Hello! My 100 Days Wife - Bab 21 Apakah Masih Marah?
Setelah membuat sup selama dua jam penuh, sup iga yang lezat akhirnya telah siap, Nikita Ruan memasukkan sup itu ke dalam kotak bekal, lalu berencana untuk keluar.
Sebelum pergi, dia melihat sejenak dirinya yang ada di dalam cermin, tiba-tiba dia merasa sedikit ragu.
Jika dia muncul di perusahaan seperti ini, pasti banyak rekan kerja yang akan mengenalinya, jika dia keluar masuk ruangan direktur seperti ini, dia takut akan menimbulkan pertanyaan dari banyak orang.
Setelah berpikir, akhirnya dia mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga, menggunakan topi dan masker untuk menutupi wajahnya, lalu dia pergi menuju perusahaan.
Sebelumnya saat Darwin Yu mengantarkannya, dia membawanya melewati jalan khusus untuk direktur, kali ini dia langsung naik ke dalam lift khusus, dan langsung tiba di lantai tempat ruangan direktur berada.
Keluar dari dalam lift, Nikita Ruan menyemangati dirinya sendiri di dalam hati, namun siapa sangka baru saja berjalan dua langkah, dia langsung dihentikan oleh seseorang.
“Siapa kamu? Apa kamu tahu di mana ini? Pengantar pesanan makanan tidak boleh sembarangan masuk!”
Seorang wanita mengenakan pakaian sekretaris menghadang di depan Nikita Ruan, wajahnya cantik, hanya saja sepasang matanya yang tidak bersahabat itu sangat tajam dan sombong.
Nikita Ruan tercengang, belum sempat dia berucap, dia kembali mendengar wanita itu berucap, “Pesanan siapa? Letakkan saja, dan pergilah!”
Pengantar makanan?
Nikita Ruan menundukkan kepalanya melihat pakaian yang dia kenakan, lalu kembali menatap tas bekal yang ada di tangannya, seketika dia tidak bisa mengatakan apapun.
Wanita itu melihat Nikita Ruan yang tidak mengatakan apapun sedari tadi, wajahnya menjadi menggelap, “Apa kamu tidak mengerti bahasa manusia? Kuminta kamu untuk keluar, ini bukanlah tempat yang bisa kamu datangi!”
Tatapan Nikita Ruan jatuh pada kartu tanda pengenal yang ada di dadanya, lalu menyebutkan setiap kata namanya, “Lenny Cheng, bukankah sikap pelayananmu......”
“Sikap pelayanan? Kamu seorang pengantar makanan memerlukan sikap pelayananku yang bagaimana?”
Lenny Cheng memutar bola matanya malas, mengulurkan tangannya ingin merebut kotak bekal yang ada di tangan Nikita Ruan, “Berikan padaku makanannya, kamu cepat pergi!”
Nikita Ruan langsung memundurkan langkahnya, saat sedang merasa terdesak, tiba-tiba terdengar suara familiar dari samping.
“Hmm, lakukan sesuai dengan saran dari kelompok A, selesaikan proposalnya dalam tiga hari.”
Nikita Ruan menatap ke arah suara, dia melihat Darwin Yu sedang memimpin beberapa orang berjalan ke sini.
Kebetulan Darwin Yu menolehkan kepalanya kemari, tatapannya jatuh pada Nikita Ruan, seketika tatapannya terhenti beberapa detik, dan langsung mengalihkan pandangannya seperti tidak ada yang aneh.
Lenny Cheng saat melihat Darwin Yu, matanya langsung berbinar, dan segera menghampirinya, “Direktur Yu, dokumen yang kamu minta sudah kuletakkan di ruangan.”
“Hmm.”
Jawaban yang datar itu, Darwin Yu langsung melewatinya, dan menatap ke arah Nikita Ruan.
Nikita Ruan mengenakan topi baseball dan masker, sekujur tubuhnya tertutup dengan rapat, hanya menunjukkan sepasang matanya, ditatap seperti ini olehnya, dia merasa punggungnya berkeringat dingin.
Lenny Cheng di samping yang menyadari pandangan Darwin Yu, menatap Nikita Ruan sejenak, dan segera menjelaskan, “Direktur Yu, entah siapa yang memesan makanan pesan antar, hingga dia masuk ke dalam sini, pasti resepsionis di bawah tidak memperhatikannya, hingga dia bisa diam-diam naik ke sini, aku sudah mengusirnya......”
