The Break-up Guru - Bab 23 Berubah Kotor

"Wade, kau sudah mempersiapkan barangnya kan." Taksi kita sudah hampir sampai ke pabrik, aku melihat ke arah Wade, ia mengepalkan kedua tangannya dengan erat, pandangan matanya sangat galak, ia mengangguk-anggukkan kepalanya, sama sekali tidak seperti Wade yang biasanya selalu melawan ucapanku.

Sebenarnya, dia mengenal Paula jauh sebelum aku mengenal Paula, tiba-tiba saja Paula diculik seperti ini, tentu saja ia merasa sangat marah.

Untung saja waktu itu aku tidak meninggalkan USB itu di studio kerja karena khawatir, aku menyuruh Wade untuk selalu membawanya, kalau tidak, para penculik itu pasti sudah menemukannya.

Wade berjalan di depan, ia membuka pintu gerbang besi pabrik itu, lantai di dalam pabrik itu penuh dengan serpihan-serpihan alat-alat elektronik yang berserakan, sofa dan lemari pakaian di sana juga diberet-beret dengan pisau, beberapa pria berbaju hitam berdiri mengelilingi Paula yang duduk di sebuah kursi, mereka melihat kedatanganku dan Wade tanpa berkutik sedikit pun.

"Cepat juga datangnya, apa kalian membawa barangnya?" Bukan pertama kalinya aku bertemu dengan pemimpin dari para penculik itu, ia adalah pria dengan luka di wajahnya yang memukuliku waktu itu.

"Jangan terburu-buru, adik kecil kami sudah kalian culik, setidaknya kalian harus memberikan penjelasan kan?"

Aku menghitung dalam hati, sepertinya ada enam atau tujuh orang, tapi jelas sekali orang-orang ini adalah orang-orang yang pandai berkelahi, mereka mengenakan baju lengan pendek di cuaca yang sangat dingin seperti ini, lekuk otot di tubuh mereka terlihat sangat jelas.

Sepertinya karena pria yang memiliki luka di wajahnya itu dikalahkan oleh Wade waktu itu, kali ini ia datang dengan persiapan lebih.

"Penjelasan? Wanita ini telah mencuri barang milik boss kami, kami hanya ingin memintanya kembali, tapi ia tidak mau mengembalikannya, jadi kami hanya bisa meminta temannya untuk mengembalikannya."

Kata pria itu sambil melambaikan tangannya, salah seorang pria yang berdiri di belakangnya pun langsung mengambil seember air dan ia siramkan pada Paula.

Di cuaca yang sedingin ini, air dingin itu langsung mengenai wajah Paula, Paula pun langsung tersedak dan membuka matanya perlahan-lahan, ia melihat sekelilingnya, saat ia melihat diriku dan Wade, ia tercengang sejenak, lalu membuang wajahnya dan berkata pada pria berwajah seram itu dengan dingin.

"Aku sudah bilang, aku tidak kenal mereka."

Namun pria berwajah seram itu malah langsung menampar wajah Paula, suara tamparan yang sangat keras itu pun membuat aku dan Wade bergegas ke arah mereka.

Namun belum saja kami melakukan perlawanan, pria itu langsung mengeluarkan sebuah pistol dan ia arahkan pada kening Paula.

Sial, Paula, kenapa kau membuat masalah dengan orang gila seperti ini, bisa-bisanya ia membawa pistol di siang bolong seperti ini!

Latar belakang orang-orang ini sudah di luar perkiraanku, awalnya aku mengira bahwa Paula hanya membuat masalah dengan preman kecil biasa saat ia melakukan tugasnya di luar, tapi sepertinya, orang-orang ini bukanlah orang-orang biasa.

"Kenapa, mau menggunakan kekerasan? Kuberitahu kalian, kalau kalian tidak menyerahkan USB itu hari ini, kalian semua akan mati di sini, hanya kalian bertiga saja yang tahu tentang keberadaan USB itu, kalau kalian semua mati, tidak akan ada yang bisa menemukannya."

Bekas luka di wajah pria seram itu sedikit bergoyang, senyumannya tampak seperti setan,

Aku memandangi pistol itu, orang ini tidak sedang bercanda, aku tahu bahwa pistol itu adalah pistol asli, Wade yang pernah berlatih militer juga pasti tahu kalau itu asli.

Saat aku hendak menyuruh Wade untuk menyerahkan USB itu, ia malah melangkah ke depan dan berdiri di hadapanku.

"Tidak ada gunanya pula kalian membunuh kami bertiga, aku sudah menduplikat USB itu berkali-kali dan memberikannya pada teman baikku, tiap satu jam kalau ia tidak menerima pesan rahasia tentang keamanan jiwaku, ia akan langsung membocorkan seluruh informasi yang ada di dalam USB itu."

Begitu mendengar ucapan Wade, aku pun terkejut, bukankah Wade berkata bahwa ia tidak pernah bisa membuka USB itu, kenapa......

Tiba-tiba aku pun mengerti, selama ini Wade telah menipuku, mungkin sejak awal ia telah membuka isi USB itu dan melihat isinya.

Tapi kenapa ia tidak memberitahuku?

"Wade Peng, diam! Aku tidak ingin menyeret kalian dalam masalah ini!" Tiba-tiba, Paula mengangkat kepalanya, rambutnya yang basah kuyup menempel di wajahnya, sorotan matanya tampak begitu tegas dan yakin.

Semua ini masuk akal sekarang, sial, berarti Wade berbohong kalau ia tidak bisa menghubungi Paula, ia pasti menyadari ada yang tidak beres dan memberitahu Paula, lalu Paula menyuruh Wade agar menyembunyikannya dariku.

Sial, mereka berdua telah menyembunyikan semua ini dariku, namun sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk membuat perhitungan dengan mereka, aku memandangi pistol itu sambil berpikir bagaimana caranya untuk mengalihkan perhatian pria itu dan menyelamatkan Paula.

"Diam, semua ini karena wanita ini!" Pria dengan bekas luka di wajahnya itu tampak sedikit panik, ia menyumpal mulut Paula dengan kain, lalu menatap Wade dengan bengis, "Dengar, aku tidak peduli kau memberikan USB itu pada siapa, aku juga tidak peduli kau sudah menduplikasikannya atau tidak, yang jelas hari ini aku mau semua isi dari USB itu, kalau kau tidak mengeluarkannya, aku akan menembak kepala wanita ini."

Wade sama sekali tidak tampak takut, ia malah tersenyum santai, lalu berjalan ke arah Paula dan pria itu.

"Wade!" teriakku pelan, ia menoleh ke arahku, matanya tampak penuh dengan perasaan bersalah.

"Kak Niel, maaf, aku sudah menyembunyikannya darimu selama ini."

Belum saja aku membalas ucapannya, ia langsung membalikkan kepalanya dan berjalan ke depan lagi, pria yang membawa pistol di tangannya itu pun bertambah panik, ia langsung mengarahkan pistol di tangannya itu ke arah Wade.

"Jangan melangkah ke depan lagi!"

Aku juga sangat panik, tapi sekarang aku sudah tidak bisa menghalangi Wade lagi, aku hanya bisa memperhatikan apa yang terjadi di depan sana.

Wade terdiam, aku melihat bayangan punggungnya yang berdiri dengan sangat tegak itu, seperti sebuah tembok yang menghadang di depanku.

Biasanya ia selalu bercanda dan tampak tidak serius, mulutnya jauh lebih tajam dari mulutku, tampangnya juga sangat mseum.

Tapi saat sesuatu yang menegangkan seperti ini terjadi, ia adalah orang yang selalu berdiri di barisan paling depan.

"Lepaskan Kak Paulaku, aku akan segera menelepon teman baikku untuk mengantarkan USB itu kemari, bagaimanapun aku ada di tangan kalian, ia pasti tidak akan tinggal diam."

Kata Wade, nada bicaranya sangat serius.

Ia akan baik-baik saja, bujukku dalam hati, jangan gegabah, Wade sendiri pasti tahu jelas apa yang harus ia lakukan.

Namun melihat wajah Paula yang sedikit ketakutan itu, aku pun tahu, kalau Wade berada di tangan para penculik ini, tidak akan terjadi hal yang baik pula.

"Kau menggertak siapa? Kunci USB itu tidak mungkin terbuka semudah itu!" kata pria berwajah seram itu, ia tetap saja tidak lengah.

Sebenarnya, sampai sekarang pun aku juga tidak tahu apa yang dikatakan oleh Wade itu benar atau tidak.

Sejak aku mendapat banyak masalah karena USB itu, aku menyuruh Wade untuk membawanya dan menyimpannya dengan baik, setelah dipikir-pikir, mungkin saat Wade mengajakku ke walking street waktu itu, pemuda yang ia kenal itu membantunya untuk menduplikat USB itu.

Mungkin saja pemuda itu bersekongkol dengan Wade untuk berakting di hadapanku?

Sekarang isi kepalaku sangat kacau, terlalu banyak hal yang disembunyikan oleh Wade dariku, semua yang terjadi di hadapanku sekarang ini terlalu tiba-tiba, aku sama sekali tidak bisa berpikir jernih.

Satu-satunya yang bisa kupastikan adalah Wade sedang menggunakan nyawanya sendiri untuk menggantikan keselamatan Paula.

"USB itu ada padaku sekarang, masukkan saja USB itu ke handphonemu, dengan begitu kau akan tahu apa aku sudah membuka USB itu atau belum?"

Kata Wade sambil mengeluarkan sebuah USB metal dari kantong bajunya, jantungku berdebar kencang, USB ini bukan USB yang waktu itu ada di tanganku, karena aku takut ada orang yang ingin merebut USB itu lagi, aku sengaja memberi tanda pada USB itu, USB di tangan Wade itu terlihat sama besarnya, namun permukaannya itu jauh lebih mengkilat.

Wade sedang menipu mereka, seketika aku pun tersadar, tiba-tiba, pria berwajah seram itu pun mengulurkan tangannya dan mengambil USB yang ada di tangan Wade itu, Wade pun menarik tangan pria itu sekuat tenaga, pria itu panik dan hendak menarik anak pistolnya, namun Wade pun menghadang tangannya dan menjatuhkan tubuh pria itu ke atas lantai dengan cepat, seketika pistol di tangan pria itu pun terlepas dari genggamannya.

Aku segera berlari ke depan dan memungut pistol itu sebelum para penculik lainnya menyadarinya.

"Jangan bergerak!" Aku langsung mengarahkan pistol itu pada kening sang pria berwajah seram.

Para penculik lainnya pun tercengang seketika, namun pria berwajah seram itu sama sekali tidak takut, ia malah berteriak.

"Bawa wanita itu pergi!"

Begitu mendengar perintahnya, para penculik lainnya pun segera membawa Paula pergi dari situ, namun Wade menghadang mereka, dan langsung berkelahi dengan para pria itu.

Namun sehebat apapun Wade, ia tidak mungkin bisa mengalahkan pria-pria terlatih itu, lama-kelamaan, Wade pun terlihat semakin kalah.

Melihat pukulan-pukulan itu mendarat di tubuh Wade, aku pun tak tahan lagi dan langsung melayangkan pukulanku ke dada pria berwajah seram itu.

"Suruh mereka berhenti!" Jelas sekali, para penculik itu hanya mendengarkan perintah dari pria ini.

Namun pria ini sama sekali tidak menghiraukanku, ia malah menatapku dingin dan berkata, "Tidak mungkin, tidak ada barang yang tidak bisa didapatkan oleh boss kami! Kalau kau berani, bunuh saja aku?!"

Tubuhku gemetaran, suara Wade terus terngiang di telingaku, suara Paula yang terus meronta meminta tolong pun juga terdengar.

Jangan gegabah, Neil Wu, kau tidak boleh melanggar hukum, kalau kau menembak orang ini, tanganmu akan menjadi kotor selamanya.

Di kepalaku, ada sebuah suara yang terus tengiang, suara yang bercampur dengan suara Wade dan Paula.

"Pukul dia, pukul si gendut itu sampai mati! Pukul......"

"Dor!"

Suara tembakan pun terdengar, seperti suara tembakan peluru pistol mainan yang kumainkan ketika aku masih kecil.

Pria berwajah seram itu pun terkapar di lantai, para pria berjubah hitam lainnya pun menghentikan pukulan mereka dan melihat ke arahku, Wade berlutut di atas lantai, bibirnya berlumuran darah, ia menarik nafasnya dalam-dalam, sedangkan Paula, ia memejamkan kedua matanya, rambut panjangnya menutupi sebagian wajahnya, ekspresi wajahnya tak nampak begitu jelas.

Aku mengangkat pistol itu perlahan-lahan, lalu kuarahkan ke para penculik itu.

"Cepat pergi, kalau tidak kalianlah berikutnya."

Novel Terkait

Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu