The Break-up Guru - Bab 85 Wade Ditangkap
Yongki Zeng dari tadi tidak mempedulikanku, setelah Caroline Jiang pergi, dia pun malas membuka matanya.
Aku sedang berpikir apakah aku harus membuat pria ini pingsan kemudian pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Paula Li, belum sempat menemukan barang yang kuinginkan, telepon pun berbunyi.
“Kak Neil, cepat kemari, ada begitu banyak anjing. Mendengar hal ini, aku tidak lagi ragu-ragu, aku kemudian mengambil kursi dan menghantamkannya pada kepala Yongki Zeng, kemudian keluar.
Sekarang masih belum bisa membiarkan orang ini kembali memberitahukan sesuatu pada Melsy Lin, daftar nama tidak ada pada Paula Li.
Di jalanan hampir saja menabrak seorang wanita tua, mobil di belakang kemudian mangklakson dengan keras, lagi-lagi aku menembus batas kecepatan, kemudian aku tiba di rumah sakit.
Tanpa berpikir panjang langsung naik ke atas, aku tidak percaya, orang-orang Melsy Lin berani menggunakan pistol di rumah sakit.
Ketika aku tiba di pintu kamar pasien, waktu itu di tempat ini ada Paula Li, sekarang di sini tidak ada seorangpun, tetapi melihat jarum infus yang masih mengeluarkan air, sepertinya orang itu baru pergi tidak lama, jumlah mereka banyak, mereka tidak mungkin menggunakan lift, akan sangat menarik perhatian, terlebih lagi Paula Li itu juga sangat gila.
Di tangga emergency, aku mencari jalan keluar sekaligus mengirim pesan singkat pada Wade.
Tidak tahu apakah dia bisa berbicara atau tidak, aku tidak berani hubunginya, untung saja Wade membalasku dengan sangat cepat, Lantai 8, tiga ekor anjing, mereka memiliki pistol.
Untung saja, tiga orang, tiga pistol, masih bisa diterima.
Aku kemudian menendang pintu emergency, di tempat yang gelap itu hanya terlihat cahaya dari tulisan Jalur exit.
Sebenarnya aku agak rabun gelap, aku kehilangan arah, dulu Paula Li selalu memaksa diriku mengkonsumsi omega-3, tetapi aku selalu mengkomplain kalau benda itu terlalu amis, dan tidak ingin mengkonsumsinya.
Bagus sekali sekarang, menyesal juga tidak ada gunanya.
Aku kemudian berjalan menyusuri tempat itu dengan mengandalkan senter dari ponselku.
Lantai 20, lantai 19, lantai 18...... lantai 9, lantai 8!
Aku hampir tiba di lantai 8, aku kemudian mematikan senter ponselku, perlahan-lahan aku berjalan menuju ke tempat itu.
Sebuah ranjang putih kemudian diletakkan di tempat itu, aku tidak melihat ada orang lain, aku juga tidak tahu apakah ini karena keterbatasan penglihatanku, apa mereka semua bersembunyi.
Tetapi yang terlihat jelas olehku adalah, ranjang putih itu terlihat sedikit lebih tinggi, pasti ada seseorang berbaring di sana, aku bahkan bisa melihat nafas dari seseorang yang berbaring di bawah sana.
Siapa yang mungkin di berada di tempat itu? Di dalam benakku kemudian muncul beberapa pemikiran, mungkinkah Paula Li terluka? Wade terluka dan berada di sana? Atau mungkin salah satu diantara komplotan itu?
Tidak ada gunanya menerka nerka, tetapi juga tidak berani mencari tahu, aku kemudian mengirimkan pesan singkat pada Wade.
Kali ini pesan singkat itu seperti batu yang telah dilempar ke dalam lautan, tidak ada balasan apapun.
Menggertakkan gigiku, aku kemudian mendekati ranjang tersebut dan menariknya, begitu ponselku menyala, ternyata adalah Paula Li, wanita itu membuka matanya dengan tenang, tetapi tangannya menggenggam erat luka di perutnya, perban di daerah situ sudah mengeluarkan darah.
Melihatku, Paula Li agak terkejut, tetapi dia kembali menyembunyikan perasaan yang muncul di matanya.
Pergi dan bantu Wade, dia membawaku ke tempat ini, kemudian seorang diri menarik perhatian dari 3 orang pria yang telah dikirim oleh Melsy Lin.
Wade sedari tadi tidak membalas pesan singkatku, sepertinya dia sudah terluka, aku kemudian mencoba menenangkan diriku.
Aku akan membawamu kembali dulu. Sambil mengatakannya akupun mendorong ranjang tersebut, tangan yang dingin kemudian menahan tanganku.
Tidak perlu, pergi dan selamatkan dia, keadaan Wades sangat berbahaya. Wajahnya masih terlihat sangat dingin, tetapi ekspresinya terlihat sangat keras kepala.
Aku kemudian menghela nafas, di hadapannya, tidak ada gunanya berpura-pura, wanita ini selalu lebih keras kepala dibandingkan denganku.
