Hello! My 100 Days Wife - Bab 20 Topik Terlarang
Setelah Nikita Ruan berpikir, dia tetap tidak menemukan ide yang bagus.
Namun bagaimanapun, ulang tahun Profesor Ruan adalah hari yang penting, karena dia dan Darwin Yu sudah menikah, jadi satu keluarga makan bersama juga bukanlah masalah besar.
Sebaiknya, besok dia baru menjelaskannya pada Darwin Yu, lalu meminta pendapatnya.
Setelah membuat keputusan, Nikita Ruan akhirnya menghela napas lega, setelah beban di hatinya berkurang, dia baru terlelap tidur.
Saat bertemu dengan Darwin Yu lagi, adalah keesokan sorenya, Nikita Ruan merasa sangat bosan berada di dalam kamar, saat mendengar suara mobil dari luar jendela, dia melihat ke arah luar jendela sejenak, ternyata terlihat sebuah mobil yang familiar.
Tidak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka dari arah ruang kerja di lantai dua, Nikita Ruan membuka pintu kamarnya, baru saja tiba di bawah tangga, dia melihat Bibi Rong membawa teh yang baru saja diseduh ke atas.
Nikita Ruan memelankan suaranya bertanya, “Bibi Rong, apa Darwin sudah pulang?”
“Benar, Tuan muda baru saja pulang, tapi sepertinya tidak terlalu senang, kulihat raut wajahnya tidak terlalu baik.”
“Hah?”
Seketika Nikita Ruan merasa tegang, awalnya dia menunggu Darwin Yu pulang, lalu berencana mengatakan masalah ayahnya yang berulang tahun, tidak disangka ternyata suasana hatinya sedang buruk.
Bibi Rong bertanya dengan bingung, “Ada apa Nyonya muda, apa ada masalah?”
“Tidak ada.” selesai Nikita Rong berucap, tatapannya jatuh pada nampan yang ada di tangannya, dan segera mengambilnya, “Bibi Rong, berikan saja tehnya padaku, aku akan mengantarkannya.”
“Baiklah, kalau begitu hati-hati.”
Setelah mengambil nampan itu, Nikita Ruan menarik napas dalam, dan langsung berjalan ke arah ruang kerja.
Bagaimanapun, masalah ini tidak bisa ditunda lagi, tadi pagi Nyonya Liu sudah memesan restoran, alamat dan waktunya juga sudah dikirimkan padanya, jika dia tidak menyelesaikan masalah ini, Nyonya Liu pasti akan menyalahkannya.
Tiba di depan pintu, Nikita Ruan mengulurkan satu tangannya, mengetuk pintu.
“Masuk.”
Mendengar suara jernih pria itu dari dalam, Nikita Ruan memberanikan diri untuk membuka pintu dan masuk ke dalam.
Darwin Yu sedang duduk di depan meja kerjanya, menatap komputer yang ada di atas meja dengan serius, raut wajahnya memang terlihat lebih dingin dari biasanya.
Nikita Ruan meletakkan teh ke depan meja kerja, lalu berucap dengan pelan, “Ini teh yang baru saja dibuat oleh Bibi Rong, aku datang mengantarkannya untukmu.”
“Hmm.”
Darwin Yu menjawab dengan datar, tanpa mengangkat kepalanya.
Nikita Ruan terdiam sejenak, lalu berinisiatif mengambil teko dan menuangkan teh untuknya, dan bertanya, “Apa...... hari ini sangat lelah?”
“Lumayan.” ucap Darwin Yu, lalu menatap ke arahnya, nada bicaranya melembut, “Luka di leher apa sudah diganti obatnya?”
“Oh... sudah.”
Tiba-tiba pria itu melontarkan kalimat perhatiannya, membuat Nikita Ruan menjadi kacau, “Itu......”
Darwin Yu menatap ke arahnya, “Ada masalah apa lagi?”
Nikita Ruan memaksakan sebuah senyuman, berpura-pura terlihat santai, “Bukan apa-apa, hanya ingin mengobrol denganmu, aku sudah berada di sini beberapa hari, tapi tidak pernah melihat orang tuamu, sebenarnya aku sangat penasaran pada orang tuamu......”
Belum selesai berucap, dia menyadari raut wajah Darwin Yu yang menggelap seketika, kemudian dia langsung menghentikan ucapannya.
Dengan anehnya dia merasa bersalah, dan berucap dengan ragu, “Apa... aku salah bicara?”
Raut wajah Darwin Yu menjadi serius, tatapannya sangat dingin, namun seperti sedang menahan sesuatu, beberapa saat kemudian, dia langsung bangkit berdiri, menatap Nikita Ruan, berucap dengan suara beratnya, “Nikita, apa kamu sangat senggang?”
Kalimat ini sarat akan arti tertentu, seketika Nikita Ruan tercengang, dan tidak bisa mengatakan apapun.
“Aku……”
Darwin Yu mengerutkan alisnya, maju mendekatinya, berucap dengan dingin, “Jika aku menjadimu, aku akan memfokuskan diriku pada pekerjaan, berpikir bagaimana menghilangkan rumor yang ada di perusahaan, dan bukannya memperhatikan hal-hal yang tidak ada hubungannya!”
Setelah mengucapkan ini, Darwin Yu menatapnya dalam sejenak, dan langsung melangkahkan kakinya berjalan keluar pintu.
Nikita Ruan berdiri di tempatnya, seketika kepalanya terasa kosong, dia tidak menyangka, dia hanya mengungkit masalah orang tua Darwin Yu, tapi dia akan semarah ini.
Apalagi, sekarang mereka sudah menikah, mereka adalah satu keluarga, orang tuanya adalah mertuanya, dia ingin mengetahui mereka adalah hal yang wajar, apanya yang tidak ada hubungannya?
Jangan-jangan, Darwin Yu tidak pernah menganggapnya sebagai keluarga?
Terbesit pemikiran ini, tiba-tiba membuat hati Nikita Ruan menjadi dingin, dan sedikit kecewa.
Walaupun sejak awal, dia dan Darwin Yu menikah, juga tidak memintanya untuk mencintainya, namun jika dilihat sekarang, apa bedanya mereka dengan orang asing?
Nikita Ruan merasa sangat sedih, mendengar suara mobil yang menjauh dari lantai bawah, perlahan-lahan dia baru berjalan keluar dari ruang kerja.
Bibi Rong dengan panik menghampirinya dan bertanya, “Nyonya muda, apa yang terjadi? Kenapa Tuan muda tiba-tiba pergi lagi?”
Kedua tangan Nikita Ruan bertautan, menundukkan kepalanya berucap pelan, “Bibi Rong, sepertinya aku membuatnya marah lagi.”
“Ini... apa yang terjadi?”
Menghadapi pertanyaan Bibi Rong, Nikita Ruan hanya bisa menjelaskan apa yang terjadi, setelah mendengarnya membicarakan masalah orang tua Darwin Yu, seketika raut wajah Bibi Rong berubah.
“Nyonya muda, ternyata kamu tidak tahu apapun! Dengan Tuan muda, ibunya adalah topik terlarang!”
Nikita Ruan melebarkan matanya, “Apa? Topik terlarang!”
Ini pertama kalinya dia mendengar orang tua adalah topik terlarang!
“Aish! Kamu tidak tahu, nasib nyonya sangat buruk, dia pergi saat Tuan muda berusia dua puluh tahun, Nyonya meninggal karena sakit, sebelum meninggal dia ingin bertemu dengan Tuan besar, namun karena Tuan besar sibuk bekerja, jadi tidak sempat pulang, sejak saat itu, ada jarak di antara Tuan muda dan Tuan besar......”
Bibi Rong menghela napas panjang, kembali berucap, “Biasanya Tuan muda dan Tuan besar memang tidak dekat, dia tidak suka jika ada orang lain yang membahas orang tuanya, jadi......”
Nikita Ruan yang berada di samping, setelah mendengar penjelasan Bibi Rong, akhirnya dia mengerti mengapa reaksi Darwin Yu bisa semarah tadi.
“Kalau begitu...... aku harus bagaimana?”
Hari ini bukannya mengatakan soal orang tuanya yang mengundangnya ke acara ulang tahun ayahnya, tapi dia malah menyentuh batas terlarangnya, sangat sulit untuk meredakan amarah Darwin Yu.