“Tidak perlu.” Darwin Yu berucap, “Biarkan dia masuk.”
“Hah?” Lenny Cheng terkejut, mengira dirinya salah dengar.
“Kubilang, biarkan dia masuk.”
Darwin Yu merendahkan suaranya mengucapkan kalimat ini, lalu melangkahkan kakinya masuk ke arah ruangannya.
Lenny Cheng tercengang, setelah Darwin Yu pergi, dia kembali menatap Nikita Ruan, berucap dengan kesal, “Kenapa kamu tidak mengatakannya sejak awal jika kamu datang untuk mengantarkan makanan pada Direktur Yu? Masuklah!”
Nikita Ruan tidak mengatakan apapun, tangannya yang memegang tas bekal sedikit mengerat, dan segera menundukkan kepalanya masuk ke ruangan.
Darwin Yu pasti mengenalinya, penampilannya ini, bisa mengelabui orang lain, namun bagaimana bisa mengelabuinya?
Dengan hati-hati masuk ke dalam ruangan, belum sempat dia mengangkat kepalanya, dia mendengar suara pria itu yang memerintah, “Tutup pintunya.”
“Oh.” Nikita Ruan menoleh menutup pintunya, lalu menurunkan maskernya, tanpa sadar jantungnya berdetak semakin cepat.
“Untuk apa kamu datang?”
“Aku...... aku datang mengantarkan sup untukmu.”
Nikita Ruan menarik napasnya dalam, menundukkan kepalanya berjalan ke samping meja, lalu mengeluarkan kotak bekal yang ada di dalam tasnya, “Masalah kemarin aku yang salah, biasanya kamu sudah sibuk bekerja, seharusnya aku tidak menambahkan masalah untukmu.”
Melihat wanita itu yang menundukkan kepalanya, seperti anak kecil yang melakukan kesalahan, suaranya yang rendah, dan wajahnya memerah.
Rasa kesal yang awalnya masih ada di hati Darwin Yu telah berkurang setengah, dia mengangkat tangannya mengusap keningnya, lalu berucap dengan pelan, “Sudahlah, aku tahu.”
Nikita Ruan yang mendengar hal ini, berjalan ke arahnya dengan sedikit bersemangat, “Kalau begitu...... kamu sudah tidak marah lagi?
“Hmm”
Mendengar jawaban pria itu, Nikita Ruan merasa senang, lalu bertanya, “Kalau begitu malam ini bisakah kamu menemani......”
”Tok tok!”
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, “Direktur Yu, ada sebuah dokumen yang perlu kamu tanda tangan.”
Darwin Yu yang mendengar hal ini, tidak langsung menjawabnya, tapi mengangkat padangannya menatap Nikita Ruan, lalu memerintah dengan wajah datarnya, “Kamu pergilah dulu.”
Baru Nikita Ruan berucap setengah, dia menelan kembali kalimatnya, menggigit bibirnya, berucap dengan pelan, “Ingat untuk meminum supnya selagi hangat.”
Selesai berucap, dia memakai kembali maskernya, lalu melangkah keluar ruangan.
Awalnya dia sudah berpikir, jika amarah Darwin Yu sudah mereda, dia akan mengatakan padanya mengenai masalah ulang tahun ayahnya, tidak disangka dia sesibuk ini, seperti tidak ingin mendengarnya membicarakan hal lainnya.
Setelah ini, dia hanya bisa berbohong pada Nyonya Liu.
Nikita Ruan melangkahkan kakinya, baru saja tiba di depan lift khusus, terdengar suara wanita yang tidak asing dari belakang, “Tunggu!”
NIkita Ruan menolehkan kepalanya, melihat Lenny Cheng berjalan mendekat.
”Apa ada masalah?”
Lenny Cheng mengangkat alisnya, mencoba bertanya, “Apa hubunganmu dengan Direktur Yu? Kamu pelayan di rumahnya?”
Hati Nikita Ruan tersentak, tidak berniat untuk menggubrisnya, akhirnya berbalik bertanya dengan dingin, “Ini tidak ada hubungannya denganmu kan?”
Setelah melontarkan kalimat ini, Nikita Ruan langsung masuk ke dalam lift khusus, dan menekan tombol.
“Kamu!” Lenny Cheng berdiri di luar, menghentakkan kakinya kesal.
Menaiki lift hingga tiba di lantai satu, setelah berjalan keluar dari perusahaan, seketika Nikita Ruan tidak tahu harus pergi ke mana.
Awalnya dia sudah mengatakan pada Nyonya Liu dan Profesor Ruan, jika malam ini kedua orang tua mereka akan makan bersama, namun sekarang Darwin Yu tidak bisa datang, bagaimana dia menjelaskannya pada Nyonya Liu?
Setelah berpikir cukup lama, Nikita Ruan masih tidak menemukan jalan keluarnya, teringat dirinya yang belum menyiapkan hadiah untuk ayahnya, akhirnya dia pergi ke pusat perbelanjaan terdekat untuk memilih hadiah.
Setelah mengelilingi beberapa toko, Nikita Ruan masih tidak menemukan hadiah yang cocok untuk ayahnya, hingga dia melewati sebuah toko barang antik, lantai kayu berwarna coklat dengan kesan vintage, seketika sebuah lemari pajangan berwarna merah tua menarik perhatiannya.
Nikita Ruan berkeliling sejenak di dalam toko, melewati sebuah lemari pajangan, pandangannya tertarik pada sebuah pena besi yang menyinarkan cahaya abu-abu.
Nikita Ruan merasa senang, dan langsung berucap, “Bos, bisakah mengeluarkan pena ini untukku lihat?”
Bos yang mendengar hal ini langsung mendekatinya, saat melihat pena yang dia tunjuk, lalu tersenyum sungkan padanya, “Maaf, pena ini baru saja terjual, dan belum sempat dibungkus.”
Nikita Ruan tercengang sejenak, lalu bertanya, “Benarkah sudah terjual?”
Dia telah berkeliling seharian, dan tidak menemukan hadiah yang memuaskan, namun pena ini, hanya dengan sekali melihatnya dia tahu jika Profesor Ruan pasti akan menyukainya, namun tidak disangka......
Bos itu menganggukkan kepalanya dengan serius, lalu memintanya untuk menolehkan kepalanya, “Sudah terjual, pembelinya adalah Tuan ini.”
Nikita Ruan menolehkan kepalanya ke arah pandangannya, terlihat seorang pria yang duduk di atas kursi roda, tidak jauh dari lemari pajangan, sedang menikmati benda-benda yang ada di lemari pajangan.
Wajahnya tampan, tatapannya hangat, dan yang lebih penting adalah, Nikita Ruan merasa dia terlihat mirip dengan Darwin Yu...
Novel Terkait
The Sixth Sense
AlexanderMy Only One
Alice SongAsisten Bos Cantik
Boris DreyWahai Hati
JavAliusCinta Dan Rahasia
JesslynHello! My 100 Days Wife×
- Bab 1 Kencan Buta
- Bab 2 Menikah
- Bab 3 Seharusnya Kamu Bernama Niko!
- Bab 4 Lega
- Bab 5 Kalian Saling Kenal?
- Bab 6 Upacara Penyerahan Anak
- Bab 7 Tenggelam Dalam Pikiran
- Bab 8 Pergilah!
- Bab 9 Apa Kamu Terluka?
- Bab 10 Terima Kasih Banyak.
- Bab 11 Ruang Kerja Darwin Yu
- Bab 12 Apa Yang Sedang Kamu Lakukan?
- Bab 13 Kamu Adalah Istriku.
- Bab 14 Naik Jabatan
- Bab 15 Selamat
- Bab 16 Kenapa Mencelakaiku?
- Bab 17 Bagaimana Menjelaskannya Pada Profesor?
- Bab 18 Jangan Menyalahkanku!
- Bab 19 Memangnya Aku Tidak Bisa Memakanmu?
- Bab 20 Topik Terlarang
- Bab 21 Apakah Masih Marah?
- Bab 22 Maaf, Aku Datang Terlambat
- Bab 23 Aku Menemanimu Pergi
- Bab 24 Memiliki Hubungan Apa Dengannya?
- Bab 25 Orang Yang Menggangguku
- Bab 26 Kembali Ke Perusahaan
- Bab 27 Tidak Ada Yang Menemaninya Pergi
- Bab 28 Masih Ingin Menyembunyikannya Dariku?
- Bab 29 Hanya Bisa Bergantung Pada Diri Sendiri
- Bab 30 Nenek Ingin Bertemu Denganmu
- Bab 31 Harus Aku Berlutut Memohon Padamu?
