The Break-up Guru - Bab 92 Menyerang Polisi
Aku benar-benar tidak tahan lagi, setelah mendengarkan kabar di Rumah sakit, aku pun langsung terbaring di di depan UGD.
Lelah sekali, sangat lelah, namun masih tetap berhasil menyelamatkan dia.
Aku seperti hilang kesadaran, jatuh ke sebuah tempat gelap yang tidak bercahaya.
Tidak bisa mendengar suara dari siapapun, tidak merasakan apapun, sampai kepalaku ditinju, aku baru sadar ternyata aku masuk ke kantor polisi.
"Kawan, aku sedang bertanya padamu, mengapa kamu melarikan diri ?! Tahukah kamu di sana ada berapa banyak orang, mengemudi dengan kecepatan yang begitu tinggi, dan merampok mobil di tempat umum, mengancam nyawa orang lain, dan ngomong-ngomong, kamu juga mengancam petugas medis, begitu banyak pelanggaran, kamu mengakuinya atau tidak? "
Interogator menatap lurus ke arah ku, tangannya sambil memegang koran yang bergumpal menjadi satu.
Dengan tatapan yang kosong aku sambil menganggukkan kepala, “Iya, mengakuinya, aku bersalah.”
Kesalahan terbesar aku adalah menghilangkan dia, tembakan dari aku itu, aku sendiri yang membawa dia ke depan Bos Lin.
Membiarkan orang yang membunuh Ayah dan Ibunya pada saat itu membunuhnya lagi, aku bersalah.
Kesalahan aku adalah aku terlalu percaya diri, mengira kalau kartu yang ada ditanganku adalah kartu As, bisa membuat Emma Tang mengalah, menyelamati Wade, dan menemukan siapa musuh Paula Li.
Tapi, Wade menghilang, Grace Yin ditangkap, Paula Li meninggal, dan semua orang yang bersalah pada saat itu masih hidup dengan aman, hidup dengan lebih baik daripada siapapun.
Neil Wu, bagaimana kamu akan tidak bersalah, kesalahan terbesar kamu adalah tidak tahu diri.
“Sudah, sudah mengakui pelanggarannya, memasukkan dia ke dalam, kasus ini diserahkan ke atas, manusia sampah seperti ini, bisa dihukum berapa tahun maka hukumlah berapa tahun, biar kapok.”
Orang yang membentak aku itu siapa, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, hanya dengan tidak merasakan apa-apa aku terus mengikuti dia berjalan keluar, berakhir dengan begitu juga bagus.
Neil Wu, tak terkalahkan? Benar-benar konyol sekali.
“Masuklah, sementara tinggal di sini, tunggu kasusnya sudah diserahkan ke atas, baru memindahkan kamu ke penjara lain.”
Melihat orang yang menjaga itu pergi, aku ingin bersembunyi di sudut, namun tersadar dimana-mana dipenuhi orang.
Gelap gulita, hanya terlihat tatapan mereka yang memancarkan cahaya seperti serigala yang sedang kelaparan.
“Baru datang ya, Kawan, apa pelanggaran kamu?”
“Mendengar maksud dari orang itu, kamu sepertinya masih harus dipindahkan ke tempa lain?”
Segala macam suara, datang dari segala arah, kepalaku terasa sakit, tidak dapat mendengarkannya dengan jelas, juga tidak ingin mendengarkannya, secara langsung, aku pun duduk di tempat.
“Wah, sombong juga ya, dari mana kamu, begitu agresif?”
Begitu terdengar suara menghina, aku langsung merasa sepertinya punggungku ditendang, aku terjatuh ke lantai yang dingin, tapi hatiku masih mati rasa tidak merasakan apa-apa.
Sudah berakhir, tidak ada harapan lagi, nyawaku yang buruk ini, terserah apapun yang ingin mereka lakukan.
Melihat aku terjatuh ke tanah dan tidak melawan, orang-orang itu mungkin mengira aku ini bisa dirundung dengan seenaknya saja, langsung meninju dan menendang aku, sangat sakit, mereka sedang melakukan pelampiasan, aku merasa aku sendiri juga sedang melakukan pelampiasan, pelampian terhadap diriku sendiri.
Aku benar-benar bersalah.
Tidak tahu berapa lama aku dipukul mereka, akhirnya orang-orang itu pun lelah, sebuah tangan mulai mencari sesuatu di atas badanku.
“Ck ck, anak baru, mengenakan pakaian yang begitu bagus seharusnya juga membawa sebungkus rokok bukan?”
Orang itu sambil ngomong lalu sambil mencari-cari sesuatu di dadaku, dan benar-benar menemukan sebungkus rokok.
“Heh, barang bagus, ayo, bagi-bagi.” Terdengar suara berisik, ada suara dan gerakan orang lain.
Aku masih tetap tidak mau bergerak, tidak mau berpikir, hendak ingin memejamkan mata dan tidur, malah terdengar suara yang terkejut.
“Eh, buset, ini bukan rokok, apa itu?”
Bukan rokok? Aku tertegun, langsung membuka mata, kotak rokok, awalnya kotak rokok yang diambil Paula Li dari aku, sekarang malah kembali ke aku lagi, kalau begitu di dalam kotak tersebut, ada…….
Membalikkan badan aku langsung berdiri, langsung bergegas ke arah orang yang mengambil kotak rokok tersebut.
“Kembalikan barang itu.” Buka mulut, aku baru sadar suara aku terdengar sangat serak, dan, baru mulai berbicara, dadaku yang baru di pukul tadi terasa sakit.
Orang itu mungkin tidak menyangka aku akan tiba-tiba bersikap keras seperti ini, dan sudah terbiasa menganggap aku sebagai orang yang lemah, bagaimanapun ia sudah memukul aku seperti tadi dan aku juga tidak melawannya.
Dia memasukkan kotak rokok ke dalam sakunya, "Oh, sepertinya ini adalah barang kesayangan yah, bisa membuat orang lemah seperti kamu pun terbangun.”
Aku sama sekali tidak memiliki waktu untuk mendengarkan dia untuk omong kosong, langsung meninjunya, tidak tahu juga seberapa kuat tenaga aku, pokoknya dengan satu pukulan, pria itu langsung jatuh dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Bisikan di sekitar pun menghilang, aku membungkuk dan mengeluarkan kotak rokok dari pelukan pria yang terbaring di tanah.
Benar, itu adalah alat penyadap yang terjatuh ke dalam kotak rokok tersebut.
Alat penyadap, seharusnya dipasang saat sebelum masuk ke dalam rumah Keluarga Zhao.
Kalau begitu, kali ini pada dasarnya aku memiliki seluruh pembicaraan Frenky Zhao itu, ini adalah bukti yang paling kuat.
Mungkin pada saat itu Frenky Zhao mengira dirinya pasti akan menang, jadi ia tidak memeriksa badan aku, dan membiarkan sebuah alat penyadap tertinggal seperti ini.
Otakku mulai tenang kembali, Paula Li meninggal, tidak bisa kembali lagi, tapi aku masih bisa membalas dendam untuknya.
Berpikir demikian, aku merasa diriku hidup kembali lagi.
“Siapapun itu! Kemari! Aku ada hal penting harus menemui Frenky Zhao!”
Tentu saja aku tidak akan sebodoh itu langsung membongkarkan semua dengan Frenky Zhao, kali ini, aku harus memanfaatkan kartu terakhir ini sebaik mungkin.
Suara aku yang berisik itu dengan cepat membuat orang kemari, tapi polisi kecil itu langsung memukulku dengan tongkat tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
“Berisik apa kamu, ingin menggila tunggu besok pagi bisa tidak, aku baru saja tertidur.”
Dengan wajah yang dingin, tidak tahu juga ekspresi wajah aku ini sedang tersenyum atau bagaimana.
“Kalau kamu tidak langsung menghubungi Ketua Departemen Zhao untuk aku, aku jamin kamu selamanya tidak bisa membuka matamu lagi.”
Polisi kecil itu tertegun, lalu tertawa.
"Waduh, mengancam polisi kamu? Berani juga kamu ya? Kamu pikir kamu adalah orang pertama yang sok-sok an di sini, Ketua Departemen Zhao? Orang yang tidak tahu benar-benar akan mengira kalau kamu ada hubungan dengan Ketua Departemen Zhao! Ck ck, bertahun-tahun aku kerja di sini, aku sudah sering melihat orang gila seperti kamu!”
Polisi kecil itu baru selesai ngomong hendak ingin pergi, aku langsung mengulurkan tangan dan mencekik lehernya di atas jeruji besi.
Di sini hanya pusat penahanan, tidak seketat penjara sungguhan, jarak antara jeruji besi sangat lebar, begitu aku mengulurkan tangan, langsung mencekiknya dengan kuat.
“Aku sudah bilang, carilah Frenky Zhao kemari untuk aku, ada hal penting, kalau tidak mau, maka kamu mati saja di tanganku, kamu sudah dengar kabar kan, hari ini aku hampir saja menabrak orang sampai mati, tambah kamu satu, masih belum cukup banyak.”
Nada ku terdengar sangat dingin, terasa seperti orang lain.
Polisi kecil itu akhirnya menjadi gelisah, menarik walkie-talkie di pinggangnya.
“Halo? Halo? Panggil tim pertama, ada narapidana yang menyerang polisi di pusat penahanan, tolong mengirim bantuan dengan cepat, tolong mengirim bantuan dengan cepat!”
Dengan cepat, sekumpulan polisi dengan senjata lengkap bergegas kemari semua.
“Jangan bertindak impulsif, tolong lepaskan sandera! " Seorang pria berteriak kepadaku dengan pengeras suara.
Aku tersenyum dengan dingin, menghadapi adegan seperti ini malah sama sekali tidak takut.
“Panggil Frenky Zhao kemari, kalau tidak polisi kecil seperti kalian akan segera melewati tahun baru, mati di sini, aku khawatir kalian akan susah menjelaskannya!”
Novel Terkait
Kamu Baik Banget
Jeselin VelaniSi Menantu Dokter
Hendy ZhangThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensAfter The End
Selena BeeCinta Yang Dalam
Kim YongyiGue Jadi Kaya
Faya SaitamaWaiting For Love
SnowMarriage Journey
Hyon SongThe Break-up Guru×
- Bab 1 The Split-up Guru
- Bab 2 Selebriti Wanita Yang Cantik
- Bab 3 Mengambil Kebutuhan Masing-Masing
- Bab 4 Aku Mungkin Sudah Menyukaimu
- Bab 5 Target Di Tangan
- Bab 6 Masalah Yang Disebabkan Paula Li
- Bab 7 Rahasia Flashdisk?
- Bab 8 Suami Yang Diselingkuhi
- Bab 9 Menerima Tugas Baru
- Bab 10 Perubahan Rahasia
- Bab 11 Menguji
- Bab 12 Nana
- Bab 13 Alarm yang Mengerikan
- Bab 14 Godaan yang Luar Biasa
- Bab 15 Pemain Handal
- Bab 16 Tidak Ada Harapan
- Bab 17 Kamar Presidensial
- Bab 18 Kehilangan Kesempatan
- Bab 19 Membuka Flash Drive
- Bab 20 Ketahuan
- Bab 21 Jauh di Atas Langit, Dekat di Depan Mata
- Bab 22 Penculikan
- Bab 23 Berubah Kotor
- Bab 24 Asal Usul USB Itu
- Bab 25 Pilihan
- Bab 26 Harapan Tipis
- Bab 27 Penyakit Kembali Kambuh
- Bab 28 Kami Adalah Polisi
- Bab 29 Merampas Orang yang Dicintai
- Bab 30 Terbongkar
- Bab 31 Terjadi Sesuatu Pada Paula Li
- Bab 32 Menangkis Tembakan
- Bab 33 Membunuh Untuk Menutup Rahasia
- Bab 34 Grace Yin Turun Tangan
- Bab 35 Serangan Balik
- Bab 36 Bertaruh
- Bab 37 Aku Juga Pernah Merasakannya
- Bab 38 Menjadi Menantu
- Bab 39 Perayaan
- Bab 40 Masa Lalu
- Bab 41 Berlibur
- Bab 42 Permainan Menembak
- Bab 43 Melakukan Tak-Tik
- Bab 44 Percaya
- Bab 45 Pelanggan Baru, Caroline Wu
- Bab 46 Perlombaan Jet Ski
- Bab 47 Rahasia
- Bab 48 Anak Putra
- Bab 49 Menguji Keberuntungan
- Bab 50 Kubu Perlindungan
- Bab 51 Melapor Polisi
- Bab 52 Menaruh Obat
- Bab 53 Pulang
- Bab 54 Memanja
- Bab 55 Ada Masalah Di Obatnya
- Bab 56 Adiknya, Lily Wu
- Bab 57 Diperintahkan
- Bab 58 Menakut-nakuti
- Bab 59 Pria Brengsek
- Bab 60 Merayu
- Bab 61 Frenky Zhao
- Bab 62 Tidak Bisa Melihat Bayangan Selingkuhan Itu
- Bab 63 Mencari Bukti
- Bab 64 Pahlawan
- Bab 65 Sudah Impas
- Bab 66 Di Rumah Sakit
- Bab 67 Menunjukkan Kewibawaan
- Bab 68 Menikah Di Umur 14 Tahun
- Bab 69 Mengutamakan Keselamatan
- Bab 70 Terluka
- Bab 71 Darah
- Bab 72 Wanita Gila
- Bab 73 Tidak Mencampuri Urusan Sesama
- Bab 74 Dipaksa
- Bab 75 Keuntungan
- Bab 76 Perbedaan Wanita Dan Pria
- Bab 77 Misi Rahasia
- Bab 78 Iri Hati
- Bab 79 Mengikuti Jejak Untuk Melacak
- Bab 80 Gadis Muda
- Bab 81 Dunia Sangat Sempit
- Bab 82 Tidak Takut Mati
- Bab 83 Daftar Nama Ditangan Siapa
- Bab 84 Brengsek
- Bab 85 Wade Ditangkap
- Bab 86 Tumor Beracun
- Bab 87 Anak Muda Yang Suka Jalan Belakang
- Bab 88 Rencana
- Bab 89 Pertukaran
- Bab 90 Bersandiwara
- Bab 91 Meninggal
- Bab 92 Menyerang Polisi
- Bab 93 Kenangan
- Bab 94 Selamat Tahun Baru
- Bab 95 Kembali