The Break-up Guru - Bab 94 Selamat Tahun Baru

Kembali ke studio, hari pun menjadi gelap lagi, sebenarnya aku sudah tidak bisa membedakan kapan hari menjadi gelap, kapan hari menjadi terang lagi.

Seluruh pikiran aku hanya fokus pada membalas dendam untuk Paula Li.

Rekaman yang ada di dalam kotak rokok tersebut, pasti harus dipergunakan dengan baik.

Menyimpan rekaman ini ke dalam komputer, aku mendengarkan setiap percakapan dengan seksama, berulang-ulang, bukan hanya untuk memastikan bukti pelanggaran Frenky Zhao saja.

Lebih untuk, mendengarkan suara Paula Li lagi.

“Kamu benar-benar, ingin membunuhku?” Suaranya sangat dingin, bahkan pada saat itu, ia pun tidak merasa takut.

Teringat begitu rekaman ini diserahkan sebagai bukti, suara Paula Li yang ada di dalam rekaman tersebut akan tidak terdengar lagi, aku pun tidak ingin mematikan rekaman tersebut.

Tapi sudah tidak ada waktu lagi, harus cepat melaksanakan semuanya, siapapun tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Menyiapkan beberapa salinan rekaman, dan kemudian menelepon Wade, “Di mana, datanglah ke studio."

Setelah berpisah di depan pintu UGD, aku dan Wade sudah tidak berkontak lagi, suara dia yang terdengar dari sebelah telepon tersebut sangat panik.

“Kak Neil, sekian lama kamu menghilang kemana saja, aku sudah lama mencari kamu, jangan-jangan kamu masih belum bisa melepaskannya ingin bunuh diri dengan melompat ke sungai?”

Suara Wade yang terdengar semangat itu, membuat aku tidak menahan diri untuk mengangkat ujung bibirku, namun senyuman tersebut sudah menghilang sebelum aku tersenyum lebar.

“Wade, ada satu hal aku ingin minta tolong padamu kamu, kamu kemarilah.” Aku jarang berbicara kepada Wade dengan nada yang segan, biarpun minta tolong kepadanya, dia tertegun sebentar, lalu langsung menjawab, “Baik, aku segera kemari.”

Dengan cepat pintu rolling shutter pun terbuka, Wade sambil membawa satu kantong besar masuk ke dalam.

“Kak Neil, sini sini sini, makan sedikit, sup daging kambing, masih hangat.” Dia sambil ngomong sambil menaruh kantong plastik ke samping, lalu memberikan semangkuk sup daging kambing tersebut ke tangan ku.

Aku sambil melihat semangkuk sup tersebut, hatiku bergejolak, hampir saja aku muntah.

Teringat Paula Li, hati Wade ini tabah sekali, masih sanggup makan.

“Sudah, aku tidak sanggup makan, ayo bahas hal penting saja.” Aku mendorong mangkuk sup daging kambing yang diberikan itu, Wade menjadi tidak senang, langsung melototi aku.

”Kenapa, coba kamu lihat kamu sekarang, manusia tidak mirip dengan manusia hantu tidak mirip dengan hantu, masih ingin hidup tidak, jangan mengira seluruh dunia ini hanya kamu saja yang merasa sedih bangsat, manusia itu, harus tabah!” Habis ngomong, Wade memberikan semangkuk sup daging kambing itu lagi.

Apa daya, aku menerimanya dan baru makan sesuap, berbagai adegan muncul di depan mataku.

“Makan lebih banyak ginjal kambing, nutrisi badanmu.” Paula Li selalu suka bercanda seperti ini di depan aku, aku selalu mengira kalau dirinya sedang mengejek aku.

Lalu aku baru sadar, mungkin dia juga tidak ingin seperti itu, hanya saja dendam pembunuhan Ayahnya tidak membiarkan dia bersikap sesuai keinginannya.

Pembunuhan Ayahnya? Aku tiba-tiba teringat Ibunya Paula Li? “Wade, Ibunya Paula, masih di rumah sakit kah, bagaimana bisa jika tidak ada orang yang menjaganya?”

Aku sambil ngomong langsung berjalan keluar, seharusnya tidak ada orang yang memberitahunya kabar tentang meninggalnya Paula Li, apakah dia masih menunggu di luar Ruang transfusi darah.

Baru berjalan 2 langkah, Wade langsung menarik aku.

“Tunggu kamu sudah tiba di sana orangnya sudah lari, tenang saja, Ibunya baik-baik saja, aku mempekerjakan seorang perawat elite, masalah anaknya sementara belum beritahu kepadanya, dia masih menunggu Kak Paula kembali di dalam ruang pasiennya, aku tidak sanggup memberitahukan kenyataan ini kepadanya.”

Wade sambil ngomong sambil menggelengkan kepala, lalu ia memberikan semangkuk sup itu lagi ke tanganku, “Sudah, kamu perhatikan dirimu sendiri saja!”

Teringat wajah Ibunya Paula Li, hatiku pun langsung merasa tidak leluasa, aku menaruh mangkok tersebut di samping, langsung memberikan sebuah flashdisk ke Wade.

“Ini adalah bukti yang bisa mengalahkan Frenky Zhao, kamu pergi cari Media berita, setelah pagi nanti, aku langsung pergi mencari Frenky Zhao, dan menahannya, kamu berusaha memindahkan isi yang ada di dalam ini dengan secepat mungkin. Untuk menghindari media ditekan oleh Frenky Zhao, kamu sendiri juga harus menyebarkannya dengan banyak.”

“Adapun isi artikel yang akan diposting, aku sudah menulisnya dan itu ada di dalam flashdisk."

Wade mendengar dengan sambil tertegun, lalu wajahnya menunjukkan ekspresi yang sangat bahagia.

“Kamu punya bukti? Bukan, dari mana kamu mendapatkan buktinya? Bukan foto yang kamu edit sendiri kan? itu tidak akan berhasil, begitu diterima melalui proses peradilan secara formal, dilihat oleh staf teknis profesional, langsung akan terbongkar.”

Wade melambaikan tangan, wajahnya terlihat tidak percaya, aku menepuk wajahnya, tidak ada rasa kesal seperti dulu, hanya malas ingin berkata panjang lebar dengan dia lagi.

“Lihat saja, nanti kamu akan tahu, lakukan saja sesuai dengan kata-kataku, kali ini bisa atau tidak mengalahkan Frenky Zhao, dan membalas dendam untuk Paula Li, semuanya mengandalkan kamu.”

Wade tidak mengatakan apa-apa, menghadap ke komputer dan mencolokan flashdisk ke dalam komputer untuk mengeceknya, dan aku pun merasa lega, setelah berpikir-pikir aku mengambil semangkuk sup daging kambing itu dan meminumnya lagi.

Rasa seperti awal mula, tidak tahu juga apakah Nyonya Caroline Jiang itu kedepannya masih akan buka toko sup daging kambing itu lagi tidak.

Semuanya akan berubah, tunggu nanti mengalahkan Frenky Zhao, apakah aku juga sudah boleh mati, hidup yang sangat melelahkan.

Selesai makan, sangat kenyang, ditambah dengan pemanas ruangan, aku menjadi sedikit mengantuk, tapi aku tahu aku tidak boleh tidur sekarang.

Berjalan ke kamar mandi, berkaca, baru sadar kalau diriku terlihat seperti lebih tua 10 tahun.

Ada bekas luka besar di dahiku, wajah yang penuh dengan darah, jari juga penuh dengan darah, seluruh wajah, dipukul sampai memar dan bengkak saat di dalam sel tahanan, pantas saja, saat di perjalanan pulang begitu banyak orang yang sambil menggosip tentang aku.

Wajah yang terlihat seperti hantu ini, mengejutkan orang juga, cuci muka dan merapikan diri, membersihkan kumis, akhirnya terlihat seperti anak muda.

Hanya saja kelelahan yang ada di dalam tatapan, tidak bisa disembunyikan, bagaimanapun sudah bukan Neil Wu yang dulu lagi.

Membantu orang lain memutuskan hubungan, melakukan terlalu banyak kejahatan, jadi sekarang, baru sampai seperti ini.

Tapi, masih mending, masih bisa membalasnya, membalas dendam untuk dia.

Keluar dari kamar mandi, Wade sudah tidak ada, ia meninggalkan sebuah kertas kecil, “Aku pergi bersiap-siap terlebih dahulu, besok kita tetap saling menghubungi.”

Aku meremas kertas itu dan membuangnya, sepertinya akan sedikit sulit jika ingin saling menghubungi besok.

Duduk di atas sofa, sambil menunggu fajar, tidak terdengar suara apapun, hening, aku pun merasa diriku sendiri hampir ditelan, hp yang ditinggal Wade untuk aku berbunyi, itu adalah alarm.

“3,2,1!” Itu adalah suara Paula Li, aku langsung terbangun, mengira akan ada orang yang datang kemari dan menonjok aku dengan kejam untuk membangunkan aku.

Tapi tidak ada, dasar si Wade ini, mengapa harus memasang alarm seperti ini.

Tidak berani mendengarkannya dengan terlalu lama, aku mematikan alarm, keluar, dan memanggil sebuah taksi.

“Kawan, mengunjungi Ketua Departemen Zhao untuk memberi salam tahun baru ya? Melihat kamu seperti ini, tidak membawa apa-apa.”

Supir itu terlihat jelas sangat cerewet, baru menyalakan mobil saja sudah mencari-cari topik pembicaraan, aku hanya menganggukkan kepala dengan seadanya saja, tidak ingin berbicara.

Kalau dulu, aku pasti akan berusaha bercanda dengan supir ini, tapi semuanya sudah berubah, aku sudah tidak memiliki suasana hati seperti itu lagi.

“Eh, kenapa, masih dirahasiakan?” Supir itu seperti sudah mengantar banyak orang ke rumah Keluarga Zhao, sekarang sedang merayakan tahun baru, banyak orang yang akan memberikan buah tangan.

Tetapi orang-orang itu sepertinya tidak tahu bahwa orang yang mereka berikan buah tangan itu bukan hanya seorang Second Chief Military, tapi Bos Lin yang menakutkan itu.

Hari ini, berita ini disebarkan, akan menyebabkan berapa banyak orang yang merasa gelisah dan terkejut.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu