The Break-up Guru - Bab 5 Target Di Tangan
Aku juga tersenyum tanpa menganggapnya serius.
Apakah kamu menyukai diriku atau uang? Atau mungkin menyukai identitas yang kuperagakan ini? Atau mungkin menyukai kemampuanku di atas tempat tidur?
Kemampuan akting Kaylie Lin ini benar-benar sangatbagus, aku tidak akan percaya bahwa diriku benar-benar mempunyai daya tarik yang sehebat itu hingga membuatnya jatuh cinta padaku dalam waktu satu malam.
Beranjak dari tempat tidur, mencuci wajah, mengenakan pakaian, dan turun untuk melakukan check-out. Setelah mencari tempat makan untuk menambah tenaga yang baru saja kuhabiskan kemarin malam, akupun langsung mengendarai mobil kembali ke kantor.
Paula Li tidak hadir, dia seharusnya sudah sampai di Thailand, bukan? Kantor yang memiliki luas lebih dari delapan puluh meter persegi itu terasa sangat hampa, orang yang duduk di dalam hanyalah asistenku dan Paula Li, Wade Peng, dia kini sedang merapikan dokumen.
“Wade, tolong kembalikan mobil ini nanti.”
Aku meregangkan pinggangku, melemparkan kunci mobil yang berada di dalam mobil, Wade Peng mengambilnya, lalu tersenyum ambigu kepadaku dan bertanya,”Sepertinya kamu sudah kelelahan kemarin malam? Bagaimana kalau kita pergi barberkyu, lalu makan sedikit ginjal untuk menambah tenagamu?”
Aku berkata jangan lagi, aku sudah memakan ginjal untuk beberapa waktu belakangan ini, hingga mulutku berbau busuk, bagaimana kalau kamu membelikan viagra saja untukku.
Sambil berbicara, aku duduk di depan hadapan komputer, sekaligus mencolok flashdisk yang Paula Li berikan kepadaku kemarin malam, aku ingin melihat apa yang sebenarnya berada didalamnya
Aku adalah orang yang mempunyai rasa penasaran yang sangat kuat, aku ingin melihat apa yang sebenarnya membuat Paula Li segugup itu? Dia tidak mungkin sudah berhasil mendapatkan foto porno semua selebritis di tangannya, bukan? Bahkan sejenis foto yang eksklusif dan rahasia.
Namun aku merasa sedikit kecewa ketika membuka flashdisknya, karena flashdisk tersebut terenkripsi, aku tidak mengetahui kata sandinya, sehingga tentu saja aku tidak bisa melihat isinya.
“Wade, coba kemari, disini terdapat sebuah flashdisk yang terenkripsi, bisakah kamu membantuku membuka kata sandinya sejenak.”
Aku langsung memanggil Wade Peng, dia menjadi tentara pada umurnya yang ke-tujuh belas, mengundurkan diri pada umurnya yang ke-dua puluh tiga, lalu menjadi pasukan pengintai selama hampir lima tahun dan menerima pelatihan seperti ini di dalam pasukannya, membuka kata sandi sebuah flashdisk tidak akan menjadi sebuah hal yang menyulitkan.
“Flashdisk apakah ini, apakah kamu menemuinya di jalanan?”
Wade Peng duduk di kursiku, lalu bertanya kepadaku sambil mengunduh perangkat lunaknya.
Aku berkata bukan, ini adalah flashdisk yang Paula Li berikan kepadaku kemarin malam, tidak tahu apa yang berada di dalamnya, dia menyerahkannya kepadaku dan langsung pergi, ia berkata bahwa ia pergi berlibur ke Phuket, dasar gila.
“Mengapa dia tidak datang hari ini, ponselnya juga tidak bisa dihubungi, apakah dia ingin pergi memanjakan dirinya setelah mendapatkan uang yang cukup beberapa saat belakangan ini?”
Wade Peng menuturkannya dengan sedikit maksud bercanda, aku juga tidak berniat untuk menjawabnya, lagipula ucapan yang Paula Li sampaikan kepadaku kemarin malam itu benar-benar membuat perasaanku sedikit tidka nyaman, aku selalu saja merasa bahwa permasalahannya tidak sesederhana itu.
Karena masih merasa sedikit lelah, aku pun berbaring dan beristirahat di sofa sejenak, sebelum tertidur terlalu lama, Wade Peng pun memanggilku.
Aku bertanya apakah kata sandinya sudah terbuka? Wade Peng hanya menggelengkan kepalanya dengan ekspresi menegangkan kepadaku, ia berkata tidak, flashdisk ini tidak menggunakan kata sandi yang umumnya digunakan, sangat rumit, aku sudah lama sekali mencoba namun aku tetap saja tidak bisa membukaya.
Hal ini membuatku sedikit terkejut, karena aku tahu jelas kemampuan Wade Peng dalam masalah komputer, aku tahu jelas apakah ia tergolong sebagai hacker atau bukan, namun meretas komputer orang lain serta mengontrol kamera dari jarak jauh itu sangat mudah, lalu ia kini tiba-tiba gagal?
“Bagaimana kalau aku bawa pulang flashdisknya, lalu aku coba lagi, berikan sedikit waktu kepadaku, aku seharusnya bisa menyelsaikannya.”
Dia mengerutkan alisnya dan menatap flashdisk yang berada dalam genggamannya, aku melambaikan tanganku dan berkata tidak perlu, Paula Li berkata bahwa isi dari flashdisk ini tidak ada hubungannya dengan kita, kamu hanya perlu menyimpannya saja, bicarakan setelah Paula Li pulang nanti.
Wade Peng menganggukan kepalanya tanpa mengatakan apapun, lalu kembali ke tempat duduknya dan lanjut menonton film.
Pada sore harinya, aku menerima panggilan dari Bos Zhang yang kemarin itu, ia bertanya bagaimana permasalahan yang kuurusi itu, apakah sudah selesai?
Aku berkata belum, bagaimana mungkin bisa secepat itu! Aku menyuruhnya untuk jangan gugup terlebih dahulu, aku tidak menemukan kesempatan yang tepat kemarin malam, demi menjamin supaya Kaylie Lin tidak merasa ragu, aku menyerahkan tindakanku untuk sementara waktu, dan akan menunggu kesempatan berikutnya.
Aku tidak berani mengatakan diriku sudah tidur dengan Kaylie Lin sepanjang malam dan tidak menyelesaikan tugasnya, hal ini akan membuatnya merasa seperti suami dengan istri yang tidak setia, sulit dipastikan apakah ia mempunyai perasaan dendam atau tidak dalam hatinya.
Tidak lama kemudian, Kaylie Lin juga mengirimkan pesan kepadaku yang berisi selembar foto selfie, berdasarkan latar belakangnya, ia seharusnya sedang berada di sebuah studio.
“Sangat lelah, bagaimana kalau kamu membawaku pergi makan setelah aku selesai dengan semua kesibukanku?”
Aku membalasnya baiklah, apa yang ingin kamu makan? Dia berkata makan saja apa yang kamu sukai, aku bisa makan apa saja.
“Kalau begitu, ayo ke restoran berputar di Central Building, pukul enam malam, sampai jumpa.”
Setelah selesai berbicara, aku langsung memutuskan panggilannya, tidak lama kemudian, aku menerima foto yang dikirimkan oleh Kaylie Lin, latar belakangnya adalah lokasi syuting, Kaylie Lin mengenakan kemeja putih, dengan rambut yang diikat menjadi dua, lalu menjulurkan lidahnya terhadap kamera, tatapannya terlihat menyipit, dengan sedikti perasaan menggoda dalam kepolosannya.
Benar-benar penggoda kecil, beraninya dia menggodaku di lokasi syuting, sejujurnya, aku merasa sedikit tidak sabar untuk segera bertemu Kaylie Lin nanti malam, menikmati tubuh mudanya itu, tentu saja juga harus menyelesaikan tugas utamanya.
Pekerjaan Wade Peng ini sebenarnya sangatlah santai, membuka pintu kantor pada pukul sembilan pagi setiap harinya, membantu aku dan Paula Li untuk merapikan dokumen pelanggan dan targetnya, menerima beberapa pesanan dari pelanggan, sebagian besar dari sisa waktunya itu umumnya dipakai untuk menonton film dan bermain game.
Namun kemampuan Wade Peng dalam mengumpulkan laporan itu benar-benar sangat hebat, dia dapat menggunakan segala jenis identitas diri untuk mendekati sang target, kemampuan aktingnya juga tidak jauh berbeda denganku. Sayang sekali, orang-orang yang bergabung menjadi tentara sealu mempunyai keanehan, dia dapat melakukan pekerjaan sampingan, namun dia tetap bersikeras untuk tidak bercampur dalam permasalahan meniduri orang lain.
Pada saat waktu hendak menunjukkan pukul lima sore, yang juga merupakan waktu pulang kerja Wade Peng, kita berdua merapikan barang dan bersiap-siap untuk pergi keluar, tidak disangka telepon perusahaan tiba-tiba berdering pada saat ini.
Wade Peng menjawab panggilanya, setelah berbincang tidak terlalu lama, ia menutup mikrofonnya dan berkata yang menelepon adalah seorang wanita, targetnya adalah suaminya, apakah kita akan menerimanya atau tidak.
Aku berkata Paula Li sedang tidak berada disini, bagaimana mungkin kami menerimanya, cari alasan untuk menyuruhnya menunggu beberapa saat lagi, Wade Peng pun menganggukan kepalanya dan berkata baik.
Selanjutnya, aku pergi ke kamar mandi sejenak, pada saat aku kembali, Wade Peng terus melambaikan tangannya kepadaku, dan berbicara dengan sedikit kesulitan, Kak Neil, dia memaksa kami untuk menerimanya, bagaimana kalau kamu yang berbincang dengannya saja.
Aku mengerutkan alisnya, lalu megulurkkan tanganku dan menjawab panggilannya,”Halo.”
“Mengapa kalian tidak menerima kesempatan berbisnis?”
Suara seorang wanita terdengar dari sisi lain telepon, benar-benar sangat enak didengar, namun nada bicaranya sangatlah datar.
“Kamu mungkin salah paham, aku juga ingin sekali menerima kesempatan bisnismu, namun pekerjaku tidak cukup belakangan ini, jadi kita tidak menerima pelanggan wanita untuk beberapa saat belakangan ini.”
“Aku bisa menunggu.”
Pada saat aku baru saja selesai berbicara, ia langsung mendesak beberapa kata, aku hanya merasa sedikit putus asa dan berkata, sekalipn kamu bersedia menunggu, kami juga tidak bisa memberitahu waktu yang pasti, bagaimana kalau kamu tanyakan saja ke tempat lain?
“Aku menelepon kalian hanya karena aku merasa percaya, aku tidak bisa mempercayai yang lainnya. Aku sudah mengetahui standar biaya kalian, jika permasalahannya diselesaikan dengan baik, aku dapat membayar dua kali lipatnya.”
Aku tidak bisa menebak nada bicara wanita ini, nada bicaranya selalu saja terdengar tidak terlalu terburu-buru ataupun terlalu pelan, nada bicaranya tidak bergejolak sedikitpun. Ini bukanlah sebuah ketenangan yang seharusnya dimiliki oleh seorang istri yang berkeluarga, sebaliknya seperti seorang wanita yang sangat kuat, intuisiku mengatakan kepadaku bahwa wanita ini tidak mudah dihadapi.
“Bukan masalah uang, aku benar-benar tidak mempunyai pekerja untuk beberapa saat belakangan ini, jika kamu memang bersedia menunggu, silahkan tinggalkan kontakmu untukku, aku akan kembali menghubungimu setelah aku bisa menerimanya, bagaimana menurutmu?”
Aku benar-benar sudah tidak bisa menemukan alasan yang baik untuk menekannya, sehingga aku hanya bisa menundanya.
“Baik, ini adalah nomor kantorku, kamu boleh menghubungiku kapan saja, aku pasti akan terus menunggu.”
Setelah selesai berbicara, wanita itu langsung memutuskan panggilan, aku menggenggam telepon dengan perasaan yang tidak terlalu enak dalam hati.
Sejujurnya, hatiku bahkan sedang meneteskan darah saat mengucapkan kata-kata tadi, berdasarkan ucapan wanita tadi, dapat diketahui bahwa wanita ini pasti adalah orang yang kaya, sebuah kesempatan besar pun hilang begitu saja.
“Apakah kamu merasa kehilangan seratus juta?”
Wade Peng tersenyum licik mengisengiku, hal ini membuatku kesal dan memarahinya merasa apanya, cepat cari lokasi Paula Li, kita harus menemukannya tidak peduli bagaimanapun caranya. Jika tidak, bisnis kita tidak akan bisa terus berjalan lagi, ketika sudah bangkrut, semua orang hanya akan merasa kelaparan!
Pada awalnya, demi keamanan masing-masing, tubuh Paula Li dan diriku dilengkapi oleh alat pelacak, tidak peduli bagaimanapun, alat ini tidak boleh dilepas, ini adalah perjanjian antara diriku dengannya.
Saat melihatku marah, Wade Peng menyalakan komputernya dan mulai mengecek lokasinya, namun tidak tahu mengapa, dia tetap saja tidak bisa menemukan detil lokasinya, seakan-akan sinyalnya itu terhalangi.
Dimanakah ia sebenarnya bersembunyi? Tidak tahu mengapa, aku tiba-tiba merasakan sedikit perasaan tidak tenang dalam hati.
Saat aku sedang sembarangan berpikir, ponselku tiba-tiba berdering, ternyata adalah panggilan dari Kaylie Lin, dia berkata bahwa dia sudah selesai syutin dan kini sedang bergegas pergi ke Central Building untuk menemui diriku.
Untung saja target yang satu ini masih berada di tanganku.
Novel Terkait
Rahasia Istriku
MahardikaMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraMr. Ceo's Woman
Rebecca WangIstri Pengkhianat
SubardiDon't say goodbye
Dessy PutriWonderful Son-in-Law
EdrickMy Lifetime
DevinaThe Break-up Guru×
- Bab 1 The Split-up Guru
- Bab 2 Selebriti Wanita Yang Cantik
- Bab 3 Mengambil Kebutuhan Masing-Masing
- Bab 4 Aku Mungkin Sudah Menyukaimu
- Bab 5 Target Di Tangan
- Bab 6 Masalah Yang Disebabkan Paula Li
- Bab 7 Rahasia Flashdisk?
- Bab 8 Suami Yang Diselingkuhi
- Bab 9 Menerima Tugas Baru
- Bab 10 Perubahan Rahasia
- Bab 11 Menguji
- Bab 12 Nana
- Bab 13 Alarm yang Mengerikan
- Bab 14 Godaan yang Luar Biasa
- Bab 15 Pemain Handal
- Bab 16 Tidak Ada Harapan
- Bab 17 Kamar Presidensial
- Bab 18 Kehilangan Kesempatan
- Bab 19 Membuka Flash Drive
- Bab 20 Ketahuan
- Bab 21 Jauh di Atas Langit, Dekat di Depan Mata
- Bab 22 Penculikan
- Bab 23 Berubah Kotor
- Bab 24 Asal Usul USB Itu
- Bab 25 Pilihan
- Bab 26 Harapan Tipis
- Bab 27 Penyakit Kembali Kambuh
- Bab 28 Kami Adalah Polisi
- Bab 29 Merampas Orang yang Dicintai
- Bab 30 Terbongkar
- Bab 31 Terjadi Sesuatu Pada Paula Li
- Bab 32 Menangkis Tembakan
- Bab 33 Membunuh Untuk Menutup Rahasia
- Bab 34 Grace Yin Turun Tangan
- Bab 35 Serangan Balik
- Bab 36 Bertaruh
- Bab 37 Aku Juga Pernah Merasakannya
- Bab 38 Menjadi Menantu
- Bab 39 Perayaan
- Bab 40 Masa Lalu
- Bab 41 Berlibur
- Bab 42 Permainan Menembak
- Bab 43 Melakukan Tak-Tik
- Bab 44 Percaya
- Bab 45 Pelanggan Baru, Caroline Wu
- Bab 46 Perlombaan Jet Ski
- Bab 47 Rahasia
- Bab 48 Anak Putra
- Bab 49 Menguji Keberuntungan
- Bab 50 Kubu Perlindungan
- Bab 51 Melapor Polisi
- Bab 52 Menaruh Obat
- Bab 53 Pulang
- Bab 54 Memanja
- Bab 55 Ada Masalah Di Obatnya
- Bab 56 Adiknya, Lily Wu
- Bab 57 Diperintahkan
- Bab 58 Menakut-nakuti
- Bab 59 Pria Brengsek
- Bab 60 Merayu
- Bab 61 Frenky Zhao
- Bab 62 Tidak Bisa Melihat Bayangan Selingkuhan Itu
- Bab 63 Mencari Bukti
- Bab 64 Pahlawan
- Bab 65 Sudah Impas
- Bab 66 Di Rumah Sakit
- Bab 67 Menunjukkan Kewibawaan
- Bab 68 Menikah Di Umur 14 Tahun
- Bab 69 Mengutamakan Keselamatan
- Bab 70 Terluka
- Bab 71 Darah
- Bab 72 Wanita Gila
- Bab 73 Tidak Mencampuri Urusan Sesama
- Bab 74 Dipaksa
- Bab 75 Keuntungan
- Bab 76 Perbedaan Wanita Dan Pria
- Bab 77 Misi Rahasia
- Bab 78 Iri Hati
- Bab 79 Mengikuti Jejak Untuk Melacak
- Bab 80 Gadis Muda
- Bab 81 Dunia Sangat Sempit
- Bab 82 Tidak Takut Mati
- Bab 83 Daftar Nama Ditangan Siapa
- Bab 84 Brengsek
- Bab 85 Wade Ditangkap
- Bab 86 Tumor Beracun
- Bab 87 Anak Muda Yang Suka Jalan Belakang
- Bab 88 Rencana
- Bab 89 Pertukaran
- Bab 90 Bersandiwara
- Bab 91 Meninggal
- Bab 92 Menyerang Polisi
- Bab 93 Kenangan
- Bab 94 Selamat Tahun Baru
- Bab 95 Kembali