Hello! My 100 Days Wife - Bab 33 Suami Istri Sebatas Nama
Mendengar kata "istri", Nikita Ruan terdiam seaat, kemudian merasa sedikit lucu.
Ya dia memang istri dari Darwin Yu, tapi ini hanya sebatas nama. Dari awal, dia tidak tahu siapa wanita yang bernama Cella Ye itu dan dimana keberadaannya.
Memikirkan hal ini, Nikita Ruan semakin kesal, selain itu, karena dia baru saja bangun dan memiliki temperamen bangun yang sangat tinggi membuatnya tiba-tiba menjadi pemberani.
Dia mengalihkan pandangannya dan bergumam, "Ya itu kan hanya sebatas nama..."
Darwin Yu yang sedang duduk di sisi ranjang. Meski suara wanita itu tidak nyaring, tapi dia tetap bisa mendengar dengan jelas. Dia mengerutkan kening dan menggenggam tangannya lebih erat. "Siapa bilang itu hanya sebatas nama?"
Apa yang harus di lakukan antara suami istri sudah mereka lakukan, lalu dia bagaimana bisa mengangap mereka hanya suami istri sebatas nama.
Nikita Ruan dengan marah berkata, “Ya kataku."
Walaupun dia mengatakan seperti itu, tapi dia masih tidak memiliki keberanian untuk menatap mata lelaki itu, dan dagunya tiba-tiba di tahan dan membuatnya menoleh ke samping untuk bertemu dengan ketampanan sempurna milik lelaki itu.
Meskipun Nikita Ruan di hari kerja memiliki kesempatan untuk mendekati Darwin Yu, tapi ini adalah pertama kalinya 2 orang saling memandang dengan jarak begitu dekat, dan dalam keadaan sama-sama sadar. Untuk sesaat Nikita Ruan menjadi panik dan detak jantungnya berdebar kencang.
"Kamu..."
Bibir tipis Darwin Yu dengan ringan terbuka, "Kita telah melakukan semua yang harus dilakukan, lalu mengapa masih tidak terhitung sebagai pasangan suami istri pada umumnya?"
Hati Nikita Ruan tiba-tiba terasa tercekat, wajahnya memerah dan insiden yang terjadi di hotel waktu itu tanpa sadar kembali terlintas di benaknya.
Ya sepertinya...Memang begitu.
Nikita Ruan menggigit bibirnya, dia tidak bisa membantahnya. Wajahnya memerah tidak hanya karena malu atau marah, dia mendorong tangan Darwin Yu dengan panik, dan dengan emosi berkata, "Tidak, pokoknya aku hari ini tidak mau pulang!"
Sebelum selesai berbicara, Darwin Yu bangkit, dan Nikita Ruan merasa dirinya telah tertutup bayangan di hadapannya.
Sebelum dia sempat merespon, lelaki itu sudah menggendongnya dan dengan mudah membalikan badan.
Dia berusaha melepaskan diri, tetapi Darwin Yu sepertinya telah memahami pergerakannya, dia tiba-tiba mendekat ke telinganya dan berbisik, "Kalau kamu tidak mau pulang bersamaku, maka aku akan tinggal di sini malam ini. Ayah ibu harusnya tidak keberatan kalau aku menginap, walaupun tempat tidurmu kecil, tapi kita bisa tidur berdempetan.”
Nikita Ruan sejenak tertegun dan detik berikutnya dia merasa sangat malu hingga tidak bisa mengangkat wajahnya.
Dia...bagaimana bisa mengatakan hal seperti itu!
Darwin Yu menggendongnya, dengan tenang menundukkan kepalanya dan bertanya, "Jadi, maukah pulang bersamaku?”
Saat ini Nikita Ruan benar-benar kewalahan. Kalaupun dia tidak setuju tetapi harus tetap setuju, dan sekarang dia dan Darwin Yu sudah mendapatkan buku nikahnya. Kalau ingin menginap, nyonya Liu pasti akan menyuruhnya tidur di satu kamar.
Kalau begitu bukankah sama saja dengan memasukkan dirinya ke dalam jebakan!
Darwin Yu dengan sabar menundukkan kepalanya dan terus bertanya, "Hm? Pulang tidak?"
Nikita Ruan hampir mengertakkan gigi mengeluarkan jawabannya, "Pulang..."
Sekarang, dia tidak punya pilihan lain sama sekali.
