Hello! My 100 Days Wife - Bab 27 Tidak Ada Yang Menemaninya Pergi
Nikita Ruan telah mendapatkan dokumen tugasnya, dia menghubungi lebih dulu pabrik yang bekerja sama sebelumnya, dan menentukan waktu untuk bertemu, kemudian dia bersiap memindahkan barang-barangnya ke ruangan.
Saat dia merapikan barangnya, rekan-rekan di sekitar menatapnya berspekulatif, bahkan ada beberapa orang yang berkumpul dan tanpa ragu membicarakannya.
“Siapa yang tahu dia berasal dari mana? Kudengar, Lidia anak magang yang terus bersamanya itu sepertinya dipecat karena melakukan kesalahan padanya, miris sekali!”
“Benarkah? Pantas saja aku melihat Lidia beberapa hari ini.”
“……”
Berbagai macam suara masuk ke telinga Nikita Ruan, dia mengerutkan alisnya, lalu membereskan barangnya dengan cepat, membawa kardusnya dan berjalan ke arah ruangannya.
Dia tahu dengan jelas, kenaikan jabatannya memang tidak sesuai dengan peraturan perusahaan, masalah yang sudah menjadi seperti sekarang ini dia juga tidak bisa menutup mulut orang lain, satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah bekerja dengan tekun.
Memikirkan hal ini, hati Nikita Ruan penuh dengan semangat, mengambil dokumen lalu membacanya, dan berencana untuk pergi menemui pihak pabrik untuk membicarakan barang pesanan.
Di dokumen itu tertulis boleh memilih dua pegawai dari departemen untuk keluar bersama, namun siapa sangka saat dia tiba di ruang kerja, setelah mengatakan niatannya, ternyata tidak ada satu orang pun yang ingin menemaninya pergi.
Melihat tidak ada yang bereaksi, Nikita Ruan menarik napas dalam kembali berucap, “Apakah ada yang hari ini tugasnya lebih santai, ikut aku pergi sebentar, dan akan kembali dengan cepat.”
Semua orang yang ada di ruang kerja menundukkan kepalanya, seperti tidak mendengar ucapannya sama sekali, suasana menjadi sangat canggung.
Melihat tidak ada orang yang menjawab, Nikita Ruan menarik napas dalam, dan langsung berjalan ke samping seorang rekan kerja, berucap dengan pelan, “Amel, bisakah kamu menemaniku pergi sebentar?”
Amel adalah perempuan yang paling ramah di dalam departemen, sebelumnya hubungannya dengan Nikita Ruan juga cukup baik, sekarang di situasi seperti ini, Nikita Ruan hanya bisa meminta bantuannya.
Amel merasa sedikit ragu, saat ingin membuka mulutnya, tiba-tiba terdengar sebuah suara dari samping, “Amel, laporan yang kusuruh rapikan apakah sudah selesai? Aku harus segera menggunakannya!”
Nikita Ruan menoleh ke arah suara, terlihat Bella Meng yang sedang berjalan mendekat.
Amel yang mendengar hal ini, langsung berucap, “Kakak Bella, itu masih belum selesai, aku akan kembali mengerjakannya.”
Selesai berucap, dia kembali menatap Nikita Ruan dengan perasaan bersalah, “Maaf Nikita, pekerjaanku belum selesai.”
Nikita Ruan yang mendengar hal ini, berucap dengan pelan, “Tidak masalah, kamu kerjakan saja pekerjaanmu.”
Bella Meng berjalan mendekat, lalu bertanya, “Nikita, kenapa? Apakah mencari orang untuk keluar melakukan tugas bersamamu?”
Nikita Ruan menganggukkan kepalanya, “Hmm, aku takut tidak bisa melakukannya sendiri.”
Mendengarnya yang berucap seperti ini, Bella Meng menyeringai sejenak, “Nikita, sekarang kamu bukanlah pegawai kecil seperti sebelumnya, sekarang kamu adalah asisten administrasi, masalah ini walaupun kamu pergi melakukannya sendiri juga harus dilakukan dengan baik, ditambah lagi semuanya sangat sibuk, kamu ingin orang lain melepaskan pekerjaan yang ada di tangannya lalu membantumu?”
Suaranya tidak keras juga tidak kecil, bisa membuat rekan kerja yang lainnya mendengar dengan jelas, beberapa orang yang merasa senang bahkan tertawa pelan, dan menunggu pertunjukkan menarik dari Nikita Ruan.
Nikita Ruan yang dibicarakan seperti ini di depan semua orang, wajahnya terasa memanas.
Beberapa saat kemudian, dia menarik napas dalam, “Kakak Bella, benar katamu, aku akan pergi sekarang.”
Selesai berucap, dia membalikkan tubuhnya dan langsung keluar dari departemen administrasi.
Walaupun sebelumnya dia hanyalah seorang pegawai kecil, namun dia tahu dengan jelas tugas membicarakan barang pesanan seperti ini biasanya dua hingga tiga orang yang pergi bersama, namun karena kali ini tidak ada yang ingin ikut dengannya, dia harus menyelesaikannya sendiri.
Berjalan keluar dari perusahaan, Nikita Ruan langsung menuju perusahaan pabrik yang bekerja sama sebelumnya, lalu bertemu dengan penanggung jawab yang ada di sana.
Setelah kedua pihak itu berbincang sejenak, Nikita Ruan langsung menuju ke topik pembicaraan, “Direktur Chen, kedatanganku kali ini, sebenarnya untuk memesan barang karena liburan yang akan datang sebentar lagi, sebelumnya Perusahaan Yu kami pernah bekerja sama dengan kalian, kali ini juga berencana untuk memesan barang dari perusahaan kalian, mengenai harga jika tetap menggunakan harga tahun lalu, bagaimana menurutmu?”
Awalnya sikap Direktur Chen cukup baik, namun saat mendengar soal harga, wajahnya langsung berubah menjadi serius, lalu membalikkan daftar harga, dan langsung menggeleng berucap, “Harga ini, sepertinya kita tidak bisa memberikannya.”
Nikita Ruan yang melihat hal ini, segera berucap, “Direktur Chen, anggaran yang diberikan perusahaan kami kali ini sama dengan tahun lalu......”
“Asisten Ruan, kamu tidak boleh bicara seperti ini, sekarang harga barang di seluruh negeri ini sedang naik, dan berbeda setiap saatnya, ini bahkan sudah lewat satu tahun, tentu saja kami tidak bisa memberikan kalian harga saat itu lagi.”
“Tapi dibandingkan tahun lalu jumlah barang yang akan kita beli tahun ini lebih banyak......”
Tanpa menunggu Nikita Ruan menyelesaikan kalimatnya, Direktur Chen langsung memotong ucapannya, “Jangan katakan apapun lagi, Asisten Ruan, aku sudah mengatakannya dengan jelas, harga ini kami tidak bisa memberikannya, sebaiknya kamu kembali dan laporkan pada atasan, jika masih butuh datanglah lagi, dan kita bicarakan lagi nanti.”
Selesai Direktur Chen berucap, dia bangkit berdiri dan langsung pergi.
Nikita Ruan ikut bangkit berdiri, namun tidak disangka sikap Direktur Chen sangat keras kepala, tidak ingin membicarakannya lagi sama sekali.
Tidak disangka, ini adalah perusahaan pertama yang dia hampiri, tapi prosesnya tidak lancar seperti ini.
Nikita Ruan menghela napas, dengan pasrah, dia hanya bisa membawa kembali dokumennya dan pergi ke perusahaan selanjutnya.
Sudah beberapa perusahaan yang dia hampiri, namun tidak ada satu pun yang menerima dengan harga yang perusahaan berikan.
Nikita Ruan baru sadar, bekerja di luar tidak semudah yang dia bayangkan, anggaran yang diberikan perusahaan terbatas, sedangkan harga penjual juga tidak rendah, dia berada di tengah-tengah ke sana kemari, dan tidak membuahkan hasil sama sekali.
Seharian ke sana kemari, Nikita Ruan menyeret tubuh lelahnya kembali ke perusahaan.
Ini adalah hari pertama dia kembali bekerja, namun dia sudah mendapatkan tugas yang tidak berperasaan.
Dia mengenakan sepatu hak tinggi, berlari seharian, melangkah puluhan ribu langkah, belakang kakinya mengeluarkan darah, tumitnya terasa sangat sakit.
Dengan perlahan dia berjalan masuk ke perusahaan, Nikita Ruan berjalan ke depan dengan pelan, belum sampai di depan lift, dia mendengar suara ribut dari belakangnya.
Saat dia menolehkan kepalanya, kebetulan dia melihat segerombolan orang berjalan ke arahnya, dan yang berjalan di paling depan adalah Darwin Yu, di belakangnya diikuti empat hingga lima pria yang mengenakan jas, sepertinya petinggi perusahaan.
Mereka melangkahkan kakinya dengan cepat, NIkita Ruan berdiri di tempatnya, seperti terhipnotis berdiri di tempatnya tanpa bersuara, dan tatapannya terkunci pada tubuh Darwin Yu yang bergerak.
Darwin Yu sedang membicarakan sesuatu dengan peria yang ada di sampingnya, saat menolehkan kepalanya, dia melihat Nikita Ruan yang ada di samping, tiba-tiba tatapannya terhenti, dua detik kemudian, dia mengalihkan pandangannya, dan kembali berjalan ke depan.
Nikita Ruan melihat punggung mereka yang menjauh, langsung menghela napas lega, tadi dia takut jika Darwin Yu melihat keanehannya, beruntung dia tidak menyadarinya.
Kembali ke ruangan departemen administrasi, Nikita Ruan melepaskan sepatu hak tingginya, dia melihat belakang kakinya yang tergesek ada sebuah luka yang berdarah, membuatnya mengerutkan alisnya.
Jika tahu dia akan keluar berjalan selama itu, seharusnya dia mengenakan sepatu yang datar saja!
Tidak lama kemudian, kepala departemen Kakak Lan tiba-tiba menelepon, menyuruhnya untuk mengantarkan sebuah dokumen ke ruangan direktur.
Nikita Ruan tidak sempat mengobati lukanya, mengambil dokumen itu dengan terburu-buru, dan ingin pergi ke ruangan direktur.
Baru berjalan setengah, dia baru sadar, jika dia pergi ke ruangan direktur seperti ini, mungkin dia akan bertemu dengan Darwin Yu, dan mungkin saja Darwin Yu akan melihat ada luka di kakinya!
Novel Terkait
The True Identity of My Hubby
Sweety GirlMy Enchanting Guy
Bryan WuMenunggumu Kembali
NovanLove and Trouble
Mimi XuMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeAkibat Pernikahan Dini
CintiaHello! My 100 Days Wife×
- Bab 1 Kencan Buta
- Bab 2 Menikah
- Bab 3 Seharusnya Kamu Bernama Niko!
- Bab 4 Lega
- Bab 5 Kalian Saling Kenal?
- Bab 6 Upacara Penyerahan Anak
- Bab 7 Tenggelam Dalam Pikiran
- Bab 8 Pergilah!
- Bab 9 Apa Kamu Terluka?
- Bab 10 Terima Kasih Banyak.
- Bab 11 Ruang Kerja Darwin Yu
- Bab 12 Apa Yang Sedang Kamu Lakukan?
- Bab 13 Kamu Adalah Istriku.
- Bab 14 Naik Jabatan
- Bab 15 Selamat
- Bab 16 Kenapa Mencelakaiku?
- Bab 17 Bagaimana Menjelaskannya Pada Profesor?
- Bab 18 Jangan Menyalahkanku!
- Bab 19 Memangnya Aku Tidak Bisa Memakanmu?
- Bab 20 Topik Terlarang
- Bab 21 Apakah Masih Marah?
- Bab 22 Maaf, Aku Datang Terlambat
- Bab 23 Aku Menemanimu Pergi
- Bab 24 Memiliki Hubungan Apa Dengannya?
- Bab 25 Orang Yang Menggangguku
- Bab 26 Kembali Ke Perusahaan
- Bab 27 Tidak Ada Yang Menemaninya Pergi
- Bab 28 Masih Ingin Menyembunyikannya Dariku?
- Bab 29 Hanya Bisa Bergantung Pada Diri Sendiri
- Bab 30 Nenek Ingin Bertemu Denganmu
- Bab 31 Harus Aku Berlutut Memohon Padamu?
- Bab 32 Datang Menjemputmu Pulang
- Bab 33 Suami Istri Sebatas Nama
- Bab 34 Hadiah yang Sudah Di Siapkan
- Bab 35 Melihat Nenek
- Bab 36 Kamu Itu Kakak Iparku
- Bab 37 Apakah Benar-Benar Tulus?
- Bab 38 Apakah Bisa Berhasil?
- Bab 39 Masuk Ke Ruangannya
- Bab 40 Kamu Mencari Siapa?
- Bab 41 Aku Akan Menunggumu Di Rumah
- Bab 42 Berasal Dari Menguntit
- Bab 43 Mengalihkan Perhatian
- Bab 44 Tidak Ingin Memanfaatkan Dia Lagi
- Bab 45 Mengambil Kesempatan Untuk Menjailinya
- Bab 46 Alergi Terhadap Mangga
- Bab 47 Habiskan Sekotak Mangga
- Bab 48 Kamu Harus Memikul Kesalahan Ini
- Bab 49 Membantu Dia Mengoleskan Obat
- Bab 50 Terima Kasih Kamu Melindungi Aku
- Bab 51 Menyambut Direktur Cheng
- Bab 52 Harus Tanggung Jawab Sampai Akhir
- Bab 53 Kamu Adalah Wanita Yang Sudah Menikah
- Bab 54 Apa Kau Masih Marah Padaku?
- Bab 55 Aku Mencintaimu
- Bab 56 Tidak Bisa Memberimu Sebuah Acara Pernikahan
- Bab 57 Menemaninya Lembur
- Bab 58 Tidak Akan Membuatkan Masalah Untukmu
- Bab 59 Membuatnya Malu!
- Bab 60 Hubungan Yang dilapisi Kertas
- Bab 61 Bagaimana Tega?
- Bab 62 Saudara Tiri
- Bab 63 Lain Kali Tidak Akan Meninggalkan Kamu Lagi
- Bab 64 Memastikan Sumber Ginjal
- Bab 65 Suka Anak Lak-Laki Atau Anak Perempuan?
- Bab 66 Tidak Seberapa Cocok
- Bab 67 Melakukan Permainan Bersama-Sama
- Bab 68 Hukuman Air Es
- Bab 69 Rekan Wanita Yang Paling Beruntung
- Bab 70 Kecelakaan Terjatuh Ke Dalam Air
- Bab 71 Cemburu?
- Bab 72 Apakah Kamu Yang Melakukannya?
- Bab 73 Mesinnya Bermasalah
- Bab 74 Terjebak Di Atas Kapal
- Bab 75 Jujur Dan Terhormat
- Bab 76 Wangi Parfum Wanita
- Bab 77 Ada Wanita Lain?
- Bab 78 Inti Dan Prinsip
- Bab 79 Hanya Makan Saja
- Bab 80 Mungkinkah Hamil?
- Bab 81 Hamil
- Bab 82 Aku Tidak Dapat Mendonorkan Ginjal
- Bab 83 Tidak Ingin Melihat Kamu
- Bab 84 Aku Ingin Bercerai
- Bab 85 Tidak Sudi Dengan Uang Kamu
- Bab 86 Nenek Lari Dari Rumah
- Bab 87 Satu Tamparan
- Bab 88 Berakhir Di Sini Saja
- Bab 89 Kakak Dari Sahabat Baik
- Bab 90 Kembali Bekerja Ke Perusahaan
- Bab 91 Tidak Sengaja Terjatuh
- Bab 92 Musuh Bersama
- Bab 93 Masalah Yang Mana?
- Bab 94 Bukan Menjadi Adik Iparku
- Bab 95 Masalah Ini Hanya Kamu Yang Dapat Membantunya
- Bab 96 Apa Kelebihan Kamu?
- Bab 97 Masih Ada Banyak Kesempatan Mendatang
- Bab 98 Ada Masalah Apa?
- Bab 99 Hidung Belang Yang Terkenal
- Bab 100 Menyuruhnya Menenani Minum Arak
- Bab 101 Pulang Ke Rumahmu Atau Rumahku?
- Bab 102 Hanya Sebuah Pion
- Bab 103 Siluman Rubah
- Bab 104 Sekarang Bukan Saat Yang Tepat
- Bab 105 Tipe Idamannya
- Bab 106 Kita Sudah Bercerai!
- Bab 107 Masalahku Tidak Perlu Kamu Urus
- Bab 108 Menuntut Penjelasan
- Bab 109 Apakah Kamu Masih Adalah Pria?
- Bab 110 Surat Pengunduran Diri Tidak Berlaku