Hello! My 100 Days Wife - Bab 83 Tidak Ingin Melihat Kamu

Badan Nikita Ruan jatuh tak terkendali dan menghantam dengan keras pada anak tangga. Punggungnya terasa sakit, detik berikutnya, dia berguling ke bawah menyusuri anak tangga.

Wajah Darwin Yu berubah seketika, “Nikita Ruan!”

Dengan suara ‘dum’, telinga Nikita Ruan berdengung, rasa sakit langsung merambat ke seluruh bagian tubuhnya.

Nikita Ruan membuka mata dengan susah payah, tetapi langit-langit yang dia lihat semakin buram, lalu wajah pria itu terlintas di depan matanya, sepertinya ada gejolak yang bangkit di dasar mata pria itu yang dingin.

Perlahan-lahan, pandangan Nikita Ruan menjadi gelap, dan dia tak sadarkan diri.

“Bibi Rong, panggil ambulans!”

Dalam mata Darwin Yu terlintas akan kecemasan, dia menatap wanita yang sedang berbaring di lantai tetapi tidak berani menyentuhnya, jika menyebabkan cedera lanjutan, akan semakin gawat.

Bibi Rong segera datang, dia termangu melihat Nikita Ruan yang terjatuh di lantai, lalu dia segera mengambil ponsel dan menelepon nomor panggilan darurat.

Sepuluh menit kemudian, beriringan dengan bunyi sirene, mobil ambulans tiba di depan pintu Mansion….

Nikita Ruan memimpikan mimpi yang panjang, dia memimpikan dirinya hamil sepuluh bulan, tetapi ketika hampir tiba pada waktu melahirkan, entah mengapa tiba-tiba muncul sebuah lubang di perutnya, darah mengucur keluar dari lubang itu, dia berteriak meminta tolong, tetapi tidak ada orang yang datang. Lalu dia menoleh, dia melihat sebuah wajah yang sangat familiar, namun Darwin Yu hanya meliriknya dengan datar dan langsung pergi….

“Tidak!”

Badan Nikita Ruan menegang dan dia langsung berteriak. Dia membuka mata, yang tampak di matanya adalah langit-langit yang berwarna putih.

Nikita Ruan bernapas terengah-engah, dahi dan punggungnya penuh dengan keringat dingin.

Dia… di mana?

“Nyonya muda, akhirnya kamu sudah sadar!”

Mendengar suara yang familiar di telinganya, Nikita Ruan termangu, dia menolehkan kepala perlahan-lahan, dan melihat Bibi Rong di samping kasur.

“Aku… di mana?”

Nikita Ruan menggerakkan bibir dan menarik napas di saat bersamaan, entah mengapa perutnya terasa sakit.

Dalam mata Bibi Rong memancarkan rasa belas kasih, “Kamu di rumah sakit, kamu jatuh dari tangga di rumah, kamu sudah berbaring selama dua hari….”

Mendengarnya, Nikita Ruan mencoba untuk menggerakkan badan, tetapi sekujur tubuhnya bagai tergilas oleh mobil truk, sakit tak tertahankan.

Bibi Rong bergegas menenangkannya, “Jangan asal bergerak, ada tidak sedikit luka di badanmu, sekarang kamu membutuhkan istirahat, untung saja tidak mengenai tulang, kalau tidak akan parah.”

Nikita Ruan mengernyit, dia hanya merasa badannya tidak begitu beres, tetapi dia tidak bisa mengatakan di mana letak keanehannya.

Setelah tertegun, Nikita Ruan menggerakkan bibir, “Bibi Rong… aku haus.”

Bibi Rong langsung tersadarkan, dia mengambil gelas dan sendok kecil di samping, perlahan-lahan menyendokkan air untuk Nikita Ruan.

Tepat ketika itu, pintu dibuka.

“Sudah sadar?”

Mendengar suara ini, Nikita Ruan gemetaran secara tidak sadar.

Bibi Rong berkata, “Nyonya muda baru saja sadar.

Darwin Yu mengangguk, dia mengambil gelas dari tangan Bibi Rong dan berkata dengan datar, “Aku saja yang suapi dia.”

Bibi Rong mengerti dan langsung meninggalkan ruangan.

Begitu pintu tertutup, di dalam ruangan langsung sunyi senyap. Sudut mata Nikita Ruan melirik pria yang sedang berdiri di samping kasur, dia mengernyit, tidak ingin melihatnya.

Merasakan tatapan wanita itu, Darwin Yu menarik napas dalam-dalam, dia menyendokkan sedikit air dengan sendok kecil dan menyodorkan ke tepi bibir Nikita Ruan.

Nikita Ruan menolehkan kepala, tidak ingin meminumnya.

Suasana tiba-tiba menjadi dingin.

Darwin Yu mengerutkan alis, dia meletakkan gelas dan sendok, lalu berkata dengan datar, “Kali ini, aku yang bersalah padamu, anak di dalam kandunganmu….”

Sambil berkata, Darwin Yu tiba-tiba berhenti.

Nikita Ruan tertegun, dia menoleh menatapnya dengan mata yang penuh dengan kekagetan, “Anakku… kenapa?”

Mata Darwin Yu yang dalam terlintas akan keragu-raguan, dia menggerakkan bibir yang tegang dan berkata dengan suara berat, “… sudah tidak ada.”

Beberapa kata itu bagaikan petir yang menyambar pada kepala Nikita Ruan.

“Tidak… ada?”

Tidak heran dia merasa badannya sedikit aneh ketika sadar, rasa sakit di perut menjerat seluruh bagian tubuhnya.

Tadi Bibi Rong tidak mengatakan yang lain, dia mengira anaknya tidak apa-apa, tetapi dipikirkan dengan cermat, dia jatuh berguling dari anak tangga yang begitu tinggi, tidak mengenai tulang pun sudah beruntung, bagaimana bisa dia mengharapkan anak di dalam kandungannya yang begitu lemah masih baik-baik saja?

Air mata mengalir turun dari sudut mata Nikita Ruan dengan tanpa suara, jantungnya berkedut sakit, dia mengeratkan kepalan tangan, tetapi bahkan bangkit duduk saja sulit baginya.

Dia bahkan belum merasakan apa rasanya menjadi seorang ibu, tetapi nyawa kecil itu sudah direnggut darinya.

Mata Darwin Yu menjadi suram melihat reaksi Nikita Ruan, alisnya yang berkerut semakin erat. Darwin Yu berkata dengan suara yang berat dan rendah, serta suara yang serak, “Nikita, masalah ini adalah salahku.”

Nikita Ruan mengertak gigi dan mengucapkan, “Kamu… keluar, aku tidak ingin melihat kamu!”

Segala dari semuanya adalah karena Darwin Yu!

Jika bukan Darwin Yu yang memaksanya mendonorkan ginjal untuk Cella Ye, masalah juga tidak akan menjadi seperti sekarang ini!

Nikita Ruan menolehkan kepala ke samping, tidak ingin melihat Darwin Yu lagi.

Darwin Yu berdiri di samping kasur, matanya yang dalam tertuju pada Nikita Ruan. Sesaat kemudian, Darwin Yu tidak mengatakan apa-apa, dia berbalik badan dan melangkah keluar dari bangsal.

Masalah sudah menjadi seperti ini, dia sudah tidak bisa mengendalikannya lagi.

Satu-satunya yang dapat dia lakukan adalah sebisa mungkin memberikan kompensasi untuknya.

Nikita Ruan berbaring di atas kasur, membiarkan air matanya membasahi bantal, tidak peduli apa yang dikatakan oleh Bibi Rong, Nikita Ruan tidak bersedia mengucapkan sepatah kata pun.

Bibi Rong membujuk dengan sakit hati, “Nyonya muda, ayo makan sedikit saja, kalau tidak badanmu juga tidak akan membaik.”

Nikita Ruan terbengong menatap langit-langit, dalam benaknya terlintas akan setiap titik dan setiap tetes ketika dia bersama dengan Darwin Yu selama beberapa waktu ini.

Entah berapa kali dia mengira Darwin Yu memperlakukannya dengan hati tulus, namun pada akhirnya, dia hanyalah alat pendonor ginjal yang dimanfaatkan oleh Darwin Yu.

“Nyonya muda, dengarkanlah aku, jika badanmu tidak membaik dan terus berbaring di atas kasur, kamu tidak dapat melakukan apa-apa!”

Suara Bibi Rong menarik Nikita Ruan kembali pada kenyataan. Bulu mata Nikita Ruan bergetar, akhirnya dia memiliki reaksi.

Benar yang dikatakan Bibi Rong, jika dia tidak bergegas sembuh, bagaimana dia bisa pergi dari pria yang mengerikan itu?

Nikita Ruan berkedip, dia menahan air matanya dan berkata pelan, “Aku makan….”

Bibi Rong langsung mengiyakan, dia mengambil bubur di samping dan menyuap Nikita Ruan sesendok demi sesendok.

Ketika sudah melahap setengah, Nikita Ruan mengernyit dan ingin mengatakan dia tidak ingin makan lagi, namun tepat pada saat itu, pintu tiba-tiba dibuka.

“Nikita!”

Beriringan dengan sebuah suara yang familiar, Nyonya Liu menyerbu masuk, begitu melihat Nikita Ruan yang berbaring di atas kasur, matanya langsung menjadi merah.

Hati Nikita Ruan mengerat, air matanya mengucur dengan tiada henti, “Ibu….”

“Kamu ini… bagaimana bisa menjadi seperti ini?” Nyonya Liu bertanya dengan suara bergetar, dalam matanya penuh dengan rasa sakit hati.

Profesor Ruan juga berjalan masuk, melihat adegan ini, wajahnya juga tidak enak dipandang.

Emosi Nikita Ruan lebih tenang sedikit, dia bergegas bertanya, “Ibu, kenapa kamu datang?”

“Aku dan ayahmu mendapat panggilan telepon dari Darwin, begitu tahu kamu terjadi masalah, kami langsung melesat ke sini.”

Nikita Ruan mengernyit begitu mendengar nama pria itu, wajahnya juga berubah menjadi dingin, Darwin Yu memberitahu orangtuanya bahwa dia terjadi masalah, seharusnya Darwin Yu tidak memberitahukan alasannya bukan?

Nyonya Liu menyeka air mata, “Nikita, sebenarnya apa yang terjadi denganmu? Ayo katakan!”

Nikita Ruan tersadarkan, dia menggertak gigi dan berkata pelan, “Aku tidak sengaja terjatuh ketika turun dari tangga….”

Nyonya Liu merasa sakit hati sekaligus gusar, “Tidak sengaja terjatuh? Kenapa kamu begitu ceroboh!”

Profesor Ruan yang masih sedikit lebih tenang mendesah, “Sudah, jangan menambahkan pikiran kepada anak….”

Mendengarnya, Nyonya Liu mengisak dan menyeka air mata, dia menghentikan perkataannya.

Nyonya Liu melihat sekeliling di dalam ruangan, selain Bibi Rong, dia tidak melihat sosok orang lain, “Nikita, di mana Darwin? Kenapa dia tidak ada di sini?”

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu