ingin menangis dalam pelukan suaminya. Namun, Donita tidak berani bergerak, dia masih berdiri di sana dengan pengecut dan menundukkan kepalanya.
Whesky yang merasa marah, napasnya berangsur-angsur menjadi berat dan cepat, dia ingin melangkah maju dan menyeret Donita keluar dari rumah, tetapi dia orangnya selalu lembut, dia tidak akan pernah memukulmu, hanya saja terakhir kali dia memukul selingkuhan Donita dengan ganas. Sekarang menghadapi Donita yang lemah dan pengecut, bagaimana dia bisa bertindak padanya.
Whesky yang merasa marah dan sedih mengambil rokok dari meja teh, dia menyalakannya dan menghisapnya dalam-dalam, ketika Donita masih menatapnya dengan terkejut, dia berkata dengan perlahan: "Ketika kita bercerai, ada perjanjian, di perjanjian ada ketentuan yang jelas bahwa agar tidak mempengaruhi kehidupan dan studi Sonya, kamu tidak boleh bertemu dengan Sonya sebelum Sonya kuliah. Kamu sekarang melakukan ini, apakah kamu masih ingin pergi ke pengadilan sekali lagi? "
"Aku mohon padamu, suamiku. Biarkan aku menemani Sonya, bahkan hanya beberapa hari, itu juga sudah cukup." Donita berkata dengan sedih, "Kamu tidak tahu bagaimana aku melewati kehidupanku selama ini, jika aku tidak bisa bertemu denganmu dan Sonya, aku akan gila. "
"Kamu." Whesky hendak melanjutkan perkataannya, ketika dia mendengar bel pintu berbunyi, dia meragu sejenak, dia melangkah maju untuk membuka pintu utama, melihat orang yang berdiri di luar adalah Marena, dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya: "Kenapa kamu bisa ada di sini?"
"Apakah Donita ada di sini?" Marena bertanya dengan cemas.
"Ya." Whesky menjawabnya dengan singkat, "Kamu datang tepat waktu, tolong bawa dia pulang." Setelah dia mengatakannya, dia berjalan ke samping untuk membiarkan Marena masuk.
Marena merasa canggung ketika mendengar perkataannya itu, dia merasa dilema, masuk atau pun tidak masuk dia merasa canggung, kemudian dia memaksakan diri untuk masuk ke ruang tamu. Melihat Donita yang menangis, dia juga merasa sedih, dia memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata: "Whesky, aku sudah datang ke rumahmu, mengapa kamu tidak menuangkan air untukku?"
"Sudah larut, besok pagi semuanya masih harus pergi bekerja." Whesky, yang berdiri di pintu langsung menolaknya, "Kamu sebaiknya bawa dia pergi sesegera mungkin, jika tidak Sonya dan tetangga sebelah akan terganggu."
"Bagaimana mungkin?" Marena berkata dengan tersenyum tak berdaya, dia melangkah maju untuk menutup pintu, dan mendorong Whesky ke ruang tamu, dia berkata dengan membujuknya: "Whesky, kamu jangan pedulikan hal lainnya, demi Sonya, maafkan Donita sekali saja. Terlebih lagi, Donita benar-benar mencintaimu, dia juga istri dan ibu yang baik di rumah, dia hanya tertipu saja."
"Jangan katakan lagi, silakan kalian pergi." Ujar Whesky dengan kaku.
Tidak peduli bagaimanapun Marena membujuknya, atau bagaimanapun Donita memohon padanya, akhirnya Marena pergi bersama Donita. Marena yang mengemudi melihat Donita yang duduk di sebelahnya tanpa mengatakan apa-apa, dia membujuknya lagi. Tetapi tidak tahu mengapa, Donita yang saat ini, memiliki dendam terhadapnya.
Jika Marena tidak datang malam ini, setelah Donita memohon, mungkin dia bisa benar-benar tinggal untuk menemani putrinya tidur. Karena dia melihat rasa sakit di mata suaminya, dia juga melihat dia kasihan padanya, tatapannya juga mengandung cinta yang tersembunyi di kedalaman.
Jika dia bertahan dan terus memohon, suaminya mungkin akan diam dan setuju untuk membiarkannya tetap tinggal, tetapi kedatangan Marena telah merusak situasi itu, sekarang, dia juga tidak bisa menyalahkan Marena, bagaimanapun, dia juga bermaksud baik.
Namun, malam ini, Donita juga memiliki kepercayaan diri dan kegigihan, dia percaya tidak lama kemudian, setelah dia kembali beberapa kali lagi, sangat berkemungkinan dia akan bisa tinggal bersama suami dan putrinya.
Setelah mengantar Donita pulang dan menghiburnya sebentar, Marena berpamitan, dia mengambil tasnya dan bersiap untuk pergi. Pada saat ini Donita berkata: "Kamu bertobatlah. Kalau tidak, aku yang sekarang adalah kamu di masa depan."
"Aku sudah memutuskan hubungan dengannya." Marena menjelaskan dengan lambat, kemudian dia berkata dengan serius: "Tidak peduli apakah kamu percaya atau tidak, aku tetap akan mengatakannya, aku tidak berselingkuh." Setelah mengatakannya, ia meninggalkan rumah Donita.
Setelah kembali ke rumah, Marena melihat waktu sejenak, sudah hampir jam dua subuh, dia pergi ke kamar tidur dan melihat suaminya sudah tidur, dia mandi dengan tergesa-gesa, dan naik ke tempat tidur dengan ringan.
Marena yang berbaring di tempat tidur, dia sering teringat akan kesedihan Donita dan rasa sakit Whesky, dia tidak bisa menahan diri untuk menoleh ke samping dan melihat suaminya yang telah tertidur pulas di sampingnya. Jika suaminya menerima foto itu, apakah kelak dia akan merasa sakit hati seperti Whesky, dan akan menceraikan dirinya?
Suaminya pasti akan merasa sakit hati setelah penjelasannya yang jujur, tetapi dia tidak akan menceraikan dirinya bukan, berdasarkan cinta suaminya pada dirinya, jika dia hamil, suaminya tidak akan menceraikan dirinya. Memikirkan memiliki anak, Marena merasa tertekan, awalnya ia berencana untuk merayu suaminya malam ini, tetapi sayangnya, semuanya tertunda.
Marena yang sedang berpikir, teringat jika suaminya bisa hadir di sana tadi, berdasarkan keterampilan komunikasinya, mungkin dia akan lebih bisa berkomunikasi dengan Whesky, mungkin Donita bisa tinggal di sana, dan dia bisa pulang lebih awal.
Memikirkan hal ini, Marena tiba-tiba menyadari bahwa suaminya tidak menelponnya malam ini. Dulu, jika dia pulang terlambat, suaminya biasanya akan meneleponnya untuk menanyainya, atau pergi menjemputnya.
Dia mengingat kembali dengan teliti, sejak kejadian Durex, suaminya tidak menelponnya lagi di malam hari. Itulah sebabnya Marena merasa sedikit gelisah, apakah suaminya masih meragukan dirinya? Apakah suaminya tidak lagi mencintai dirinya? Atau apakah suaminya benar-benar memiliki wanita lain di luar, dan masih akan memiliki anak dengannya.
Tiba-tiba, perkataan penghinaan Donita muncul lagi di benaknya, ternyata di mata orang lain dia begitu memalukan bahkan tak tahu malu, dia juga memperlakukan suaminya dengan begitu egois dan angkuh.
Marena tidak bisa menahan diri untuk memasukkan tubuhnya ke dalam pelukan suaminya, dia merentangkan tangannya dan memeluk pinggang suaminya, dia perlahan-lahan meringkuk dalam pelukan hangat suaminya.
Pada saat ini, meskipun Marena berbaring di pelukan suaminya, namun dia tiba-tiba kehilangan kepercayaan diri pada suaminya Apakah suaminya masih mencintai dirinya seperti dulu?
Novel Terkait
Diamond Lover
LenaBaby, You are so cute
Callie WangLelaki Greget
Rudy GoldInventing A Millionaire
EdisonLoving The Pain
AmardaUangku Ya Milikku
Raditya DikaIstri Pengkhianat×
- Bab 1 Siapa Laki Laki ini
- Bab 2 Memudarnya Cinta
- Bab 3 Kebohongan Istri
- Bab 4 Salah Kaprah
- Bab 5 Rumah Yang Rapi Dan Bersih
- Bab 6 Menghubungi Sahabat Istri
- Bab 7 Istri Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 8 Marena Berada di Hainan
- Bab 9 Menguak Kebohongan Istri
- Bab 10 Makan Dan Memergoki Perselingkuhan
- Bab 11 Pernikahan Yang Terlihat Bahagia
- Bab 12 Cerita Oktavia
- Bab 13 Marena Pulang
- Bab 14 Melihat Durex Lagi
- Bab 15 Pertama Kalinya Suami Istri Bertengkar
- Bab 16 Kesalahan Dalam Berdalih
- Bab 17 Tidak Beruntung Menjadi Suaminya
- Bab 18 Memeriksa CCTV Komplek Perumahan
- Bab 19 Kebingungan Marena
- Bab 20 Teringat Padanya
- Bab 21 Dari Bangga Berubah Menjadi Kecewa
- Bab 22 Meminta Bantuan Sahabat
- Bab 23 Sahabat pun Memandang Rendah Dirinya
- Bab 24 Tidak Bisa Kembali Lagi Ke Masa Lalu
- Bab 25 Sojun yang Datang Mencari
- Bab 26 Ayah Mertua dan Ibu Mertua
- Bab 27 Yang terpenting adalah Kamu.
- Bab 28 Kembali ke dulunya.
- Bab 29 Ujian Pernikahan
- Bab 30 Mengintimidasi Sang Istri
- Bab 31 Memutuskan Mencari Detektif
- Bab 32 Bersedia Membantu
- Bab 33 Menutupi
- Bab 34 Mencari Perusahaan Detektif
- Bab 35 Negosiasi
- Bab 36 Balas Dendam Atau Cinta Yang Tidak Jelas
- Bab 37 Kesadisan Istri
- Bab 38 Sombong Yang Palsu
- Bab 39 Permintaan Dari Panggilan Tidak Dikenal
- Bab 40 Menceritakan Keseluruhan Cerita
- Bab 41 Donita yang Tidak Bisa Tahan Lagi
- Bab 42 Apakah Masih Mencintainya?
- Bab 43 Dendam Welly Dan Sojun Lu
- Bab 44 Masuk ke Dalam Jebakan
- Bab 45 Solusi Sojun Lu
- Bab 46 Istri yang Meninggalkan Rumah pada Tengah Malam
- Bab 47 Marena Berada Di Kamar Hotel
- Bab 48 Kembali Memberi Kesempatan
- Bab 49 Welly Ingin Memakan Masakan Yoyo
- Bab 50 Welly Memenangkan Yoyo
- Bab 51 Menghadapi Selingkuhan Istri
- Bab 52 Bersiap-Siap Pulang untuk menjelaskan
- Bab 53 Irwandi Memutuskan Balas Dendam
- Bab 54 Welly Melaporkan Ke Polisi Lagi
- Bab 55 Sojun Lu Ditangkap
- Bab 56 Cerai
- Bab 57 Rumah Kosong Dan Sunyi
- Bab 58 Oktavia Bercerai
- Bab 59 Penderitaan Marena
- Bab 60 Sendiri Orang Terakhir Yang Mengetahui Kebenaran
- Bab 61 Diinterogasi oleh Ayah dan Ibu Mertua
- Bab 62 Balas Dendam Yoyo
- Bsb 63 Irwandi Naik Jabatan
- Bab 64 Marena ingin rujuk kembali
- Bab 65 Marena Datang Ke Perusahaan Untuk Mencari Irwandi
- Bab 66 Penolakan Irwandi
- Bab 67 Menyadarkannya
- Bab 68 Percakapan Antara Irwandi dan Marena
- Bab 69 Undangan Makan dari Oktavia
- Bab 70 Ayo Kita Pulang (End)