Bibi Rong menasehati dengan pelan, “Aish, Nyonya muda, kamu juga jangan terlalu menyalahkan dirimu, orang yang tidak tahu memang tidak bersalah, tunggu setelah amarah Tuan muda mereda, nantinya dia akan membaik sendiri.”
Walaupun seperti itu, namun Nikita Ruan tetap terasa seperti ada batu besar yang menekan hatinya, dia menarik napas dalam, lalu bertanya, “Bibi Rong, kamu ajarkan padaku, aku harus bagaimana untuk menunjukkan permintaan maafku? Kali ini aku benar-benar tidak sengaja......”
“Tuan muda sangat menyukai sup iga buatanku, bagaimana jika aku mengajarimu membuatnya, lalu kamu buat sendiri untuknya?”
Mata Nikita Ruan langsung berbinar, dan berucap, “Baiklah!”
Dibandingkan mengucapkan kata maaf, lebih baik membuatkan sesuatu untuknya.
Bersama dengan Bibi Rong, Nikita Ruan langsung masuk ke dalam dapur, dan mulai belajar membuat sup.
Setelah berkutat di dalam dapur selama dua jam, akhirnya Nikita Ruan menguasai rahasia sup iga Bibi Rong.
Keesokan paginya, saat Nikita Ruan bangun dia langsung masuk ke dapur, setelah mendapatkan iga segar yang baru dibeli oleh Bibi Rong, dia mulai membuat sup.
Dia sudah memikirkannya, setelah sup iganya matang, dia akan mengantarkannya ke perusahaan, dengan begini, mungkin saja amarah Darwin Yu akan mereda setelah meminum sup buatannya, dan nanti malam bisa pergi menghadiri acara ulang tahun ayahnya bersamanya.
Walaupun orang tuanya tidak bisa datang, dia bisa datang saja juga sudah memuaskan.
Novel Terkait
Hello! My 100 Days Wife×
- Bab 1 Kencan Buta
- Bab 2 Menikah
- Bab 3 Seharusnya Kamu Bernama Niko!
- Bab 4 Lega
- Bab 5 Kalian Saling Kenal?
- Bab 6 Upacara Penyerahan Anak
- Bab 7 Tenggelam Dalam Pikiran
- Bab 8 Pergilah!
- Bab 9 Apa Kamu Terluka?
- Bab 10 Terima Kasih Banyak.
- Bab 11 Ruang Kerja Darwin Yu
- Bab 12 Apa Yang Sedang Kamu Lakukan?
- Bab 13 Kamu Adalah Istriku.
- Bab 14 Naik Jabatan
- Bab 15 Selamat
- Bab 16 Kenapa Mencelakaiku?
- Bab 17 Bagaimana Menjelaskannya Pada Profesor?
- Bab 18 Jangan Menyalahkanku!
- Bab 19 Memangnya Aku Tidak Bisa Memakanmu?
- Bab 20 Topik Terlarang
- Bab 21 Apakah Masih Marah?
- Bab 22 Maaf, Aku Datang Terlambat
- Bab 23 Aku Menemanimu Pergi
- Bab 24 Memiliki Hubungan Apa Dengannya?
- Bab 25 Orang Yang Menggangguku
- Bab 26 Kembali Ke Perusahaan
- Bab 27 Tidak Ada Yang Menemaninya Pergi
- Bab 28 Masih Ingin Menyembunyikannya Dariku?
- Bab 29 Hanya Bisa Bergantung Pada Diri Sendiri
- Bab 30 Nenek Ingin Bertemu Denganmu
- Bab 31 Harus Aku Berlutut Memohon Padamu?
- Bab 32 Datang Menjemputmu Pulang
- Bab 33 Suami Istri Sebatas Nama
- Bab 34 Hadiah yang Sudah Di Siapkan
- Bab 35 Melihat Nenek
- Bab 36 Kamu Itu Kakak Iparku
- Bab 37 Apakah Benar-Benar Tulus?
- Bab 38 Apakah Bisa Berhasil?
- Bab 39 Masuk Ke Ruangannya
- Bab 40 Kamu Mencari Siapa?
- Bab 41 Aku Akan Menunggumu Di Rumah
- Bab 42 Berasal Dari Menguntit
- Bab 43 Mengalihkan Perhatian
- Bab 44 Tidak Ingin Memanfaatkan Dia Lagi
- Bab 45 Mengambil Kesempatan Untuk Menjailinya
- Bab 46 Alergi Terhadap Mangga
- Bab 47 Habiskan Sekotak Mangga
- Bab 48 Kamu Harus Memikul Kesalahan Ini
- Bab 49 Membantu Dia Mengoleskan Obat
- Bab 50 Terima Kasih Kamu Melindungi Aku
- Bab 51 Menyambut Direktur Cheng
- Bab 52 Harus Tanggung Jawab Sampai Akhir
- Bab 53 Kamu Adalah Wanita Yang Sudah Menikah
- Bab 54 Apa Kau Masih Marah Padaku?
- Bab 55 Aku Mencintaimu
- Bab 56 Tidak Bisa Memberimu Sebuah Acara Pernikahan
- Bab 57 Menemaninya Lembur
- Bab 58 Tidak Akan Membuatkan Masalah Untukmu
- Bab 59 Membuatnya Malu!
- Bab 60 Hubungan Yang dilapisi Kertas
- Bab 61 Bagaimana Tega?
- Bab 62 Saudara Tiri
- Bab 63 Lain Kali Tidak Akan Meninggalkan Kamu Lagi
- Bab 64 Memastikan Sumber Ginjal
- Bab 65 Suka Anak Lak-Laki Atau Anak Perempuan?
- Bab 66 Tidak Seberapa Cocok
- Bab 67 Melakukan Permainan Bersama-Sama
- Bab 68 Hukuman Air Es
- Bab 69 Rekan Wanita Yang Paling Beruntung
- Bab 70 Kecelakaan Terjatuh Ke Dalam Air
- Bab 71 Cemburu?
- Bab 72 Apakah Kamu Yang Melakukannya?
- Bab 73 Mesinnya Bermasalah
- Bab 74 Terjebak Di Atas Kapal
- Bab 75 Jujur Dan Terhormat
- Bab 76 Wangi Parfum Wanita
- Bab 77 Ada Wanita Lain?
- Bab 78 Inti Dan Prinsip
- Bab 79 Hanya Makan Saja
- Bab 80 Mungkinkah Hamil?
- Bab 81 Hamil
- Bab 82 Aku Tidak Dapat Mendonorkan Ginjal
- Bab 83 Tidak Ingin Melihat Kamu
- Bab 84 Aku Ingin Bercerai
- Bab 85 Tidak Sudi Dengan Uang Kamu
- Bab 86 Nenek Lari Dari Rumah
- Bab 87 Satu Tamparan
- Bab 88 Berakhir Di Sini Saja
- Bab 89 Kakak Dari Sahabat Baik
- Bab 90 Kembali Bekerja Ke Perusahaan
- Bab 91 Tidak Sengaja Terjatuh
- Bab 92 Musuh Bersama
- Bab 93 Masalah Yang Mana?
- Bab 94 Bukan Menjadi Adik Iparku
- Bab 95 Masalah Ini Hanya Kamu Yang Dapat Membantunya
- Bab 96 Apa Kelebihan Kamu?
- Bab 97 Masih Ada Banyak Kesempatan Mendatang
- Bab 98 Ada Masalah Apa?
- Bab 99 Hidung Belang Yang Terkenal
- Bab 100 Menyuruhnya Menenani Minum Arak
- Bab 101 Pulang Ke Rumahmu Atau Rumahku?
- Bab 102 Hanya Sebuah Pion
- Bab 103 Siluman Rubah
- Bab 104 Sekarang Bukan Saat Yang Tepat
- Bab 105 Tipe Idamannya
- Bab 106 Kita Sudah Bercerai!
- Bab 107 Masalahku Tidak Perlu Kamu Urus
- Bab 108 Menuntut Penjelasan
- Bab 109 Apakah Kamu Masih Adalah Pria?
- Bab 110 Surat Pengunduran Diri Tidak Berlaku