“Bagus.” Darwin Yu menyunggingkan bibirnya dengan puas, dan berjalan keluar.
Setelah meninggalkan kamar, Nyonya Liu dan Profesor Ruan sama-sama menunggu di ruang tamu, mereka tampaknya sangat penasaran dengan pergerakan mereka.
Darwin Yu menggendong Nikita Ruan tanpa melepaskannya, melihat mereka dan berkata, "Ayah, ibu, hari ini salahku sudah membuat Nikita marah. Sekarang kami telah menyelesaikan semuanya, aku akan membawanya pulang, jadi jangan khawatir."
“Bagus, bagus!” Nyonya Liu segera bangkit dan berjalan menghampiri, melirik Nikita Ruan yang sedang digendong, dengan senyuman yang tak terbendung di wajahnya, “Nikita, kamu harusnya lebih pengertian juga, dan harus tahu statusmu sekarang apa!"
Wajah Nikita Ruan dikubur ke dada Darwin Yu, karena takut Nyonya Liu dan Profesor Ruan akan melihat wajahnya yang memerah, dan dia hanya menjawab “Ya” saja.
Nyonya Liu hendak menasihati beberapa patah kata lagi, tetapi tak di sangka dihentikan oleh Profesor Ruan. Dia melihat ke arah Darwin Yu dan Nikita Ruan, dan dengan lembut berkata, "Ya sudah, kalau tidak ada apa-apa lagi pulang lah, nanti kalau terlalu malam malah tidak enak dan aman.”
"Baik, kalau begitu kami pulang dulu."
Darwin Yu selesai bicara berjalan keluar ruangan sambil terus menggendong Nikita Ruan, Nyonya Liu selesai mengantar mereka sampai pintu langsung kembali dalam.
Setelah menuruni beberapa anak tangga, Nikita Ruan dengan cepat berkata, "Kan sudah keluar, jadi sudah bisa menurunkanku kan?"
Darwin Yu terkekeh dan bertanya balik, "Kamu tidak memakai sepatumu. Apakah kamu yakin ingin aku menurunkanmu?"
Setelah mendengar peringatannya, Nikita Ruan menyadari kalau dia sudah di gendong dari tempat tidur olehnya dan dia bahkan tidak sempat untuk memakai sepatunya.
"Ya tapi...Aku tidak bisa selalu digendong olehmu seperti ini kan!"
Darwin Yu terus berjalan ke depan, "Tidak bisa kenapa? Kebetulan kamu juga sedang terluka, jadi lebih baik tidak memakai sepatu."
Nikita Ruan tidak bisa menjawab kata itu, jadi akhirnya hanya bisa diam dan berhenti bicara.
Darwin Yu terus menggendongnya keluar dari gang, dan begitu dia berjalan ke sisi mobil, Alson Du sudah keluar dari mobil dan membantunya membukakan pintu.
Dia dengan hati-hati memasukkan Nikita Ruan di kursi belakang mobil, lalu mengikuti masuk ke dalam mobil, dan memerintahkan Alson Du untuk mengemudi.
Ketika mobil melaju, keadaan tiba-tiba menjadi sunyi, dan suasananya terasa canggung.
Darwin Yu menoleh untuk melihat wanita di sampingnya, dan membuka suara untuk memecah keheningan, "Masih marah?"
Di kantor hari ini, kata-kata yang dia ucapkan memang sedikit keterlaluan, tetapi dia tidak menyangka kalau dia akan marah begitu lama, dan dia tidak menyangka dia bisa sampai pulang ke rumah keluarganya.
Melihat dia lama tidak menjawab, Darwin Yu melanjutkan, "Nikita kamu tahu tidak, tidak semua orang sebaik kamu, dan tidak semua orang tahu balas budi."
Orang-orang seperti Betty Yang dan Jason Qin, kalau dia kali ini tidak memberi mereka pelajaran, dia khawatir mereka lain kali akan terus menindas orang lain.
Mendengar apa yang dia katakan, ketidak-senangan Nikita Ruan menghilang sedikit. Dia menggerakkan tubuhnya dan berkata dengan lembut, "Aku hanya merasa kalau kamu melakukan ini, itu akan menyakiti begitu banyak orang yang tidak bersalah."
Setelah hening beberapa saat, Darwin Yu tiba-tiba menoleh dan menatapnya dengan serius, "Apakah kamu benar-benar ingin memberi mereka kesempatan?"
Nikita Ruan menarik nafas dalam dan mengangguk, "Ya."
Membiarkan orang lain pergi juga berarti melepaskan dirinya sendiri, dan dia tidak ingin membuat orang mati karena dirinya.
Melihat cahaya terang berkedip di bawah mata wanita itu, Darwin Yu berkata dengan lembut, "Oke, kalau begitu aku akan memberi mereka kesempatan ini."
Terkadang, realitas dapat memberikan pelajaran yang lebih mendalam kepada orang-orang daripada prinsip-prinsip verbal, dan yang kurang Nikita Ruan adalah penajaman realitasnya, karena ada beberapa kebenaran yang hanya bisa diajarkan oleh kenyataan yang dia terima.
Mendengar itu Nikita Ruan sedikit terkejut, "Benarkah?"
Darwin Yu dengan ringan berkata, "Ya, aku akan mendengarkan kamu kali ini."
Melihat dia setuju, suasana hatinya tiba-tiba semakin membaik.
Setelah beberapa saat, mobil berhenti di depan vila, dan Darwin Yu menggendong Nikita Ruan keluar dari dalam mobil berjalan ke pintu gerbang, bibi Rong sudah berada di depan menyambut mereka.
Melihat Darwin Yu menggendong Nikita Ruan, wajahnya terlihat kebingungan, “ini...Kenapa jadinya pulang?”
Darwin Yu mengerutkan alisnya, dengan ringan berkata: “Tadi marah ngambek pulang ke rumah ibunya, jadi aku culik kembali bawa dia pulang kesini.”
Setelah kata-kata itu keluar, pipi Nikita Ruan langsung memerah lagi, dia menarik nafas dalam-dalam dan sedikit kesal membuang muka, “Mana ada!”
Bibi Rong melihat pasangan ini diam-diam tertawa, tidak mengatakan apa-apa lagi kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
Darwin Yu menggendong Nikita Ruan kembali ke kamar, meletakannya di atas kasur dengan suara pelan mengingatkan, “Malam ini tidur lebih awal ya, besok kita masih ada urusan lain.”
Mendengar perkataannya, Nikita Su seketika langsung teringat.
Besok hari sabtu, hari dimana dia dan Darwin Yu akan pulang ke rumah keluarga besarnya untuk bertemu dengan neneknya!
Novel Terkait
Hanya Kamu Hidupku
RenataMenantu Hebat
Alwi GoBehind The Lie
Fiona LeeLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaCEO Daddy
TantoUntouchable Love
Devil BuddyThat Night
Star AngelHello! My 100 Days Wife×
- Bab 1 Kencan Buta
- Bab 2 Menikah
- Bab 3 Seharusnya Kamu Bernama Niko!
- Bab 4 Lega
- Bab 5 Kalian Saling Kenal?
- Bab 6 Upacara Penyerahan Anak
- Bab 7 Tenggelam Dalam Pikiran
- Bab 8 Pergilah!
- Bab 9 Apa Kamu Terluka?
- Bab 10 Terima Kasih Banyak.
- Bab 11 Ruang Kerja Darwin Yu
- Bab 12 Apa Yang Sedang Kamu Lakukan?
- Bab 13 Kamu Adalah Istriku.
- Bab 14 Naik Jabatan
- Bab 15 Selamat
- Bab 16 Kenapa Mencelakaiku?
- Bab 17 Bagaimana Menjelaskannya Pada Profesor?
- Bab 18 Jangan Menyalahkanku!
- Bab 19 Memangnya Aku Tidak Bisa Memakanmu?
- Bab 20 Topik Terlarang
- Bab 21 Apakah Masih Marah?
- Bab 22 Maaf, Aku Datang Terlambat
- Bab 23 Aku Menemanimu Pergi
- Bab 24 Memiliki Hubungan Apa Dengannya?
- Bab 25 Orang Yang Menggangguku
- Bab 26 Kembali Ke Perusahaan
- Bab 27 Tidak Ada Yang Menemaninya Pergi
- Bab 28 Masih Ingin Menyembunyikannya Dariku?
- Bab 29 Hanya Bisa Bergantung Pada Diri Sendiri
- Bab 30 Nenek Ingin Bertemu Denganmu
- Bab 31 Harus Aku Berlutut Memohon Padamu?
- Bab 32 Datang Menjemputmu Pulang
- Bab 33 Suami Istri Sebatas Nama
- Bab 34 Hadiah yang Sudah Di Siapkan
- Bab 35 Melihat Nenek
- Bab 36 Kamu Itu Kakak Iparku
- Bab 37 Apakah Benar-Benar Tulus?
- Bab 38 Apakah Bisa Berhasil?
- Bab 39 Masuk Ke Ruangannya
- Bab 40 Kamu Mencari Siapa?
- Bab 41 Aku Akan Menunggumu Di Rumah
- Bab 42 Berasal Dari Menguntit
- Bab 43 Mengalihkan Perhatian
- Bab 44 Tidak Ingin Memanfaatkan Dia Lagi
- Bab 45 Mengambil Kesempatan Untuk Menjailinya
- Bab 46 Alergi Terhadap Mangga
- Bab 47 Habiskan Sekotak Mangga
- Bab 48 Kamu Harus Memikul Kesalahan Ini
- Bab 49 Membantu Dia Mengoleskan Obat
- Bab 50 Terima Kasih Kamu Melindungi Aku
- Bab 51 Menyambut Direktur Cheng
- Bab 52 Harus Tanggung Jawab Sampai Akhir
- Bab 53 Kamu Adalah Wanita Yang Sudah Menikah
- Bab 54 Apa Kau Masih Marah Padaku?
- Bab 55 Aku Mencintaimu
- Bab 56 Tidak Bisa Memberimu Sebuah Acara Pernikahan
- Bab 57 Menemaninya Lembur
- Bab 58 Tidak Akan Membuatkan Masalah Untukmu
- Bab 59 Membuatnya Malu!
- Bab 60 Hubungan Yang dilapisi Kertas
- Bab 61 Bagaimana Tega?
- Bab 62 Saudara Tiri
- Bab 63 Lain Kali Tidak Akan Meninggalkan Kamu Lagi
- Bab 64 Memastikan Sumber Ginjal
- Bab 65 Suka Anak Lak-Laki Atau Anak Perempuan?
- Bab 66 Tidak Seberapa Cocok
- Bab 67 Melakukan Permainan Bersama-Sama
- Bab 68 Hukuman Air Es
- Bab 69 Rekan Wanita Yang Paling Beruntung
- Bab 70 Kecelakaan Terjatuh Ke Dalam Air
- Bab 71 Cemburu?
- Bab 72 Apakah Kamu Yang Melakukannya?
- Bab 73 Mesinnya Bermasalah
- Bab 74 Terjebak Di Atas Kapal
- Bab 75 Jujur Dan Terhormat
- Bab 76 Wangi Parfum Wanita
- Bab 77 Ada Wanita Lain?
- Bab 78 Inti Dan Prinsip
- Bab 79 Hanya Makan Saja
- Bab 80 Mungkinkah Hamil?
- Bab 81 Hamil
- Bab 82 Aku Tidak Dapat Mendonorkan Ginjal
- Bab 83 Tidak Ingin Melihat Kamu
- Bab 84 Aku Ingin Bercerai
- Bab 85 Tidak Sudi Dengan Uang Kamu
- Bab 86 Nenek Lari Dari Rumah
- Bab 87 Satu Tamparan
- Bab 88 Berakhir Di Sini Saja
- Bab 89 Kakak Dari Sahabat Baik
- Bab 90 Kembali Bekerja Ke Perusahaan
- Bab 91 Tidak Sengaja Terjatuh
- Bab 92 Musuh Bersama
- Bab 93 Masalah Yang Mana?
- Bab 94 Bukan Menjadi Adik Iparku
- Bab 95 Masalah Ini Hanya Kamu Yang Dapat Membantunya
- Bab 96 Apa Kelebihan Kamu?
- Bab 97 Masih Ada Banyak Kesempatan Mendatang
- Bab 98 Ada Masalah Apa?
- Bab 99 Hidung Belang Yang Terkenal
- Bab 100 Menyuruhnya Menenani Minum Arak
- Bab 101 Pulang Ke Rumahmu Atau Rumahku?
- Bab 102 Hanya Sebuah Pion
- Bab 103 Siluman Rubah
- Bab 104 Sekarang Bukan Saat Yang Tepat
- Bab 105 Tipe Idamannya
- Bab 106 Kita Sudah Bercerai!
- Bab 107 Masalahku Tidak Perlu Kamu Urus
- Bab 108 Menuntut Penjelasan
- Bab 109 Apakah Kamu Masih Adalah Pria?
- Bab 110 Surat Pengunduran Diri Tidak Berlaku