- Bab 32 Datang Menjemputmu Pulang
- Bab 33 Suami Istri Sebatas Nama
- Bab 34 Hadiah yang Sudah Di Siapkan
- Bab 35 Melihat Nenek
- Bab 36 Kamu Itu Kakak Iparku
- Bab 37 Apakah Benar-Benar Tulus?
- Bab 38 Apakah Bisa Berhasil?
- Bab 39 Masuk Ke Ruangannya
- Bab 40 Kamu Mencari Siapa?
- Bab 41 Aku Akan Menunggumu Di Rumah
- Bab 42 Berasal Dari Menguntit
- Bab 43 Mengalihkan Perhatian
- Bab 44 Tidak Ingin Memanfaatkan Dia Lagi
- Bab 45 Mengambil Kesempatan Untuk Menjailinya
- Bab 46 Alergi Terhadap Mangga
- Bab 47 Habiskan Sekotak Mangga
- Bab 48 Kamu Harus Memikul Kesalahan Ini
- Bab 49 Membantu Dia Mengoleskan Obat
- Bab 50 Terima Kasih Kamu Melindungi Aku
- Bab 51 Menyambut Direktur Cheng
- Bab 52 Harus Tanggung Jawab Sampai Akhir
- Bab 53 Kamu Adalah Wanita Yang Sudah Menikah
- Bab 54 Apa Kau Masih Marah Padaku?
- Bab 55 Aku Mencintaimu
- Bab 56 Tidak Bisa Memberimu Sebuah Acara Pernikahan
- Bab 57 Menemaninya Lembur
- Bab 58 Tidak Akan Membuatkan Masalah Untukmu
- Bab 59 Membuatnya Malu!
- Bab 60 Hubungan Yang dilapisi Kertas
- Bab 61 Bagaimana Tega?
- Bab 62 Saudara Tiri
- Bab 63 Lain Kali Tidak Akan Meninggalkan Kamu Lagi
- Bab 64 Memastikan Sumber Ginjal
- Bab 65 Suka Anak Lak-Laki Atau Anak Perempuan?
- Bab 66 Tidak Seberapa Cocok
- Bab 67 Melakukan Permainan Bersama-Sama
- Bab 68 Hukuman Air Es
- Bab 69 Rekan Wanita Yang Paling Beruntung
- Bab 70 Kecelakaan Terjatuh Ke Dalam Air
- Bab 71 Cemburu?
- Bab 72 Apakah Kamu Yang Melakukannya?
- Bab 73 Mesinnya Bermasalah
- Bab 74 Terjebak Di Atas Kapal
- Bab 75 Jujur Dan Terhormat
- Bab 76 Wangi Parfum Wanita
- Bab 77 Ada Wanita Lain?
- Bab 78 Inti Dan Prinsip
- Bab 79 Hanya Makan Saja
- Bab 80 Mungkinkah Hamil?
- Bab 81 Hamil
- Bab 82 Aku Tidak Dapat Mendonorkan Ginjal
- Bab 83 Tidak Ingin Melihat Kamu
- Bab 84 Aku Ingin Bercerai
- Bab 85 Tidak Sudi Dengan Uang Kamu
- Bab 86 Nenek Lari Dari Rumah
- Bab 87 Satu Tamparan
- Bab 88 Berakhir Di Sini Saja
- Bab 89 Kakak Dari Sahabat Baik
- Bab 90 Kembali Bekerja Ke Perusahaan
- Bab 91 Tidak Sengaja Terjatuh
- Bab 92 Musuh Bersama
- Bab 93 Masalah Yang Mana?
- Bab 94 Bukan Menjadi Adik Iparku
- Bab 95 Masalah Ini Hanya Kamu Yang Dapat Membantunya
- Bab 96 Apa Kelebihan Kamu?
- Bab 97 Masih Ada Banyak Kesempatan Mendatang
- Bab 98 Ada Masalah Apa?
- Bab 99 Hidung Belang Yang Terkenal
- Bab 100 Menyuruhnya Menenani Minum Arak
- Bab 101 Pulang Ke Rumahmu Atau Rumahku?
- Bab 102 Hanya Sebuah Pion
- Bab 103 Siluman Rubah
- Bab 104 Sekarang Bukan Saat Yang Tepat
- Bab 105 Tipe Idamannya
- Bab 106 Kita Sudah Bercerai!
- Bab 107 Masalahku Tidak Perlu Kamu Urus
- Bab 108 Menuntut Penjelasan
- Bab 109 Apakah Kamu Masih Adalah Pria?
- Bab 110 Surat Pengunduran Diri Tidak Berlaku