Dia pasti sudah tertangkap, tetapi Melsy Lin masih mengira kalau daftar nama itu ada pada dirimu, dia pasti tidak akan berani membunuhnya. Sebaliknya kita, jika kita tidak segera menemukan tempat yang aman, jika mereka kembali, kita akan menemani Wade di tempat itu.
Mendengar apa yang kukatakan, Paula Li pun tertegun. Wanita itu segera melepaskan genggamannya, dia lantas bangkit dan duduk.
Kalau begitu kita kembali ke kamar, aku ingin mencari ibuku. Wanita itu menggigit bibirnya, sekuat tenaga menutupi lukanya, jelas-jelas sangat sakit, tetapi dia sama sekali tidak ingin mengeluarkan rintihan apapun.
Perangainya seperti ini, aku tidak bisa melakukan apapun, aku kemudian memaksakan diriku, mumpung dia terluka dan tidak bisa memukulku akupun membungkuk dan menggendongnya dari ranjang, dia sangat keras kepala mencoba untuk melepaskan diri dariku.
Aku sama sekali tidak memiliki hubungan denganmu, aku harap kamu tahu diri. Suara Paula Li terdengar agak gugup.
Tetapi aku malah memeluknya lebih erat, tubuh setinggi ini, entah mengapa ketika digendong malah terasa seringan ini, kemana perginya semua yang sudah di makannya.
Sejak kamu mengenalku pertama kali, apakah aku pernah bersikap tahu diri? Aku bertanya dengan tenang, kemudian tertawa.
Tidak tahu entah mengapa, sekarang memeluk Paula Li, membuatku merasa sangat puas.
Berbeda dengan wanita yang lain, begitu mendekatinya aku berpikir untuk menyentuhnya, menciumnya, dan membayangkan diriku membaliknya di tempat tidur.
Paula Li di dalam pelukanku, aku kemudian menyentuh pinggang kecilnya, tanganku menyentuh pahanya, jika aku menunduk maka aku akan bisa mencium bibir wanita ini, tetapi anehnya, aku sedikit pun tidak berpikir untuk melakukannya.
Di dalam benakku tidak ada sosok telanjang wanita ini, juga tidak ada bayangan kita berdua bercinta, aku hanya berpikir menggendongnya seperti ini.
Sayang sekali, kita tiba di kamar dengan cepat.
Di depan kamar itu seorang wanita dengan jaket merah mondar-mandir di tempat itu, sebentar sebentar keluar, sebentar sebentar berjalan masuk, mulutnya ngomel-ngomel, cuaca sedingin ini masih juga tidak memakai sepatu.
Paula Li terlihat gugup, wanita itu segera menepuk pundakku, memberi isyarat agar aku meletakkannya.
Aku pun bisa mengenali wanita itu, wanita itu tidak lain adalah ibu dari Paula Li.
Ibu, mengapa ibu ke tempat ini, bukankah sudah kuberi tahu, agar ibu tetap beristirahat di kamar sebelah, dan jangan mencariku?
Nada bicara wanita itu kemudian berubah lembut ketika berbicara dengan ibunya, dia kemudian memapah wanita itu berjalan perlahan-lahan kembali ke kamar, memapahnya naik ke atas ranjang, kemudian mengeluarkan handuk yang ada di dalam lemari, perlahan-lahan membasuh sepasang kaki tersebut.
Ketika dia menunduk dia terlihat sangat fokus, sangat serius, sepasang tangannya juga bergerak sangat lembut, benar-benar sangat berbeda dengan dia yang biasanya terlihat sangat dingin.
Melihatnya, tiba-tiba saja muncul sebuah bayangan di dalam benakku, jika, kedepannya dia adalah istriku betapa bagusnya, jika sudah lelah, istriku datang dan membantuku membasuh kakiku, benar-benar sangat beruntung.
Tetapi begitu pemikiran ini muncul, dengan cepat pemikiran itu kembali menghilang.
Aku kemudian mundur disamping, dan menghubungi seseorang, selain mencari Yansen An yang berada disamping Emma Tang, Grace Yin juga memberiku beberapa orang yang bisa kuandalkan.
Terlebih lagi apa yang telah terjadi di sini juga seharusnya kuberi tahu pada Grace Yin, bagaimanapun dia sudah terlibat dalam hal ini.
“Melsy Lin mengirimkan orang-orangnya ke rumah sakit, benda itu tidak ada padanya, apa tujuanmu sebelumnya membohongi diriku?
Aku kemudian menghubungi wanita itu di hadapan Paula Li, meskipun aku sudah bisa menebaknya di dalam hati, tetapi perangaiku membuatku tidak mudah mempercayai orang lain.
Paula Li mendengar apa yang aku katakan, dia tertegun sejenak, berikutnya wanita itu kemudian menenangkan ibunya dan membawanya ke ranjang.
Aku akan pergi menghentikan pendarahanku, menambahkan obat di atasnya, ibu, kamu tunggu aku sebentar, aku akan pergi membelikan makanan enak untukmu, kamu pasti sudah lapar.
Diluar sudah sangat gelap, tidak tahu mau kemana dia pergi membelinya.
Biar aku saja yang pergi membelinya, kamu urus saja lukamu, kemudian temani ibumu, aku akan memanggil beberapa orang kemari.
Mengatakan hal ini, aku segera meninggalkan kamar.
Novel Terkait
My Charming Lady Boss
AndikaTakdir Raja Perang
Brama aditioCinta Yang Berpaling
NajokurataTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniIstri ke-7
Sweety GirlThe Break-up Guru×
- Bab 1 The Split-up Guru
- Bab 2 Selebriti Wanita Yang Cantik
- Bab 3 Mengambil Kebutuhan Masing-Masing
- Bab 4 Aku Mungkin Sudah Menyukaimu
- Bab 5 Target Di Tangan
- Bab 6 Masalah Yang Disebabkan Paula Li
- Bab 7 Rahasia Flashdisk?
- Bab 8 Suami Yang Diselingkuhi
- Bab 9 Menerima Tugas Baru
- Bab 10 Perubahan Rahasia
- Bab 11 Menguji
- Bab 12 Nana
- Bab 13 Alarm yang Mengerikan
- Bab 14 Godaan yang Luar Biasa
- Bab 15 Pemain Handal
- Bab 16 Tidak Ada Harapan
- Bab 17 Kamar Presidensial
- Bab 18 Kehilangan Kesempatan
- Bab 19 Membuka Flash Drive
- Bab 20 Ketahuan
- Bab 21 Jauh di Atas Langit, Dekat di Depan Mata
- Bab 22 Penculikan
- Bab 23 Berubah Kotor
- Bab 24 Asal Usul USB Itu
- Bab 25 Pilihan
- Bab 26 Harapan Tipis
- Bab 27 Penyakit Kembali Kambuh
- Bab 28 Kami Adalah Polisi
- Bab 29 Merampas Orang yang Dicintai
- Bab 30 Terbongkar
- Bab 31 Terjadi Sesuatu Pada Paula Li
- Bab 32 Menangkis Tembakan
- Bab 33 Membunuh Untuk Menutup Rahasia
- Bab 34 Grace Yin Turun Tangan
- Bab 35 Serangan Balik
- Bab 36 Bertaruh
- Bab 37 Aku Juga Pernah Merasakannya
- Bab 38 Menjadi Menantu
- Bab 39 Perayaan
- Bab 40 Masa Lalu
- Bab 41 Berlibur
- Bab 42 Permainan Menembak
- Bab 43 Melakukan Tak-Tik
- Bab 44 Percaya
- Bab 45 Pelanggan Baru, Caroline Wu
- Bab 46 Perlombaan Jet Ski
- Bab 47 Rahasia
- Bab 48 Anak Putra
- Bab 49 Menguji Keberuntungan
- Bab 50 Kubu Perlindungan
- Bab 51 Melapor Polisi
- Bab 52 Menaruh Obat
- Bab 53 Pulang
- Bab 54 Memanja
- Bab 55 Ada Masalah Di Obatnya
- Bab 56 Adiknya, Lily Wu
- Bab 57 Diperintahkan
- Bab 58 Menakut-nakuti
- Bab 59 Pria Brengsek
- Bab 60 Merayu
- Bab 61 Frenky Zhao
- Bab 62 Tidak Bisa Melihat Bayangan Selingkuhan Itu
- Bab 63 Mencari Bukti
- Bab 64 Pahlawan
- Bab 65 Sudah Impas
- Bab 66 Di Rumah Sakit
- Bab 67 Menunjukkan Kewibawaan
- Bab 68 Menikah Di Umur 14 Tahun
- Bab 69 Mengutamakan Keselamatan
- Bab 70 Terluka
- Bab 71 Darah
- Bab 72 Wanita Gila
- Bab 73 Tidak Mencampuri Urusan Sesama
- Bab 74 Dipaksa
- Bab 75 Keuntungan
- Bab 76 Perbedaan Wanita Dan Pria
- Bab 77 Misi Rahasia
- Bab 78 Iri Hati
- Bab 79 Mengikuti Jejak Untuk Melacak
- Bab 80 Gadis Muda
- Bab 81 Dunia Sangat Sempit
- Bab 82 Tidak Takut Mati
- Bab 83 Daftar Nama Ditangan Siapa
- Bab 84 Brengsek
- Bab 85 Wade Ditangkap
- Bab 86 Tumor Beracun
- Bab 87 Anak Muda Yang Suka Jalan Belakang
- Bab 88 Rencana
- Bab 89 Pertukaran
- Bab 90 Bersandiwara
- Bab 91 Meninggal
- Bab 92 Menyerang Polisi
- Bab 93 Kenangan
- Bab 94 Selamat Tahun Baru
- Bab 95 Kembali