The Break-up Guru - Bab 43 Melakukan Tak-Tik

“Kamu saja dahulu, wanita lebih diutamakan.” Pemuda itu menyingkir ke salah satu sisi.

Paula Li juga tidak berbasa-basi lagi dengannya, ia mengangkat pistolnya, “peng peng peng”, suara balon yang pecah pun terdengar.

Wade tersenyum kepadaku,”Lihat, apa yang kukatakan itu tidak salah, bukan?”

Aku tidak menghiraukannya, lalu berpaling dan melihat balon yang berada di tirai, hei, kebetulan sekali sepuluh balon pecah.

Hebat, Paula Li, kemampuannya ini ternyata sudah tersembunyi di dalam kantor kami selama bertahun-tahun, dia juga bisa mendapatkan uang dengan menjadi pengawal di sisi salah satu bos besar.

Perasaanku terasa memberat, aku merasa aku semakin tidak memahami wanita ini.

“Giliranmu.” Paula Li berbicara sambil menyerahkan pistolnya kepada pemuda itu.

Ekspresi wajahnya terlihat sedikit memburuk, namun dia tidak langsung berpaling, dia langsung mengambil pistol yang berada di tangan Paula Li dan menyerahkannya kepada pengikutnya, lalu mulai menargetkan balon dengan pistol yang berada di tangannya sendiri.

“Hei, pemuda yang satu ini, habis kamu~ Lihat Kak Paula kami, dia lagi-lagi berkorban demi para rakyat, seberapa hebat, seberapa agung~”

Wade sudah mulai terlebih dahulu merayakan kemenangannya, namun tidak tahu mengapa, aku tetap saja merasa ada yang kurang tepat.

Pemuda itu hanya merasa kaget pada awalnya, namun sikapnya kedepannya sudah terlalu sembrono, seakan-akan dia sudah memastikan bahwa dirinya akan menang.

Namun, Paula Li sudah berhasil menembak sepuluh target, bagaimana lagi ia mungkin bisa menang, paling memungkinkan hanyalah seri.

Saat sedang berpikir, pemuda itu sudah mulai menembak.

Dalam waktu singkat, dia sepertinya tidak berhenti sedikitpun, waktu yang ia perlukan untuk menembak bahkan lebih sedikit dibandingkan Paula Li.

“Baiklah, hitung saja.” Saat pemuda itu baru saja membuka mulutnya, Wade langsung bergegas melangkah maju untuk menghitungnya, orang-orang yang berada di sekeliling juga ikut menghitung.

“Satu, dua, tiga, empat, lima...... Delapan, sembilan, sepuluh.”

“Sebelas!” Aku tercengang, aku mengangkat kepalaku dan melihat ke arah tirai, tidak hanya berhasil memcahkan sebelas balon.

“Dua belas! Tiga belas! Empat belas! Lima belas...... Dua puluh!”

Akhirnya, ia berhasil menembak dua puluh balon, aku merasa sedikit tidak percaya, namun inilah kenyataannya yang terpampang di depan mata.

“Aku kira, Kak Neil, mereka pasti melakukan tak-tik aneh, bagaimana sepuluh peluru dapat menembak dua puluh balon?!”

Aku tentu saja merasa ada yang tidak tepat, namun setelah melihat balon-balon itu, pemuda itu benar-benar berhasil memecahkannya.

“Wanita cantik, kamu sudah kalah bertaruh, bagaimana, aku juga tidak menuntutmu untuk membayar biaya pelurunya, temani kami minum sejenak?”

Pemuda itu tersenyum senang, meletakkan pistolnya, lalu ingin bersandar pada bahu Paula Li.

Wade yang berada di sampingku bergerak lebih cepat dibandingkan diriku, dia langsung menyingkirkan lengan pemuda itu.

“Apa yang kamu lakukan?! Beraninya kamu menaruh tanganmu yang kotor itu pada tubuh Kak Paula, sepertinyakamu sudah tidak sabar hidup lagi!”

“Sialan, kamu ini sudah kalah dan masih saja tidak mau mengakuinya!” Perkataan pemuda itu lebih keras lagi, walaupun lengannya yang diputar oleh Wade itu terasa sakit, namun ia masih saja bersikeras berteriak.

Orang-orang yang berada di sekeliling merkea juga mulai menunjuk,”Ini, kemampuannya tidak sehebat orang lain, namun masih ingin merusak kios orang lain......”

“Ini sudah tidak baik......”

Ekspresi wajah Paula Li terus terlihat dingin, tatapannya tertuju tajam ke arah balon pada tirai tanpa bergeser sedikitpun.

Namun beberapa pengikut dari peuda itu sudah mulai mengelilingi Wade dan Paula Li, lalu bersiap-siap untuk bertindak keras.

“Eh, menurutku, kemampuanmu ini sangat hebat, bagaimana kalau kamu bertanding satu ronde lagi denganku, jika aku kalah, kamu boleh membawanya pergi, jika aku menang, aku tidak akan meminta apapun darimu.” Aku melangkah maju dan menepuk bahu Wade supaya ia melepaskan pemuda itu.

Pemuda itu memijat bahunya, lalu menatapku dengan perasaan tidak sabar,”Kenapa, apakah masih belum puas?”

Aku hanya tersenyum,”Tidak, aku hanya ingin melihatnya sendiri.”

Pemuda itu sepertinya juga tahu bahwa Wade sulit dihadapi,”Kalau begitu, kalian tidak boleh bermain-main lagi kali ini, jika kamu kalah, kami tidak hanya akan membawa wanita cantik ini, tetapi kalian juga harus memberikan seribu yuan kepada kami.”

“Baik.” Aku menganggukan kepalaku dan menarik Paula Li ke samping, lalu prlahan mengulurkan leherku dan mendekati telinganya.

“Pergi ke balik tirai yang menggantung balon-balon ini.” Telinga Paula Li terlihat sedikit memerah, ia bahkan menatapku kebingungan setelah mendengar ucapanku.

Aku hanya tersnyum dan mengangkat kepalaku ke arahnya, dia tidak bertanya lebih lagi dan langsung membawa Wade pergi.

“Wendy Ge, aku sudah memperhitungkannya, berdasarkan kemampuan kalian ini, sepertinya tidak banyak orang yang dapat menjadi bos kalian.”

Pemuda itu melirikku sejenak, lalu tersenyum.

“Namun, berapa kalipun kalian mengulang permainan ini, kamu tetap saja tidak akan bisa mengalahkanku.”

Hei, fisiknya terlihat kecil, namun omongannya cukup besar, aku juga tidak langsung mengungkapkan trik kecilnya itu, aku langsung menegakkan pistolku dan sembarangan menembak beberapa kali, lagipula aku juga tidak akan bisa menembak targetnya.

“Ckckck...... Kemampuanmu ini, beraninya datang bertaruh.”

Saat melihatnya, aku berhasil menembak dua target, orang-orang yang berada di sekelilingpun mulai berseru.

Aku juga tidak menghiraukannya, aku langsung menyerahkan pistol kepada orang yang bernama Wendy Ge,”Sini, giliranmu.”

Tirai yang berada diseberang mulai bergoyang, para bawahan Wendy Ge pun mulai menggantikan balonnya.

“Aku punya pistol.” Wendy Ge tidak melihatku sedikitpun, dia mengambil pistolnya dan menatap ke arah tirai.

Tebakanku dalam hati sudah setengah benar, akupun diam-diam merasa senang, dan tetap saja bersikeras menyerahkan pistolnya ke tangannya.

“Tidak, demi keadilan, kita harus menggunakan pistol yang sama.”

Wendy Ge tercengang, ia melirikku tajam, aku mengucapkannya dengan suara yang sangat keras, orang-orang yang berada disekeliling sedang melihat, aku tidak yakin dia akan bersikeras menggunakan pistolnya sendiri.

“Baik.” Wendy Ge langsung mengambilnya, sama seperti sebelumnya, dia tidak melihatnya dan mulai menembak.

“Peng peng peng.......”

Lalu kembali menghitung setelah suaranya berhenti,”Hei, aneh!”

“Bagaimana hal ini bisa terjadi?”

“Hahaha, ibu, kakak ini tidak berhasil menembak satupun target!”

Suara manja seorang anak memecahkan keheningannya, aku memperhatikannya secara keseluruhan, dia benar-benar tidak menembak satupun target.

Pada saat inilah, Wade dan Paula Li menahan lengan kedua orang dan berjalan keluar dari balik tirai.

Mereka adalah pengikut Wendy Ge.

Sebenarnya, aku sudah menebaknya saat aku melihat adanya bayangan yang bergerak dibalik tirai, sikap Wendy Ge sudah terlalu santai, hal ini membuktikan bahwa dia mempunyai keyakinan yang sangat besar, keberaniannya untuk bertaruh kedua kalinya denganku juga sudah membuktikan hal ini.

Dengan demikian, pasti ada orang yang membantunya dibelakangnya, dengan kata lain adalah pengikutnya.

“Hei, kamu sudah berkata bahwa kamu rela bertaruh denganku, sialan, kamu ternyata melakukan trik dibalik semua ini?”

Wade menendang pengikutnya itu, mematahkan jarinya satu persatu, dengan jarum tipis di dalamnya.

Ekspresi Wendy Ge itu langsung melemas dalam sekejap,”Apa maksud kalian, aku tidak mengerti.”

“Hei, kamu masih ingin berpura-pura denganku, bukan, apakah kamu percaya aku bisa saja menurunkan tirainya dan menunjuk satu per satu lubang yang kamu tembak!”

Wade mulai gugup, ia hendak menampar, namun Paula Li menghalanginya.

“Jika kemampuanmu memang tidak seberapa, sebaiknya juga jangan menggunakan trik ini, benar-benar memalukan.”

Suara Paula Li selalu terdengar dingin, namun kini terdengar semakin menyakitkan, pemuda itu tidak berbicara lagi, lalu langsung melambaikan tangannya ke arah pengikutnya untuk pergi merapikan barang-barangnya.

“Mengapa kamu ini dapat menyerang jiwa muda orang lain, ini bukan lagi saat bagi mereka untuk bersikap agresif.”

Aku mendekati hadapan Paula Li, saat melihat ekspresinya yang menegangkan, aku masih ingin mengisenginya sejenak, namun tidak disangka, dia berpaling, lalu menatapku dengan kedua matanya yang melebar.

“Sejak kapan kamu menyadari dirinya melakukan semua trik ini?”

Hei, kamu tidak bisa melemparkan kesalahanmu kepada diriku, bukan.

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu