The Break-up Guru - Bab 29 Merampas Orang yang Dicintai
"Kalian benar-benar adalah polisi? Apakah benar telah ada polisi yang datang melihat keadaan kami!" Sang kakek tiba-tiba mulai senang, langsung menarik tanganku dan berlutut di hadapanku, sungguh mengagetkanku, dan aku langsung memapahnya untuk berdiri.
Dari maksud perkataan sang kakek, dia dulunya pernah melapor ke polisi?
Paula Li melihat taktik ini telah berefek, makanya tidak menghalangiku, dan malah diam-diam mengeluarkan ponsel untuk membuka aplikasi perekam suara.
Sekarang Wade masih belum datang, makanya sekarang hanya bisa mengandalkan ponsel.
"Kakek, kami benar-benar adalah polisi, juga sungguhan ingin membantumu, katakanlah pada kami, sebenarnya apa yang telah terjadi di tempat kalian ini, orang yang datang untuk menakuti dan melukai kalian seperti yang kamu sebutkan tadi itu siapa?"
Aku sengaja memancing sang kakek untuk menyebutkan nama Carlos Nie dengan mulutnya sendiri, tapi di luar dugaan, semua orang yang terus ditindas malah sama sekali tidak tahu siapa orang-orang yang mengancam mereka berulang kali.
"Aku juga tidak tahu orang-orang itu diutus oleh siapa, pokoknya mereka datang ke sini untuk membangun rumah, makanya bersikeras ingin mengusir kami pergi!"
"Karena kami tidak pergi, makanya mereka datang menghancurkan ladang, merobohkan rumah, menggunakan pisau menakuti kami, anak kecil di rumah selalu menangis di sepanjang malam hari, kami sama sekali tidak mampu melewati kehidupan yang tenang!"
Sang kakek terus mengatakannya, kemudian mulai mengusap air mata, hatiku juga mulai merasa sedikit marah, Carlos Nie ini sungguh bersikap sewenang-wenang, bahkan langsung mengusir mereka secara terang-terangan, kalau bukan karena sekretaris daerah itu terus membantunya dari belakang, dia mana mungkin bisa semena-mena seperti ini.
"Lalu memangnya kalian tidak pernah berniat untuk melapor polisi?" Aku sebenarnya telah menduga jawabannya, tapi tetap saja sengaja menanyakannya, meskipun sedikit tidak tega akan kembali merobek bekas luka sang kakek, tapi sekarang sudah tak sempat mempedulikan begitu banyak hal lagi.
"Bagaimana mungkin tidak pernah, saat awal-awal ada orang yang datang merobohkan rumah, kami langsung pergi melapor polisi, tapi tidak berguna, pihak polisi mengatakan mereka juga sedang dalam tugas pergi menangkap penjahatnya, tapi selalu tidak berhasil tertangkap, suatu hari pernah bersembunyi untuk menangkap mereka, tapi setelah ditangkap, mereka hanya sekedar diperingati, kemudian langsung dibebaskan."
Ternyata benar, ini pasti karena Devian Liu si Sekretaris Daerah itu telah melakukan sesuatu di belakang.
"Kemudian, semua orang sudah benar-benar tak tahan dengan kehidupan seperti ini, yang tinggal di sini pada dasarnya hanya ada orang paruh baya dan anak kecil, anak muda yang telah mendengar kabar ini segera kembali, tapi tidak memiliki begitu banyak waktu untuk terus dihabiskan di sini, tak berdaya, kami benar-benar telah di desak hingga tak berdaya."
Sang kakek tak hentinya menghela napas, membuat mata Paula Li mulai memancarkan kemarahan, tangan yang mencengkram ponsel semakin mengerat.
"Lama kelamaan, tidak ada lagi orang yang mempedulikan masalah ini, orang yang tak mampu bertahan pun mulai pergi, ada satu atau dua orang dengan umur yang lebih tinggi masih tetap ingin bertahan, tapi di suatu malam mereka mati secara berturut-turut, kemudian orang lain menjadi tidak berani bertentangan dengan orang-orang itu lagi."
Awalnya informasi ini sudah cukup banyak, tapi aku tiba-tiba teringat sesuatu, apa yang terjadi pada cucu yang disebutkan sang kakek tadi, mengingat reaksinya tadi begitu heboh, mengatakan dia ingin memberikan keadilan kepada cucu perempuannya.
Paula Li juga mengingat akan hal ini, meskipun sedikit tidak tega, tapi dia tetap menggenggam tangan sang kakek dan berkata.
"Kakek, lalu apa yang terjadi pada cucumu?"
Sang kakek gemetaran, kelopak matanya perlahan-lahan memerah, "Mereka semua telah pergi, tapi aku tetap tidak bersedia untuk pindah, mati pun tetap tidak bersedia, lalu cucu perempuanku yang berusia 18 menemaniku sama-sama melindungi rumah ini, dia awalnya masih kuliah, waktu itu sedang liburan dan terus menemaniku di rumah, kemudian kebetulan menghadapi hal ini."
Saat mengatakannya, sang kakek mengangkat kepalanya melihat Paula Li dengan mata yang berlinang, "Cucuku sangat cantik, sungguh, sangat mirip denganmu, dulu dia berkata padaku, dia ingin menyebarkan hal ini ke internet, untuk memancing perhatian pemerintah, dengan begini, kami akan bisa mempertahankan rumah kami sendiri."
Aku dan Paula Li melongo setelah mendengar hal ini, kemudian menengadahkan kepala saling bertatapan sekilas.
Gadis kecil ini berpikiran sama dengan kami, tapi, melihat penampilan sang kakek yang seperti ini, terlihat jelas rencananya tidaklah berhasil.
"Aku dulu tidak mengerti apa maksudnya, pokoknya mengatakan begitu banyak hal di hadapan ponselnya tentang semua hal buruk yang terjadi di sini, lalu dia memainkan ponselnya sepanjang malam tanpa tidur sesaat pun."
Semakin lama mendengarnya, semakin murung hatiku, kedengarannya ini adalah rencana kami selanjutnya, kalau gadis ini saja tidak berhasil, lalu kemungkinan kami untuk berhasil bisa seberapa besar?
"Lalu, apa yang terjadi padanya?" Perkataan Paula Li memotong pemikiranku yang sembarangan.
Kemudian, baru sang kakek menceritakan dengan jelas terhadap apa yang terjadi pada cucu perempuannya, diriku yang merupakan seorang pria pun merasa merinding saat mendengarnya.
Tindakan Carlos Nie ini begitu keji, sedangkan Devian Liu itu juga ikut campur terlalu jauh.
Cucu perempuan kakek ini langsung mengunggah video ditambah dengan artikel ke internet dari ponselnya pada malam itu juga, di dalam rentang waktu itu, sebelum berhasil menyebar luas di Momen Wechat, videonya langsung disegel, dan orangnya sendiri pun langsung menghilang tanpa jejak di keesokan harinya saat pergi memetik sayur.
Sang kakek tentu saja tidak mengetahui hal tentang video itu, ini adalah dugaan yang kami pikirkan dalam hati.
"Cucu perempuanku, langsung menghilang begitu saja, aku tahu, barang di ponselnya itu pasti telah menyinggung orang-orang itu, makanya mereka menangkap dia, tapi, saat aku pergi ke kantor polisi melaporkan mereka, semua ini tak berguna, tak ada yang peduli, hanya sekedar pergi melapor kasus lalu berakhir."
Sang kakek mengatakannya dan mulai menghajar dadanya sendiri, "Ini semua adalah kesalahanku, kalau dulu aku pindah lebih awal, cucuku pasti tidak akan kenapa-napa! Lalu entah kecelakaan apa yang telah dialami ayahnya yang berada di luar kota, ibunya langsung menikah lagi, keluarga ini sudah pecah sepenuhnya!"
Sang kakek semakin sedih, dan mulai terengah-engah.
Paula Li segera mengeluarkan dua butir obat dari dalam botol obat, lalu langsung membuat kakek itu memakannya, dan menepuk-nepuk punggung sang kakek.
Perlahan-lahan, kondisi kakek mulai membaik, matanya kembali memancarkan cahaya.
"Aku tahu, orang tua sepertiku tidak bisa bertahan hidup selama mungkin, tapi asalkan aku tetap hidup sehari lebih lama, aku harus menunggu kepulangan cucu perempuanku di sini sehari lebih lama, dia pasti akan pulang, aku percaya dia pasti akan pulang!"
Aku menghela napas, cucu perempuan kakek ini kemungkinan besar sudah binasa, orang-orang itu telah menculik cucunya, tujuannya adalah untuk menghancurkan tekad bertahan kakek ini, mana mungkin masih akan membiarkan cucu perempuannya kembali.
"Kakek, kamu tenang saja, masalah tentang cucu perempuanmu pasti akan kami urus hingga tuntas, untuk memberikan keadilan padamu."
Nada bicara Paula Li begitu tegas, pandangan matanya sangat lembut.
Selama ini, aku dan Paula Li sama-sama merupakan orang yang selalu berkaitan dengan hukum, hal yang kami lakukan tidak terlihat begitu cemerlang, tapi aku selalu merasa tubuhnya memiliki sebuah aura positif, tidak akan muncul saat tidak ada masalah apapun, tapi setiap kali asalkan sedang menghadapi situasi genting, aura itu seketika langsung muncul dari tubuhnya.
Ini adalah satu hal darinya yang tidak pernah bisa kusaingi, aku hanyalah seseorang yang lemah, bahkan, orang lemah yang sangat payah, setelah mendengar apa yang telah terjadi pada cucu perempuan sang kakek, hal pertama yang terpikirkan olehku adalah, cara yang kami rencanakan dengan membuat opini publik heboh di internet ini akan menjadi jalan buntu atau tidak, apakah kami harus kembali memikirkan ulang jalan keluar lain untuk bisa menghindari resiko yang dibawakan oleh rahasia di USB itu.
Tapi, hal pertama yang terpikirkan oleh Paula Li adalah menyelamatkan orang, membantu mereka yang lemah ini.
Aku mungkin selamanya tidak akan seagung Paula Li, tapi, saat melihat sang kakek, aku pertama kalinya mulai berniat untuk berusaha menjadi lebih kuat.
Karena, aku tidak ingin mengalami rasa keputusasaan ketika orang yang dicintai dirampas oleh orang lain namun diri sendiri malah tak berdaya sama sekali.
Novel Terkait
Wahai Hati
JavAliusMy Cute Wife
DessyMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeUntouchable Love
Devil BuddyPria Misteriusku
LylyLove And War
JaneThe Sixth Sense
AlexanderThe Break-up Guru×
- Bab 1 The Split-up Guru
- Bab 2 Selebriti Wanita Yang Cantik
- Bab 3 Mengambil Kebutuhan Masing-Masing
- Bab 4 Aku Mungkin Sudah Menyukaimu
- Bab 5 Target Di Tangan
- Bab 6 Masalah Yang Disebabkan Paula Li
- Bab 7 Rahasia Flashdisk?
- Bab 8 Suami Yang Diselingkuhi
- Bab 9 Menerima Tugas Baru
- Bab 10 Perubahan Rahasia
- Bab 11 Menguji
- Bab 12 Nana
- Bab 13 Alarm yang Mengerikan
- Bab 14 Godaan yang Luar Biasa
- Bab 15 Pemain Handal
- Bab 16 Tidak Ada Harapan
- Bab 17 Kamar Presidensial
- Bab 18 Kehilangan Kesempatan
- Bab 19 Membuka Flash Drive
- Bab 20 Ketahuan
- Bab 21 Jauh di Atas Langit, Dekat di Depan Mata
- Bab 22 Penculikan
- Bab 23 Berubah Kotor
- Bab 24 Asal Usul USB Itu
- Bab 25 Pilihan
- Bab 26 Harapan Tipis
- Bab 27 Penyakit Kembali Kambuh
- Bab 28 Kami Adalah Polisi
- Bab 29 Merampas Orang yang Dicintai
- Bab 30 Terbongkar
- Bab 31 Terjadi Sesuatu Pada Paula Li
- Bab 32 Menangkis Tembakan
- Bab 33 Membunuh Untuk Menutup Rahasia
- Bab 34 Grace Yin Turun Tangan
- Bab 35 Serangan Balik
- Bab 36 Bertaruh
- Bab 37 Aku Juga Pernah Merasakannya
- Bab 38 Menjadi Menantu
- Bab 39 Perayaan
- Bab 40 Masa Lalu
- Bab 41 Berlibur
- Bab 42 Permainan Menembak
- Bab 43 Melakukan Tak-Tik
- Bab 44 Percaya
- Bab 45 Pelanggan Baru, Caroline Wu
- Bab 46 Perlombaan Jet Ski
- Bab 47 Rahasia
- Bab 48 Anak Putra
- Bab 49 Menguji Keberuntungan
- Bab 50 Kubu Perlindungan
- Bab 51 Melapor Polisi
- Bab 52 Menaruh Obat
- Bab 53 Pulang
- Bab 54 Memanja
- Bab 55 Ada Masalah Di Obatnya
- Bab 56 Adiknya, Lily Wu
- Bab 57 Diperintahkan
- Bab 58 Menakut-nakuti
- Bab 59 Pria Brengsek
- Bab 60 Merayu
- Bab 61 Frenky Zhao
- Bab 62 Tidak Bisa Melihat Bayangan Selingkuhan Itu
- Bab 63 Mencari Bukti
- Bab 64 Pahlawan
- Bab 65 Sudah Impas
- Bab 66 Di Rumah Sakit
- Bab 67 Menunjukkan Kewibawaan
- Bab 68 Menikah Di Umur 14 Tahun
- Bab 69 Mengutamakan Keselamatan
- Bab 70 Terluka
- Bab 71 Darah
- Bab 72 Wanita Gila
- Bab 73 Tidak Mencampuri Urusan Sesama
- Bab 74 Dipaksa
- Bab 75 Keuntungan
- Bab 76 Perbedaan Wanita Dan Pria
- Bab 77 Misi Rahasia
- Bab 78 Iri Hati
- Bab 79 Mengikuti Jejak Untuk Melacak
- Bab 80 Gadis Muda
- Bab 81 Dunia Sangat Sempit
- Bab 82 Tidak Takut Mati
- Bab 83 Daftar Nama Ditangan Siapa
- Bab 84 Brengsek
- Bab 85 Wade Ditangkap
- Bab 86 Tumor Beracun
- Bab 87 Anak Muda Yang Suka Jalan Belakang
- Bab 88 Rencana
- Bab 89 Pertukaran
- Bab 90 Bersandiwara
- Bab 91 Meninggal
- Bab 92 Menyerang Polisi
- Bab 93 Kenangan
- Bab 94 Selamat Tahun Baru
- Bab 95 Kembali